Teori Legitimasi Stakeholder Theory

11

BAB II TELAAH TEORI

2.1 Teori Legitimasi

Teori legitimasi berasal dari kontrak sosial antara perusahaan dan masyarakat yang menyatakan bahwa perusahaan akan mencari jalan atau melakukan suatu tindakan agar perilakunya dipandang baik oleh publik sehingga kelangsungan perusahaan dapat terjaga. Guthrie et al. 2006 menyatakan bahwa berdasarkan teori ini, perusahaan akan mengungkapkan secara sukarela segala pencapaiannya yang dipandang sesuai dengan ekspektasi masyarakat, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit, berdasarkan kontrak sosial yang terjalin antara perusahaan dan masyarakat. Pengungkapan ini juga bertujuan untuk membentuk citra yang baik di hadapan publik. Menurut Guthrie et al. 2004 dalam Oliveira et al. 2008, legitimacy theory berhubungan erat dengan pelaporan intellectual capital. Perusahaan lebih mungkin untuk melaporkan intangibles yang dimiliki, jika perusahaan memiliki kebutuhan yang spesifik untuk melakukannya. Perusahaan tidak dapat melegitimasi statusnya hanya lewat “hard” asset yang diakui sebagai simbol kesuksesan tradisional perusahaan. Pendapat lainnya diungkapkan oleh Lindblom 1994 dalam Williams 2001 yang menyatakan bahwa pelaporan terkait kepemilikan modal intelektual perusahaan berikut pendayagunaan modal intelektual dalam menciptakan nilai bagi perusahaan merupakan suatu strategi bagi perusahaan yang citranya diragukan oleh stakeholder.

2.2 Stakeholder Theory

Stakeholder Theory berasumsi bahwa perusahaan tidak hanya bertanggung jawab pada shareholder atau pemilik saham, tetapi juga kepada Stakeholder. Menurut Freeman 1984 dalam Oliveira et al. 2010 stakeholder adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu perusahaan. Pihak-pihak yang masuk ke dalam kelompok stakeholder adalah pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat Riahi-Belkaoui, 2003. Berdasarkan stakeholder theory, perusahaan memiliki insentif yang tinggi untuk meyakinkan stakeholder bahwa aktivitasnya sesuai dengan ekspektasi stakeholder Branco dan Rodrigues, 2006. Untuk meyakinkan para stakeholder, pengungkapan dipilih sebagai suatu strategi untuk mengelola atau bahkan memanipulasi pemenuhan tuntutan dari berbagai kelompok Deegan dan Blomquist, 2006. Pengungkapan informasi pada laporan keuangan merupakan salah satu bentuk dari tanggung jawab manajemen dalam memenuhi hak stakeholder untuk memperoleh informasi mengenai kebijakan dan kegiatan operasional perusahaan serta dampak bagi mereka. Woodcock Whiting 2009 menyatakan bahwa perusahaan akan mengungkapkan informasi mengenai modal intelektual mereka secara sukarela untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi para stakeholder. Perusahaan yang berkomitmen untuk melaporkan aktivitasnya termasuk intellectual capital disclosure kepada stakeholder, biasanya bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan dan keberlanjutan pembentukan nilai untuk semua stakeholder Ernst dan Young, 1999 dalam Suhardjanto dan Wardhani 2010.

2.3 Teori Agensi