Mekanisme Kerja VMS dan Infrastruktur Sistem

90 stasiun bumi di Toulus, Perancis; Keempat, melalui stasiun bumi data dikirim ke Fishing Monitoring Center FMC Jakarta di kantor pusat Departemen Kelautan dan Perikanan atau disebut Pusdal Pusat Pengendalian. Hasil pemantauan terhadap kegiatan penangkapan kapal perikanan diolah dan dianalisis di Pusdal untuk diambil tindak lanjut yang diperlukan. Kelima, data hasil analisis yang berkaitan dengan kegiatan penangkapal di wilayahregional Batam dan Ambon dikirim ke RMC Regional Monitoring Center di Batam dan Ambon. Terakhir, melalui fasilitas Website yang disediakan oleh pengelola VMS, perusahaan kapal penangkap ikan dapat mengakses informasi yang berkaitan dengan kapal atau armada milik mereka sendiri. Gambar 20 Skema Operasionalisasi VMS di Indonesia. Infrastruktur Vessel Monitoring System VMS yang terdapat di Fishing Monitoring Center FMC Jakarta atau Pusdal PPSDKP, terdiri dari : 1 Dua Unit komputer Server , yaitu : 1 Communication server seperti pada Gambar 21, alat ini berfungsi sebagai penghubung antara Argos Processing Center di Toulouse RMC Batam Perusaha VMS Operational Scheme RMC Ambon FMC Jakarta Pusat Pengendalian PPSDKP - DKP internet 4 1 5 2 5 3 5 5 6 5 91 Perancis dengan Fishing Monitoring Center FMC di DKP Jakarta dan tempat penyimpanan data pergerakan kapal yang diterimanya. Gambar 21 Communication Server. Spesifikasi dari alat communication server tersebut diuraikan sebagai berikut : a. Merek Dell PowerEdge 1550 b. Processor Single Intel Pentium III, 1 GHz133 256 K Cache c. Memory 512 MB PC 133 SDRAM 2x256 MB 133 MHz DIMMs d. Harddisk 18 GB 10.000 rpm 1” Ultra 3 U 160 SCSI e. CD ROM Max IDE 24x f. Operating system Microsoft Windows 2000 Advanced Server 2 Data base server yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan data dan aplikasi Database Management System DBMS Vessel Monitoring System . DBMS yang digunakan adalah Oracle Server Enterprise Edition versi 9.0.1.lihat Gambar 22. Gambar 22 Data Base Server. Spesifikasi dari database server ini adalah sebagai berikut : a. Merek Dell PowerEdge 4400 b. Processor Two Intel Pentium III Xeon, 1 GHz133 256 K Cache c. Redundant power supply 320 W 92 d. Memory 512 MB PC 133 SDRAM 2x256 MB 133 MHz DIMMs e. Harddisk 4x36 GB 10.000 rpm 1” Ultra 3 U 160 SCSI, RAID 5 with Hot Spare f. Internal Tape Backup PV 100T 2040 GB DDS-4 LVD DAT g. Operating system Microsoft Windows 2000 Advanced Server 2 Satu unit Rak Server, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan server, alat ini dapat dilihat pada Gambar 23. Adapun spesifikasinya adalah : Merek Dell PowerEdge Half Height 24U Rack, power distribution unit PDU outlet box one low power 6 socket, power supply APC smart UPS 2200i rack mount 3U, 1600 W , dan monitor 14.1” Flat screen LCD Gambar 23 Rak Server. 3 Empat unit Komputer Workstation, yang berfungsi sebagai komputer client Vessel Monitoring System , yang masing-masing bentuknya dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24 Komputer Workstation. 93 Spesifikasi alat ini adalah : a. Merek Dell OptiPlex GX150 b. Processor Intel Pentium IV, 1,1 GHz 128 K Cache c. Memory 256 MB Non-ECC 133 MHz SDRAM d. Harddisk 20 GB 5.400 rpm e. Video Card Integrated Intel 3D Graphics with Direct AGP f. Monitor Dell 1702FP 17” Flat screen LCD g. DVDCD RW IDE 2048x h. Sound card integrated Sound Blaster Compatible Sound AC97 Audio i. Network card Integrated 3Com® EtherLink 10100 j. Keyboard Enhanced QuietKey® spacesaver PS2 with 3 programmable hotkeys k. Mouse Dell 2 buttons PS2 l. Operating system Microsoft Windows 2000 Profesional SP1 4 Satu paket piranti lunak FMC GIS Software Safire, yang berfungsi untuk menampilkan data yang bersumber dari database server dalam bentuk graphical user interface GUI yang menggambarkan seluruh posisi kapal ikan. Tampilan softwarenya dapat dilihat pada Gambar 25. 94 Gambar 25 Piranti Lunak FMC GIS Software Safire. 5 Perangkat keras Firewall yang berfungsi sebagai pengaman jaringan internal terhadap akses dari luar yang tidak dikenal identitasnya. 6 Jaringan komunikasi data LAN yang berfungsi sebagai media komunikasi data di ruang FMC yang memiliki topologi star dengan menggunakan 1 unit HUB 8 port untuk menghubungkan seluruh komputer server , komputer workstation dan printer. Hardware, software dan jaringan komunikasi data di atas membentuk satu infrastruktur pusat pengendalian PUSDAL VMS di DKP Pusat. Adapun bentuk dan kondisi ruangan Pusdal VMS tersebut dapat dilihat pada Gambar 26. 95 Sumber : Data PMO VMS Gambar 26 Pusat Pengendalian Pusdal VMS di DKP Pusat. 4.8.2 Pentahapan Pelaksanaan Pemasangan Alat VMS Tim pelaksana pemasangan transmitter VMS yang dibentuk dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Tangkap No. 7231DPT.0PI.340.S4XI03 tanggal 18 November 2003 yang diketuai oleh Dirjen Perikanan Tangkap menyepakati prioritas pelaksanaan pemasangan transmitter sebagai berikut : 1 kapal ikan asing penangkap dan pengangkut, 2 kapal pengangkut Indonesia, 3 kapal ikan Indonesia pukat ikan dan pukat udang, 4 kapal ikan Indonesia penangkap. Menurut data perencanaan, pada tahun 2003 diharapkan telah terpasang 500 kapal perikanan asing dan lokal dengan bobot 100 GT ke atas dan pada tahun 2004 diharapkan terpasang 1.000 kapal perikanan asing dan lokal dengan bobot 50 GT ke atas. 4.8.3 Prosedur Pemasangan Alat VMS Pemasangan transmitter dilakukan pada kapal dalam kategori yang harus dipasang transmitter. Prosedur yang harus dilalui adalah sebagai berikut : 1 Pemasangan Rutin pemasangan oleh petugas pengawas perikanan di pelabuhan perikanan atau terhadap kapal yang mendarat dan belum memiliki transmitter 1 Menetapkan waktu pemasangan. 2 Menghubungi FMC, Jakarta untuk pemberitahuan akan adanya pemasangan. 3 Melakukan pemasangan. 4 Melakukan pengecekan hasil pemasangan. 96 5 Melakukan pengisian dan penandatanganan form administrasi pemasangan. 6 Mengirim berkas administrasi pemasangan ke FMCPMO-VMS, Ditjen P2SDKP di Jakarta. Bentuk alat transmitter dan contoh pemasangannya di kapal penangkap ikan secara benar dan tidak terhalang menghadap langit disajikan pada Gambar 27 berikut ini. Sumber : Foto Koleksi PMO VMS DKP Gambar 27 Bentuk Transmitter dan Contoh Pemasangannya di Kapal. 2 Pemasangan Khusus 1 Pemasangan dalam rangka pengurusan surat izin baru, peranjangan izin, dan pelaksanaan cek fisik. Prosedur yang harus dilalui adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan waktu pemasangan sebelum melakukan proses perizinan dan cek fisik minimal 1 minggu. b. Mengajukan surat permohonan pemasangan transmitter VMS. c. Menyelesaikan hal-hal financial yang terkait dengan penggunaan transmitter. d. Menyelesaikan masalah administrativesurat-surat dan form isian terkait dengan penggunaan transmitter. e. Mengambil dan memeriksa kelengkapan transmitter. f. Menghubungi FMC, Jakarta untuk pemberitahuan akan adanya pemasangan. g. Melakukan pemasangan. 97 h. Melakukan pengecekan hasil pemasangan. i. Melakukan pengisian dan penandatanganan form administrasi pemasangan. j. Mengirim satu berkas administrasi pemasangan ke FMCPMO-VMS, Ditjen P2SDKP di Jakarta. 2 Pemasangan transmitter dalam operasi pengawasan Pemasangan sebagai akibat tertangkapnya kapal perikanan yang tidak memiliki transmitter VMS dalam suatu operasi pengawasan. a. Pelaksanaan operasi pengawasan yang terkait dengan pemasangan transmitter ini dilaksanakan setelah jangka waktu pemasangan yang diberikan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan kepada pihak pengusaha pemilik kapal dinyatakan selesai sesuai Surat Pemberitahuan dari Ditjen Perikanan Tangkap. b. Terhadap kapal perikanan yang tertangkap PPNStenaga pengawas perikananpetugas yang ditunjuk pada kapal patrolipengawas segera melakukan sebagai berikut : i memeriksa adatidaknya dan keaslian dokumen kapal dan SPISIKPI; ii menetapkan apakah kapal tersebut termasuk dalam tahapan dan prioritas pemasangan pada saat itu; iii memeriksa apakah kapal tersebut telah memiliki transmitter VMS yang dapat dipantau di FMC, Ditjen P2SDKP Jakarta; iv terhadap kapal ikan asing yang dioperasikan dalam rangka kerja sama dengan perusahaan lokal, harus memperlihatkan Naskah Surat Perjanjian yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dianggap sah dalam proses perizinan; v pemasangan dilakukan sesuai prosedur pemasangan rutin yang dilaksanakan oleh teknisi kapal pengawas dibantu oleh teknisi kapal perikanan yang bersangkutan; vi prosedur selanjutnya mengenai pengecekan hasil pemasangan tetap dilakukan seperti halnya pemasangan rutin; dan vii bagi kapal perikanan yang tertangkap dan tetap tidak mau dipasang transmitter, segera dibuatkan Surat Pernyataan Nahkoda yang akan menjadi dasar bagi pelaksanaan sanksi sesuai ketentuan. 98 3 Pemasangan transmitter milik sendiri a. Mempelajari dan memahami sistem jaringan VMS yang telah dibangun Ditjen P2SDKP, Departemen Kelautan dan Perikanan dan ketentuan-ketentuan tentang transmitter yang diadakan sendiri oleh Pemilik Kapal dan Perusahaan. b. Mengajukan permohonan tentang pengadaan transmitter sendiri dan melengkapinya dengan spesifikasi dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BRKP dalam buku Pedoman Pengadaan transmitter Sendiri. c. Melampirkan surat persetujuan dari BRKP dan jadwal pemasangan. d. Melampirkan surat pernyataan akan selalu mengaktifkan transmitter dan memelihara, menjaga, membayar air time, sehingga posisi kapal selalu terpantau. e. Menghubungi petugas monitor di Ditjen P2SDKP FMC pada saat pemasangan. f. Meminta dan mendapatkan form FMC-03 E sebagai bukti terpantaunya posisi kapal dan transmitter telah terpasang dengan baik, untuk digunakan dalam pengurusan izin atau diperlihatkan pada saat ada pemeriksaan.

4.8.4 Bentuk Kerjasama dan Ruang Lingkup Pekerjaan

Pembangunan VMS di Departemen Kelautan dan Perikanan merupakan kerjasama antara Bagian Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengawasan PSP Departemen Kelautan dan Perikanan RI dengan Collecte Localisation Satellites CLS Perancis yang diageni oleh PT. Dharma Dwitunggal Utama, dengan nomor kontrak No. PL.343PSKP-PSPSPPKXII2002, ditandatangani tanggal 30 Desember 2002. Tahap awal pembangunan VMS di Departemen Kelautan dan Perikanan diawali dengan bantuan softloan dari pemerintah Perancis ke pemerintah Indonesia sebesar 9,365,347 sembilan juta tiga ratus enam puluh lima tiga ratus empat puluh tujuh Euro yang merupakan realisasi dari Financial Protocol tanggal 11 Februari 2002. 99 Dana ini merupakan pinjaman lunak untuk masa pembayaran 20 tahun termasuk grace period 5 lima tahun, dengan interest rate 2,35 per tahun. Kegiatan meliputi : 1 Penyediaan 1.500 transmitter, 2 Pembangunan sistem VMS, 3 Pembangunan FMC dan RMC, 4 Pelaksanaan pelatihan teknis, sosialisasi, legal frameworkSOP, 5 Pemeliharaan dan pengembangan, 6 Instalasi kapal patroli. 4.8.5 Pendistribusian Alat VMS di Pelabuhan Perikanan Kondisi penyebaran transmitter atau alat VMS terhadap kapal Indonesia bersadarkan pelabuhan pangkalan yang terpasang belum mampu memenuhi target pemasangan VMS yang memprioritaskan jenis alat tangkap tertentu seperti Pukat Ikan dan Pukat Udang. Tabel 16 Hasil Pemasangan Alat VMS Berdasarkan Pelabuhan Pangkalan INDONESIA ASING NO. Pelabuhan Pangkalan Pasang Tx Existing Pasang Tx Existing Total Terpa sang 1 Ambon 59 1127 197 602 256 2 Banyuwangi 7 9 35 7 3 Batam 13 4 Belawan 21 153 19 40 5 Benoa 137 799 137 6 Biak 164 10 23 10 7 Bitung 26 196 47 32 73 8 Cilacap 24 42 24 9 Dobo 2 2 10 Kendari 57 91 18 75 11 Kupang 1 1 12 Manokwari 7 4 4 13 Merauke 26 121 74 8 100 14 Muara Baru 173 208 2 175 15 Pekalongan 52 397 52 16 Pontianak 3 3 3 17 Sorong 60 71 7 67 18 Tanjung Pinang 1 19 Ternate 3 3 20 Tual 65 45 195 260 Jumlah 714 3.433 575 714 1.289 Sumber : Data PMO VMS, Juni 2005