Hambatan dari Rutan Kelas II B Kabanjahe.

maupun masyarakat hanya sebagai unsur pembantu belaka, hasilnya kembali lagi kepada warga binaan itu sendiri.

2. Hambatan dari Rutan Kelas II B Kabanjahe.

Hambatan yang muncul dari Rutan Kelas II B Kabanjahe merupakan hambatan yang harus diselesaikan dan ditanggapi dengan baik dan bijaksana, karena proses pembinaan dilaksanakan sebagian besar di dalam Rutan ini. Proses pembinaan warga binaan wanita di Rutan Kelas II B Kabanjahe ini melibatkan semua unsur atau pihak yang ada di dalam Rutan ini Program pembinaan di Rutan Kelas II B Kabanjahe juga mendapat hambatan dalam proses pembinaan terhadap warga binaan wanita yang berasal dari Rutan Kelas II B blok wanita itu sendiri. Hambatan yang berasal dari Rutan Kelas II B Kabanjahe ini, antara lain berupa dana, petugas, sarana dan prasarana. Dana, merupakan faktor utama yang menunjang untuk pelaksanaan pembinaan warga binaan wanita sebab dalam proses pembinaannya dibutuhkan peralatan dan bahan-bahan yang tentunya membutuhkan dana dalam pemenuhannya. Dana sangat dibutuhkan dalam proses pembinaan karena pembinaan yang dilakukan di Rutan Kelas II B Kabanjahe terdiri atas berbagai macam pembinaan yang benar-benar sangat membutuhkan dana. Dana dikatakan sebagai hambatan yang berasal dari Rutan Kelas II B Kabanjahe karena pernah dana dari pusat kurang atau dana yang diberikan tidak sebanding dengan dana yang diperlukan sehingga menghambat proses pembinaan di Rutan ini. Petugas, dalam mengelola dan menjalankan pembinaan petugas harus dapat bekerja dan menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Petugas dalam pembinaan di Rutan Kelas II B Kabanjahe sangat memiliki peran yang sangat penting. Petugas harus mampu melakukan pembinaan terhadap warga binaan wanita yang berada di Rutan sesuai dengan sistem pemasyarakatan. Rutan Kelas II B Kabanjahe mempunyai sejumlah petugas yang bekerja sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing tetapi dalam pelaksanaannya terdapat hambatan dari petugas kesehatan dimana di Rutan ini hanya terdapat 1 satu orang petugas kesehatan. Petugas dalam Rutan Kelas II B khususnya yang melakukan pembinaan terhadap warga binaan wanita mengaku belum pernah melakukan pendidikan ataupun pelatihan yang khusus dalam melaksanakan tugasnya dalam membina warga binaan, karena itu petugas mengaku hanya melakukan pembinaan berdasarkan petunjuk dari atasan. Rutan Kelas II B Kabanjahe pada kenyataannya melaksanakan fungsi sebagai rumah tahanan, sebagai tempat pembinaan warga binaan laki-laki, dan sebagai tempat pembinaan bagi warga binaan wanita. Keadaan demikian menyebabkan perhatian petugas terhadap pembinaan kurang optimal terhadap warga binaan wanita karena digabung dalam satu areal. Sarana atau prasarana juga merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam proses pembinaan terhadap warga binaan wanita. Rutan Kelas II B Kabanjahe telah memiliki sejumlah sarana dan prasarana yang dimiliki untuk digunakan dalam proses pembinaan warga binaan wanita, tetapi masi ada kekurangan terhadap sarana dan prasarana ini. Rutan Kelas II B Kabanjahe kurang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dalam melaksanakan proses pembinaan misalnya, mengingat luas Rutan hanya 2500 M2 maka proses pembinaan sebagian besar hanya dilakukan di dalam blok wanita atau tidak ada ruangan khusus dalam melaksanakan proses pembinaan. Pembinaan terhadap warga binaan wanita dan warga binaan laki-laki di Rutan Kelas II B Kabanjahe dilakukan di satu areal, sehingga menimbulkan hambatan dalam proses pembinaannya. Hambatan yang ditimbulkan seperti mengadakan proses pembinaan rohani, sebelum warga binaan wanita dikeluarkan dari blok untuk melaksanakan pembinaan di tempat ibadah masing-masing, maka warga binaan laki-laki harus terlebih dahulu dimasukkan ke kamar masing-masing karena di Rutan Kelas II B masjid dan gereja berada di areal pembinaan bagi warga binaan laki-laki. Keadaan seperti ini juga membuat waktu dalam melakukan pembinaan kurang efektif. Pembinaan bagi warga binaan wanita dengan warga binaan laki- laki tidak boleh berjalan bersamaan, karena itu dalam melakukan pembinaan harus dilakukan secara bergantian, misalnya pembinaan rohani. Pembinaan rohani biasanya dilakukan di tempat ibadah yang disediakan di dalam Rutan Kelas II B Kabanjahe, sehingga dalam pelaksanaannya rumah ibadah ini harus digunakan secara bergantian oleh warga binaan wanita dan warga binaan laki-laki. Kurangnya sarana dan prasarana juga dirasakan di bidang kesehatan. Rutan Kelas II B Kabanjahe hanya memiliki Poliklinik berukuran 3X3 Meter, hanya terdapat 1 buah kursi panjang, 2 buah lemari penyimpan obat-obat, serta satu buah kursi dan meja petugas. Keadaan seperti ini menjadi penghambat petugas dalam memeriksa warga binaan wanita yang sakit karena tidak adanya tempat tidur yang disediakan untuk memeriksa warga binaan wanita yang sakit.

B. Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Proses Pembinaan Warga Binaan