dimanfaatkan secara maksimal Sawarjuwono, 2003. Contohnya adalah struktur, proses, rutinitas, sistem, dan kebudayaan yang terdapat di suatu
perusahaan, mencakup database, perangkat manajemen, sistem teknologi informasi, rancangan structural, mekanisme koordinasi, kebijakan, prosedur,
kapasitas pembelajran organisasional, dan sistem jaringan. 3. Relational Capital atau Costumer Capital modal pelanggan
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara
nyata. Relational
capital merupakan
hubungan yang
harmonisassociation network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas,
berasal dari pelanggan loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah
maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai
bagi perusahaan tersebut Sawarjuwono, 2003. Contohnya adalah citra perusahaan, reputasi, loyalitas pelanggan, kepuasan pelanggan, jaringan
distribusi, goodwill, kontrak lisensi, dan perjanjian franchise.
2.6 Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual
Menurut Bruggen, et al. 2009 alasan perusahaan mengungkapkan modal intelektual yaitu mengurangi tingkat asimetri informasi sehingga biaya modal
perusahaan dapat mengalami penurunan. Pengungkapan modal intelektual dapat
meningkatkan nilai relevansi laporan keuangan. Peningkatan nilai relevansi laporan keuangan dapat mencegah perusahaan pada kondisi sebagai berikut:
1. Kegagalan dalam
menyampaikan informasi
secara relevan
sehingga mengakibatkan
kemrosotan posisi
keuangan perusahaan
dan dapat
menghilangkan daya saing jangka panjang. 2. Investor sulit menilai secara akurat nilai perusahaan untuk alokasi sumber
daya dengan menggunakan laporan keuangan yang tidak melaporkan modal intelektual.
3. Manajer sulit untuk menentukan relevansi aset tidak berwujud yang diperlukan untuk operasi perusahaan.
Pengungkapan modal intelektual dapat menciptakan kepercayaan dengan karyawan dan stakeholder, serta mencegah kerugian dan rumor gosip yang
mempengaruhi reputasi perusahaan. Kepercayaan penting dalam jangka panjang bagi perusahaan sebagai suatu strategi dalam menciptakan komitmen stakeholder
yang lebih tinggi untuk masa depan perusahaan Bruggen, et al., 2009. Pengungkapan informasi mengenai modal intelektual dapat juga dijadikan
perusahaan sebagai alat pemasaran. Pengungkapan modal intelektual, perusahaan dapat memberikan bukti tentang nilai-nilai sejati yang diterapkan dalam
perusahaan serta kemampuan perusahaan dalam menciptakan kekayaan sehingga dapat meningkatkan reputasi.
Pengelolaan modal intelektual perlu diberi perhatian secara lebih. Pengelolaan
modal intelektual
yang baik akan
dapat membantu
untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengungkapkan modal intelektual. Akan tetapi
sesuai dengan perkembangan jaman, maka terjadi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hal penyajian dan penilaian aset tak berwujud terutama modal
intelektual. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bruggen, et al. 2009 yang menjelaskan standar sukarela lebih tepat dan fleksibel dibandingkan dengan
standar wajib karena adanya perubahan yang cepat pada modal intelektual. Dari literatur-literatur yang berhasilkan dikumpulkan, kebanyakan para
penulis membahas tentang pengukuran modal inetelektual. Sedangkan bagaimana pelaporan modal intelektual dibuat masih jarang dibahas. Disamping itu publikasi
terhadap modal intelektual masih sangat jarang dilakukan. Seperti halnya dengan pengukuran modal intelektual, pelaporan aset ini belum dibuatkan sebuah
standard tertentu. Beberapa penulis Bontis 2000; Sveiby 1998; Mouritsen et al. 2000 menyarankan untuk melakukan pelaporan keuangan kedalam dua bentuk,
yaitu laporan keuangan yang lama dalam ukuran moneter ditambah dengan laporan khusus tentang modal intelektual dengan ukuran non moneter, Bontis
dalam Sawarjuwono 2003 menyatakan bahwa: “Adding a flow perspective to the stock perspective is akin to adding a
profit and loss statement to a balance sheet in accounting. The two perspectives combined or the two reporting tools, in the case of
accounting provide much more information than any single one alone. At the same time, intellectual capital flow reporting presents some additional
challenges in terms of complexity.” Pernyataan ini juga menunjukkan pentingnya laporan tambahan yang
menguraikan modal intelektual dalam perusahaan. Usulan-usulan ini dapat
diterima oleh berbagai kalangan dan secara umum pelaporan terhadap modal intelektual perusahaan biasa disebut statement of intellectual capital.
Di Indonesia, pengungkapan modal intelektual masih bersifat voluntary. Sampai saat ini belum ada pengelompokkan komponen modal intelektual yang
dapat diterima bersama dan belum ada pola khusus pengungkapan modal intelektual Yunanto, 2010. Namun demikian, terdapat perkembangan konsep
modal intelektual di Indonesia dengan adanya regulasi yaitu PSAK No. 19 Revisi 2009 tentang aset tak berwujud. Menurut PSAK No. 19 Revisi 2009 aset tak
berwujud merupakan aset non moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik, dimiliki dan dibawah kontrol suatu perusahaan, dapat dijual, disewakan, dan
dipertukarkan kepada pihak lainnya atau untuk tujuan administratif. Sawarjuwono 2003 menyatakan penelitian terhadap pelaporan modal
intelektual ini juga dilakukan oleh Guthrie dan Petty 2000 yang melakukan penelitian terhadap 20 perusahaan di Australia yang telah terdaftar pad bursa efek
Satyo 2000; Mouritsen et al. 2000. Hasil penelitian ini menunjukkan porsi pengungkapan setiap elemen modal intelektual, dimana 30 indikator yang
digunakan mengungkapkan human capital, 30 organizational capital internal structure dan 40 customer capital external structure. Disamping hal-hal di
atas, riset Guthrie dan Petty 2000 menunjukkan bahwa: 1. Pengungkapan modal intelektual lebih banyak 95 disajikan secara terpisah
dan tidak ada yang disajikan dalam angka atau kuantitatif. Hal ini mendukung pandangan yang selama ini kuat yaitu aktiva tidak berwujud atau modal
intelektual sulit untuk dikuantifikasikan.
2. Pengungkapan mengenai modal eksternal lebih banyak dilakukan oleh perusahaan. Tidak terdapat pola tertentu dalam laporan-laporan tersebut. Hal-
hal yang banyak diungkapkan menyebar di antara ketiga elemen modal intelektual.
3. Pelaporan dan pengungkapan modal intelektual dilakukan masih secara sebagian dan belum menyeluruh.
4. Secara keseluruhan perusahaan menekankan bahwa modal intelektual merupakan hal penting untuk menuju sukses dalam menghadapi persaingan
masa depan. Namun hal itu belum dapat diterjemahkan dalam suatu pesan yang solid dan koheren dalam laporan tahunan.
Pengungkapan modal intelektual tidak disajikan dalam neraca. Hal tersebut disebabkan pengungkapan modal intelektual sulit untuk diukur dan
dikuantifikasikan. Menurut Bruggen, et al. 2009 kerangka kerja akuntansi dan standar akuntansi yang berlaku tidak memungkinkan untuk melakukan pengakuan
dan pengungkapan penuh pada komponen modal intelektual. Oleh karena itu, metode pengukuran baru dan model pelaporan IC seperti IC Index dapat
membantu mengatasi masalah standar akuntansi keuangan tradisional dalam pengukuran modal intelektual.
Pengungkapan modal intelektual dituangkan dalam informasi tambahan melalui laporan tahunan yang dipublikasikan. Mengungkapkan modal intelektual,
perusahaan dapat mengatasi masalah yang ada dalam hubungan keagenan seperti asimetri informasi. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa biaya agen
timbul dari perilaku oportunistik manajernya, sehingga mereka termotivasi untuk
mengungkapkan informasi secara sukarela yaitu informasi modal intelektual untuk mengurangi biaya agensi tersebut.
2.7 Kinerja Modal Intelektual