b. Tujuan Pembinaan
Tujuan pembinaan ialah memasyarakatkan kembali seseorang yang pernah mengalami konflik sosial, sebagai suatu cara baru untuk menjadikan seseorang
berguna bagi negara dan masyarakat sekitar. Secara umum tujuan pembinaan adalah untuk membuat narapidana mampu beritegrasi secara wajar dalam
kehidupan kelompok selama dalam LAPAS atau RUTAN dan kehidupan yang lebih luas dalam masyarakat, setelah menjalani pidana. Pembinaan juga bertujuan
untuk menciptakan manusia yang patuh terhadap hukum, dan tidak mau lagi mengulang perbuatan yang melanggar hukum.
3. Warga Binaan a.
Pengertian warga binaan
Warga binaan merupakan warga masyarakat yang dibina dalam suatu LAPAS atau RUTAN ataupun di luar LAPAS ataupun RUTAN. Warga binaan
pemasyarakatan adalah narapidana, anak didik pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan.
33
Warga masyarakat merupakan manusia biasa yang memiliki hak selayaknya manusia, hanya saja warga binaan ini dipisahkan dari masyarakat
karena melakukan perbuatan yang dilanggar oleh hukum yang berlaku di tengah- tengah masyarakat.
b. Jenis-jenis warga binaan
1 Narapidana
Narapidana adalah seseorang yang menjalani pidana hilang kemerdekaann ataupun pidana penjara maupun pidana kurungan yang ditempatkan di LAPAS
33
Ibid, Pasal 1 ayat 5
atau RUTAN. Hilang kemerdekaan merupakan suatu penderitaan warga binaan yang harus berada di LAPAS atau RUTAN untuk jangka waktu tertentu, sehingga
Negara mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaiki perilaku warga binaan ke arah yang lebih baik lagi, sedangkan LAPAS atau RUTAN adalah tempat
untuk melaksanakan pembinaan narapidana atau warga binaan. Narapidana sering juga disebut dengan “si terpidana”. Terpidana
maksudnya adalah seseorang yang melakukan tindak pidana yang berdasarkan putusan pengadilan telah diberikan sanksi pidana hilangnya kemerdekaan dan
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Tindak pidana merupakan perbuatan yang melanggar norma hukum yang berlaku.
Tindak pidana terdiri atas beberapa unsur anatara lain : 1
Suatu perbuatan manusia 2
Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang 3
Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan. Unsur-unsur diatas, harus terpenuhi untuk menentukan seseorang itu
apakah subjek tindak pidana atau tidak. Perbuatan yang dilakukan itu harus merupakan perbuatan yang dilarang sehingga dapat diancam dengan hukuman
oleh undang-undang yang berlaku dan perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan, maksudnya adalah seseorang yang melakukan
perbuatan pidana itu sudah dianggap cakap hukum. Cakap hukum maksudnya ialah, sudah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang
sebagai orang yang telah cakap dihadapan hukum. Seorang yang belum cakap hukum tidak akan bias mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan
hukum, misalnya seorang yang berada di bawah pengampuan, apabila melakukan perbuatan pidana tidak akan bias dimintai pertanggung jawaban nya.
Narapidana terdiri atas narapidana wanita dan narapidana laki-laki. Proses pembinaan narapidana laki-laki berbeda dengan pembinaan wanita. Narapidana
wanita ialah warga binaan pemasyarakatan yang berjenis kelamin wanita dan sudah dewasa. Pembinaan narapidana wanita dilaksanakan di LAPAS wanita
34
.
2 Anak Didik Pemasyarakatan
Anak didik pemasyarakatan adalah : 1
Anak pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18
delapan belas tahun; 2
Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS
anak paling lama berumur sampai berumur 18 tahun; 3
Anak sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS anak
paling lama berumur 18 delapan belas tahun.
35
Dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana, anak Negara, dan anak
sipil, ditempatkan di LAPAS anak .Anak pidana, anak Negara dan anak sipil dibina berdasarkan penggolongan atas dasar :
1 Umur,
2 Jenis kelamin,
3 Lama pidana yang dijatuhkan,
4 Jenis kejahatan, dan
5 Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan
pembinaan
34
Ibid, Pasal 12 ayat 2
35
Ibid, Pasal 1 ayat 8
Proses pembinaan anak pidana, anak sipil, dan anak Negara diawali dengan proses pendaftaran yang dilakukan dengan cara :
1 Pencatatatn :
a Putusan pengadilan,
b Jati diri, dan
c Barang dan uang yang dibawa
2 Pemeriksaan kesehatan
3 Pembuatan pasfoto
4 Pengambilan sidik jari, dan
5 Pembuatan berita acara serah terima anak Negara, anak pidana ataupun
anak sipil.
3 Klien Pemasyarakatan
Klien pemasyarakatan adalah seseorang yang sedang berada dalam bimbingan BAPAS. Pembinaan warga binaan pemasyarakatan di LAPAS
dilaksanatau RUTAN akan secara intramural di dalam LAPAS atau RUTAN dan secara ekstramural di luar LAPAS atau RUTAN. Pembinaan secara
ekstramural yang dilakukan di LAPAS atau RUTAN disebut asimilasi, yaitu proses pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang telah memenuhi
persyaratan tertentu dengan membaurkan mereka ke dalam kehidupan masyarakat. Pembinaan secara ekstramural dilakukan oleh BAPAS yang disebut integrasi,
yaitu proses pembinaan wrga binaan pemasyarakatan yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk hidup dan berada kembali di tengah-tengah masyarakat
dengan bimbingan dan pengawasan BAPAS. Klien pemasyarakatan terdiri atas :
1 Terpidana bersyarat
2 Narapidana, anak pidana, dan anak Negara yang mendapatkan
pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas 3
Anak Negara yang berdasarkan putusan pengadilan, pembinaannya diserahkan kepada orangtua asuh atau badan social
4 Anak Negara yang berdasarkan Keputusan Menteri atau pejabat di
lingkungan Direktorat Jendral Pemasyarakatan yang ditunjuk , bimbingannya diserahkan kepada orang tua asuh atau badan social, dan
5 Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan, bimbingannya
dikembalikan kepada orang tua atau walinya. Narapidana,dan anak didik pemasyarakatan, dalam menjalankan pidananya
ditempatkan di LAPAS atau RUTAN. LAPAS atau RUTAN adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
36
LAPAS atau RUTAN dan BAPAS didirikan di setiap ibukota dan kotamadya.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif Deskriptif research yaitu “penelitian yang bersifat menemukan fakta-fakta seadanya fact
finding. Penemuan gejala-gejala ini tidak sekedar menunjukkan distribusinya tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungan satu sama lain dalam aspek-
aspek yang sedang diteliti.” Hubungan-hubungan yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan proses pembinaan warga binaan menurut Undang-undang nomor
12 tahun 1995 dengan proses pembinaan warga binaan wanita di Rutan Kelas II B Kabanjahe.
Dalam melakukan langkah-langkah penelitian deskriptif tersebut perlu diterapkan pendekatan masalah sehingga masalah yang akan dikaji menjadi lebih
jelas dan tegas. Pendekatan masalah tersebut dilakukan melalui cara Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris.
36
Op.Cit., Pasal 1 Angka 3