4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar nilai parameter model penduga yang digunakan dinyatakan valid. Uji asumsi klasik merupakan prasyaratan
analisis regresi berganda. Uji penyimpangan asumsi klasik menurut Ghozali 2011 terdiri dari uji normalitas, uji multikoliniearitas, uji autokorelasi, dan uji
heterokedastisitas. Berikut ini hasil pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini.
1. Uji Normalitas
Ghozali 2011 menyatakan bahwa uji normalitas adalah untuk menguji apakah model regresi, variabel independen, dan variabel dependennya memiliki
distribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan
melihat histogram dan grafik normal plot, uji rasio skewness dan kurtosis serta uji Kolmogorov Smirnov K-S. Hasil analisis grafik dapat dilihat dilihat sebagai
berikut
Gambar 4.1Uji Normalitas dengan Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa grafik histogram berdistribusi normal dengan pola distribusi yang tidak menceng skewness ke kiri maupun menceng
kurtosis ke kanan.
Gambar 4.2 Hasil Uji Normal Probability Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, dengan penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan gambar
4.1 dan gambar 4.2 dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas, sehingga layak digunakan.
Hasil uji statistik rasio skewness dan rasio kurtosis dapat dilihat pada tabel 4.20 dibawah ini.
Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas dengan Rasio Skewness dan Kurtosis
N Skewness
Kurtosis Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 75
.138 .277
.479 .548
Valid N listwise 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013 Tabel 4.20 menunjukkan statistik skewness 0,138 dan standar error 0,277
maka nilai rasio skewness 0,498 dari 0,1380,277; sedangkan statistik kurtosis o,479 dan standar error 0,548 maka nilai rasio kurtosis 0,874 dari 0,4790,548;
karena rasio skewness dan rasio kurtosis berada diantara -2 hingga +2, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal. Hasil uji Kolmogorov Smirnov
K-S dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut.
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov K-S
Unstandardized Residual
N 75
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 6.32576014
Most Extreme Differences Absolute
.060 Positive
.056 Negative
-.060 Kolmogorov-Smirnov Z
.516 Asymp. Sig. 2-tailed
.953 a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013 Tabel 4.21 menunjukkan bahwa besarnya nilai Asymp. Sig. 2-tailed
adalah 0,953 dan lebih besar dari 0,05. Selain itu, nilai Kolmogorov Smirnov K- S sebesar 0,516 dan tidak signifikan pada 0,05 maka dapat dikatakan bahwa uji
normalitas terpenuhi.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antar pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Ghozali, 2011. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat
dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson Uji DW. Nilai dl dan du untuk jumlah variabel independen 7 dengan jumlah sampel 75 pada taraf
signifikansi 0,05 adalah sebesar dl 1,428 dan du 1,834. Hasil perhitungan uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.22 Hasil Uji Autokorelasi
Model R
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1
.730
a
6.64800 1.861
a. Predictors: Constant, SQRAGE, SQRTLEV, KONST, SQRRAKOM, SQRUDIT, KMI, SQRUKOM
b. Dependent Variable: ICD
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013 Tabel 4.22 menunjukkan bahwa DW sebesar 1,861 lebih besar dari batas
du 1,834 dan kurang dari 4 - 1,834 4 – du, berdasarkan kriteria tabel nilai uji durbin watson halaman 66, hasil ini menunjukkan tidak ada autokorelasi positif
atau negatif. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
korelasi antar
variabel bebas
independen Ghozali,
2011. Pendekatan yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas dengan
uji tes Variance Inflation Factor VIF, dengan analisis jika nilai tolerance 0,10 dan VIF 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinieritas pada
penelitian tersebut atau jika nilai tolerance 0,10 dan VIF 10, maka dapat diartikan bahwa terdapat multikolinieritas pada penelitian tersebut. Hasil uji
multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.23. Tabel 4.23 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat yaitu
antara RAKOM dengan RADIT -0,603 dan UKOM dengan RADIT -0,609. Hal ini berarti pada model regresi ini telah terkena gejala multikolinieritas.
Selanjutnya dengan memperhatikan nilai VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance, bila nilai VIF dan Tolerance mendekati 1, dapat dikatakan telah terjadi
gejala multikolinieritas terhadap model regresi ini. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 4.23.
Tabel 4.23 Uji Multikolinieritas dengan Matriks Korelasi
Coefficient Correlations
a
Model SQRAGE SQRTLEV
KONST SQRRADIT
KMI SQRUDIT SQRRAKOM SQRUKOM
1 Correlations SQRAGE 1.000
.173 .236
-.081 -.217
-.088 .149
-.199 SQRTLEV
.173 1.000
.176 .015
-.343 -.139
.259 -.139
KONST .236
.176 1.000
-.225 -.001
-.187 .362
-.023 SQRRADIT
-.081 .015
-.225 1.000
.245 -.070
-.603 -.609
KMI -.217
-.343 -.001
.245 1.000
-.122 -.409
.015 SQRUDIT
-.088 -.139
-.187 -.070
-.122 1.000
-.047 -.250
SQRRAKOM .149
.259 .362
-.603 -.409
-.047 1.000
.238 SQRUKOM
-.199 -.139
-.023 -.609
.015 -.250
.238 1.000
Covariances SQRAGE .596
.206 .008
-.070 -.106
-.261 .093
-.431 SQRTLEV
.206 2.368
.012 .026
-.333 -.820
.323 -.599
KONST .008
.012 .002
-.011 -4.246E-5
-.032 .013
-.003 SQRRADIT
-.070 .026
-.011 1.237
.172 -.296
-.544 -1.895
KMI -.106
-.333 -4.246E-5
.172 .398
-.294 -.209
.026 SQRUDIT
-.261 -.820
-.032 -.296
-.294 14.701
-.145 -2.683
SQRRAKOM .093
.323 .013
-.544 -.209
-.145 .657
.540 SQRUKOM
-.431 -.599
-.003 -1.895
.026 -2.683
.540 7.826
a. Dependent Variable: ICD
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.24 Uji Multikolinieritas dengan VIF
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1
Constant -17.542
7.729 -2.270
.026 KMI
-.788 .631
-.124 -1.250
.216 .688
1.454 SQRTLEV
.212 1.539
.013 .138
.891 .776
1.289 SQRUKOM
8.489 2.797
.389 3.035
.003 .413
2.422 SQRRAKOM
3.747 .811
.553 4.623
.000 .473
2.114 SQRUDIT
10.048 3.834
.256 2.621
.011 .707
1.415 SQRRADIT
-1.914 1.112
-.250 -1.721
.090 .322
3.106 KONST
.063 .045
.134 1.395
.168 .737
1.357 SQRAGE
2.084 .772
.247 2.698
.009 .805
1.242 a. Dependent Variable: ICD
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Pada model regresi ini terdapat masalah multikolinieritas maka proses dilanjutkan dengan membuang variabel bebas yang mempunyai korelasi sangat
kuat dengan variabel bebas lainnya, karena terdapat dua variabel bebas yang memiliki korelasi kuat yaitu RAKOM dengan RADIT dan UDIT dengan RADIT,
maka yang harus dibuang terlebih dahulu adalah RADIT, kemudian dilakukan proses regresi ulang.
Tabel 4.25 Uji Multikolinieritas dengan Matriks Korelasi tanpa RADIT
Coefficient Correlations
a
Model SQRAGE SQRTLEV KONST SQRRAKOM SQRUDIT
KMI SQRUKOM
1 Correlations SQRAGE
1.000 .175
.224 .126
-.094 -.204
-.315 SQRTLEV
.175 1.000
.185 .336
-.138 -.358
-.164 KONST
.224 .185
1.000 .292
-.208 .057
-.207 SQRRAKOM
.126 .336
.292 1.000
-.111 -.338
-.205 SQRUDIT
-.094 -.138
-.208 -.111
1.000 -.108
-.370 KMI
-.204 -.358
.057 -.338
-.108 1.000
.213 SQRUKOM
-.315 -.164
-.207 -.205
-.370 .213
1.000 Covariances SQRAGE
.610 .213
.008 .064
-.286 -.099
-.553 SQRTLEV
.213 2.436
.013 .344
-.837 -.346
-.575 KONST
.008 .013
.002 .009
-.036 .002
-.021 SQRRAKOM
.064 .344
.009 .430
-.283 -.137
-.302 SQRUDIT
-.286 -.837
-.036 -.283
15.058 -.261
-3.229 KMI
-.099 -.346
.002 -.137
-.261 .385
.297 SQRUKOM
-.553 -.575
-.021 -.302
-3.229 .297
5.065 a. Dependent Variable: ICD
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.26 Uji Multikolinieritas dengan VIF tanpa RADIT
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1
Constant -13.088
7.388 -1.772
.081 KMI
-.523 .620
-.082 -.843
.402 .732
1.367 SQRTLEV
.252 1.561
.015 .161
.872 .776
1.288 SQRUKOM
5.556 2.251
.254 2.469
.016 .657
1.523 SQRRAKOM
2.905 .656
.429 4.430
.000 .744
1.344 SQRUDIT
9.589 3.880
.245 2.471
.016 .710
1.408 KONST
.045 .044
.097 1.020
.311 .776
1.288 SQRAGE
1.975 .781
.235 2.530
.014 .810
1.234 a. Dependent Variable: ICD
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013 Tabel 4.25 dan 4.26 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antar
variabel bebas yang kuat lebih besar 0,5. Nilai tolerance kurang dari 0,10 dan hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada
satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat dikatakan bahwatidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam
model regresi. Tabel 4.27 dibawah ini akan memperjelas ringkasan dari hasi uji multikolinieritas.
Tabel 4.27 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Independen
Tolerance VIF
Kesimpulan
Kinerja Modal Intelektual 0,732
1,367 Tidak ada multikolinieritas
Tingkat Utang 0,776
1,288 Tidak ada multikolinieritas
Ukuran Dewan Komisaris 0,657
1,523 Tidak ada multikolinieritas
Jumlah Rapat Dewan Komisaris 0,744
1,344 Tidak ada multikolinieritas
Ukuran Komite Audit 0,710
1,408 Tidak ada multikolinieritas
Konsentrasi Kepemilikan Saham 0,776
1,288 Tidak ada multikolinieritas
Umur Listing 0,810
1,234 Tidak ada multikolinieritas
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain Ghozali, 2011. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut sebagai homokedastisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas
dalam penelitian
ini menggunakan metode scatterplot pada uji regresi yang telah dilakukan
sebelumnya. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali,
2011. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Dari grafik scatterplots di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen
berdasarkan masukan variabel independennya.
4.2.3 Analisis Regresi Berganda