Metode Pembinaan Proses Pembinan Warga Binaan Wanita Di Rutan Kelas II B Kabanjahe

narapidana lainnya jadi apabila narapidana ini mempunyai penyakit yang mudah menular maka narapidana tersebut akan ditempatkan dalam ruangan khusus. Penempatan narapidana dilakukan oleh petugas pemasyarakatan khusus wanita yang bertugas dibagian pengamanan, setelah narapidana ditempatkan di kamar bagia Blok A maka proses selanjutnya ialah melakukan proses bimbingan pemasyarakatan yang tetap juga dilakukan oleh petugas pemasyarakatan wanita. Proses bimbingan dilakukan berdasarkan lamanya masa pidana narapidana yang bersangkutan. Proses bimbingan dilakukan dengan cara manusiawi yang mendukung dan membimbing narapidana ke arah yang lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan, setelah keluar dari Rutan Kelas II B Kabanjahe ini.

1. Metode Pembinaan

Pembinaan yang dilakukan terhadap warga binaan wanita harus dilakukan dengan banyak metode pembinaan. Metode prmbinaan adalah cara yang dilakukan dalam penyampaian materi pembinaan, agar dapat secara efektif dan efisien diterima oleh warga binaan wanita, baik perubahan dalam berpikir, maupun bertingkah laku. 89 Jenis-jenis metode pembinaan menurut C.I. Harsono ialah sebagai berikut : 90 a. Metode pembinaan berdasarkan situasi Metode pembinaan berdasarkan situasi maksudnya ialah mengajarkan kepada warga binaan wanita untuk dapat menguasai situasi bukan bergantung pada situasi. Metode ini dilakukan mengingat adanya warga binaan yang memiliki 89 C.I.Harsono Hs, Op.Cit., Hal 341. 90 Ibid., Hal.342 kecendrungan dan sangat berpengaruh terhadap situasi, baik itu situasi sosial, kejiwaan, dan lain sebagainya. Manusia yang memiliki kecenderungan terhadap situasi sosial merupakan contoh orang yang tidak berpikiran maju, karena situasi sosialmerupakan hal yang paling penting yang dirasakan dalam melakukan suatu perbuatan. Manusia yang memiliki kecenderungan terhadap situasi sosial khususnya manusia yang berasal dari situasi sosial yang rendah miskin merasa tidak mampu mencerna materi pembinaan atau pelajaran. Situasi sosial yang demikian seharusnya memotivasi seseorang itu untuk menjadi lebih maju lagi, karena situasi sosial telah mengajarkan tentang banyak pengalaman hidup, yang dapat menjadi dasar perubahan diri sendiri. 1 Pendekatan dari atas top down approach Pembinaan dengan pendekatan dari atas top down approach ini merupakan pembinaan yang materi pembinaan berasal dari pembina, atau paket pembinaan bagi warga binaan wanita telah disediakan oleh petugas. Warga binaan wanita tidak ikut dalam menentukan jenis pemidanaan yang dijalaninya. 2 Pendekatan dari bawah bottom up approach Pembinaan dengan pendekatan dari bawah merupakan suatu cara pembinaan warga binaan wanita dengan memperhatikan kebutuhan pembinaan atau kebutuhan belajar narapidana, karena tidak semua kebutuhan belajar warga binaan wanita itu sama. b. Metode pembinaan perorangan individual treatment Pembinaan perorangan diberikan kepada warga binaan wanita secara perorangan oleh petugas pembina. Pembinaan perorangan tidak harus terpisah sendiri-sendiri, tetapi dapat dibina dalam kelompok bersama dan penanganannya secara sendiri-sendiri. c. Metode pembinaan secara kelompok classical treatment Pembinaan warga binaan wanita juga dapat dilakukan dengan cara berkelompok, baik menurut kebutuhan pembinaan yang ditentukan oleh pihak Pembina, atau pembinaan sesuai dengan kebutuhan pembinaan yang dirasakan oleh warga binaan wanita. Proses pembinaan secara berkelompok, mempermudah pembina dalam memberikan pembinaan kepada warga binaan wanita sesuai dengan kebutuhan pembinaan mental warga binaan. Proses pembinaan secara berkelompok tersebut pada akhirnya memperhatikan pembinaan warga binaan wanita secara individual. d. Belajar dari pengalaman experiential learing Metode lain yang dapat digunakan dalam pembinaan warga binaan wanita adalah metode pembinaan berdasarkan pengalaman warga binaan wanita, atau warga binaan wanita diminta belajar dari pengalaman. Pengalaman merupakan guru terbaik, tetapi pengalaman selalu datang terlambat karena kita mempunyai pengalaman dulu baru kita belajar dari pengalaman kita tetapi pengalaman orang lain juga dapat kita pelajari sebagai pegangan dalam tindakan kita. Salah satu hal yang penting dalam belajar dari pengalaman, baik pengalaman dari diri sendiri maupun dari orang lain ialah komunikasi. Komunikasi menjadi penting karena banyak hal yang tidak diinginkan terjadi karena kesalahan dari komunikasi. Petugas pemasyarakatan dalam melakukan proses pembinaan harus mamapu menjadi komunikator yang baik, sehingga pesan pembinaan yang disampaikan benar-benar dapat diterima, dilaksanakan, oleh warga binaan wanita. e. Auto Sugesti Auto sugesti merupakan bagian dari motivasi. Motivasi bisa berasal dari dalam diri sendiri dan berasal dari luar diri sendiri. Motivasi dari luar diri sendiri yaitu motivasi yang berasal dari orang lain, dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri yaitu motivasi yang timbul dari hati nurani untuk memotivasi diri sendiri. Autosugesti merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk mempengaruhi bawah sadar manusia, dengan cara memasukkan saran-saran atau perintah untuk melakukan suatu tindakan, sesuai dengan saran yang diberikan. Petugas pemasyarakatan harus mampu memberikan informasi secara terus menerus kepada warga binaan wanita yang berkaitan dengan akibat dari tindak pidana yang dialakukan sehingga informasi tersebut diterima oleh pikiran bawah sadarnya sehingga warga binaan tersebut akan termotivasi untuk tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Pembinaan yang dilakukan di Rutan Kelas II B Kabanjahe dilakukan dengan pendekatan dari atas top down approach. 91 Rutan Kelas II B Kabanjahe, telah menentukan sejak awal apa saja jenis pembinaan yang akan diterapkan 91 Staf Pelayanan Rutan Kelas II B Kabanjahe, Meriati Br Sembiring, Kamis 6 Maret 2014, Pukul 09.00 Wib. kepada warga binaan wanita. Pendekatan dari atastop down approach ini memiliki kekurangan diantaranya yaitu, pembinaan dilakukan secara sepihak tanpa berdiskusi dengan warga binaan wanita. Proses pembinaann seringkali dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan belajar atau pembinaan para warga binaan Rutan Kelas II B Kabanjahe. Pembinaan di Rutan Kelas II B Kabanjahe tidak melakukan pembinaan perorangan individual treatment melainkan pembinaan dilakukan secara berkelompok dimana seluruh warga binaan wanita diperlakukan sama rata dalam melakukan proses pembinaan. Rutan Kelas II B Kabanjahe melakukan pembinaan secara kelompok classical treatment dengan cara metode ceramah dan pembentukan tim. 92 Ceramah merupakan pembinaan kelompok yang dilakukan dengan cara mengumpulkan warga binaan dalam suatu tim. Pembinaan secara kelompok di Rutan Kelas II B Kabanjahe dilakukan terhadap warga binaan wanita yang dipidana karena penyalahgunaan narkoba dan obat-obat terlarang. Pembinaan secara kelompok ini dilakukan mengingat kasus narkoba dan penyalahgunaan obat-obat terlarang ini merupakan kasus terbanyak yang terdapat dalam Rutan saat ini, sehingga Rutan Kelas II B Kabanjahe melakukan pembinaan secara berkelompok dengan cara mengumpulkan warga binaan wanita yang menyalahgunakan narkoba dan obat-obat terlarang dalam suatu tempat untuk mendengarkan ceramah yang membahas tentang bahaya narkoba. 92 Staf Pelayanan Rutan Kelas II B Blok Wanita Kabanajahe, Dian Permatasari Sinuraya, Kamis 6 Maret 2014, Pukul 11.00 Wib.

2. Bentuk-bentuk Pembinaan