semua stakeholder Ernst dan Young, 1999 dalam Suhardjanto dan Wardhani 2010.
2.3 Teori Agensi
Teori agensi menjelaskan adanya hubungan keagenan atau kontrak kerja yang melibatkan antara dua pihak. Kontrak kerja terjalin antara pihak prinsipal
dengan pihak agen. Kontrak kerja ini berdampak pada pemisahan fungsi. Hal ini dikarenakan investor atau prinsipal yang menanamkan modalnya dalam bentuk
saham tidak dapat berkecimpung secara aktif di dalam aktivitas operasional perusahaan yang mereka miliki, prinsipal menunjuk manajemen perusahaan yang
bertindak sebagai agen dan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan yang dimilikinya sebagai pemilik perusahaan kepada manajemen.
Teori agensi berpandangan bahwa pendelegasian otoritas pengambilan keputusan memungkinkan pihak manajemen yang bertindak sebagai agen untuk
melakukan suatu tindakan penyalahgunaan sumber daya perusahaan demi kepentingan pribadi sehingga terjadi konflik antara pihak manajemen sebagai
pengendali dan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan Fama dan Jensen, 1983 dalam Abeysekera, 2010. Menurut Jensen dan Meckling 1976, dalam
suatu hubungan keagenan, investor sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen diasumsikan sebagai dua belah pihak yang akan memaksimalkan utilitas mereka,
sehingga agen tidak selalu bertindak sesuai harapan prinsipal. Potensi masalah yang muncul dalam teori agensi ini adalah adanya
asimetri informasi. Hal ini dikarenakan pihak agen lebih memahami kondisi
internal suatu perusahaan dibandingkan dengan pihak prinsipal yang akan memicu adanya kecurangan pihak agen untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Salah
satu bentuk kecurangan yang dilakukan yaitu menyajikan informasi yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya.
Menurut Bruggen, et al. 2009 menyatakan bahwa asimetri informasi dapat mengakibatkan misalokasi modal yang mengarah pada biaya sosial seperti
pengangguran dan penurunan produktivitas. Selain itu risiko yang akan muncul yaitu munculnya biaya pengawasan. Untuk mengurangi risiko yang muncul, teori
agensi menempatkan pengungkapan sebagai mekanisme yang dapat mengurangi biaya yang dihasilkan dari konflik antara manajer dengan pemegang saham
compensation contracts dan dari konflik antara perusahaan dan krediturnya debt contracts. Oleh karena itu, pengungkapan merupakan mekanisme untuk
mengontrol kinerja manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer didorong untuk mengungkapkan voluntary information seperti intellectual capital disclosure.
2.4 Signalling Theory