Hambatan Dari Warga Binaan Wanita

BAB IV HAMBATAN DAN CARA MENGATASI HAMBATAN DALAM

PROSES PEMBINAAN WARGA BINAAN WANITA DI RUTAN KELAS II B KABANJAHE

A. Hambatan Dalam Proses Pembinaan Terhadap Warga Binaan Wanita Di

Rutan Kelas II B Kabanjahe Pelaksanaan proses pembinaan di Rutan Kelas II B Kabanjahe memiliki hambatan yang muncul dari mana saja. Secara sederhana hambatan-hambatan dalam proses pembinaan terhadap warga binaan wanita di Rutan Kelas II B Kabanjahe dapat dikelompokkan menjadi hambatan yang berasal dari warga binaan wanita itu sendiri dan hambatan yang berasal dari Rutan Kelas II B Kabanjahe. Pengelompokkan ini tidak menyatakan bahwa hambatan-hambatan yang berasal dari Rutan Kelas II B Kabanjahe lebih berat dari hambatan-hambatan yang berasal dari warga binaan wanita itu sendiri, karena pada dasarnya setiap hambatan memiliki porsinya masing-masing sebagai penghalang proses pembinaan warga binaan wanita di Rutan Kelas II B Kabanjahe ini.

1. Hambatan Dari Warga Binaan Wanita

Rutan Kelas II B Kabanjahe sangat memperhatikan pembinaan terhadap warga binaan wanita, karena dengan pembinaan diharapkan warga binaan wanita mendapatkan bekal untuk dapat hidup dan berperan kembali di masyarakat, sehingga Rutan Kelas II B Kabanjahe memiliki program pembinaan. Program pembinaan warga binaan wanita di Rutan Kelas II B Kabanjahe ternyata tidak berjalan lancar sesuai dengan apa dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang proses pembinaan ini. Proses pembinaan ini juga memiliki hambatan yang datangnya dari warga binaan wanita itu sendiri. Keberhasilan dari terlaksananya program pembinaan terhadap warga binaan wanita tidak hanya tergantung dengan faktor petugas pemasyarakatannya melainkan juga berasal dari warga binaan wanita itu sendiri. Warga binaan wanita juga memegang peran yang sangat penting. Adapun hambatan-hambatan yang berasal dari warga binaan wanita yang terdapat di Rutan Kelas II B Kabanjahe ialah tidak adanya bakat, tidak adanya minat, dan watak diri. Tidak adanya bakat dikatakan sebagai hambatan karena dalam melakukan proses pembinaan di Rutan Kelas II B Kabanjahe dilakukan dengan cara melakukan keterampilan yang telah ditetapkan oleh pihak Rutan sendiri sehingga, sering sekali hal ini tidak sesuai dengan karakteristik, minat, dan keinginan warga binaan wanita di Rutan ini, sehingga proses pembinaan ini tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tujuan dari proses pembinaan ini juga tidak membawa hasil untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Tidak adanya minat dikatakan sebagai hambatan yang berasal dari warga binaan wanita karena proses pembinaan warga binaan wanita di Rutan Kelas II B Kabanjahe sering sekali tidak terlaksana dengan baik karena tidak adanya minat dari dalam diri warga binaan wanita untuk dibina dan untuk merubah diri menjadi lebih baik lagi, sehingga menimbulkan kemungkinan bagi warga binaan wanita tersebut untuk mengulangi kejahatan atau perbuatannya lagi setelah warga binaan wanita tersebut selesai menjalankan pidananya. Tidak adanya minat dari warga binaan itu sendiri sering sekali terlihat dari ketidak seriusan warga binaan wanita itu dalam melaksanakan proses pembinaan, misalnya dalam melaksanakan pembinaan kerohanian seperti mendengarkan ceramah keagamaan dari seorang ustadjah bagi umat muslim atau pendeta bagi umat nasrani yang sering sekali diikuti oleh warga binaan wanita hanya karena terpaksa sehingga saat mendengarkan ceramah warga binaan kedapatan berbicara-bicara dengan sesamanya atau tidak focus dalam mendengarkan ceramah sehingga proses pembinaan ini tidak berjalan secara sempurna. Watak diri selain tidak ada bakat dan tidak ada minat, watak diri juga merupakan salah satu hambatan dalam proses pembinaan yang berasal dari warga binaan wanita itu sendiri. Watak diri maksudnya ialah bawaan yang berasal dari dalam diri warga binaan wanita itu sendiri yang sudah mendarah daging dan susah uuntuk diubah oleh siapapun. Watak diri ini menjadi hambatan dalam proses pembinaan di Rutan Kelas II B Kabanjahe karena warga binaan wanita di Rutan ini memiliki watak diri yang beraneka ragam, sehingga sulit untuk disatukan dengan proses pembinaan yang sama antara warga binaan wanita yang satu dengan warga binaan wanita yang lainnya. Watak diri membuat seseorang tersebut menjadi keras dan yakin terhadap keputusan dan keyakinan yang ada dalam dirinya sehingga petugas pemasyarakatan di Rutan Kelas II B Kabanjahe akan mengalami kesulitan dalam membentuk watak yang diinginkan dari proses pembinaan. Watak diri ini dapat kita lihat dalam sifat yang dimiliki oleh warga binaan wanita itu sendiri, misalnya sifat tidak mau diatur dari diri warga binaan wanita yang membuat pembinaan warga binaan wanita tersebut terhambat dan tidak berjalan lancar. Warga binaan wanita sejak semula memasuki Rutan Kelas II B Kabanjahe sudah memiliki sifat jahat dari dalam dirinya sendiri sehingga memiliki sifat jahat dari dalam dirinya sendiri sehingga menyebabkan adanya sifat bebal dan tidak mau diatur oleh petugas pemasyarakatan sehingga dapat menyebabkan adanya sifat tidak mau diatur oleh petugas pemasyarakatan. Sifat tidak mau diatur yang dimiliki warga binaan wanita ini juga dapat menimbulkan kerusuhan di dalam Rutan, karena sifat bebal dan merasa diri yang paling benar sehingga sering sekali sifat ini menimbulkan kerusuhyan di dalam Rutan baik kerusuhan diantara sesama warga binaan maupun terhadap petugas pemasyarakatan. Ketiga faktor tersebut menjadi hambatan dalam proses pembinaan di Rutan Kelas II B Kabanjahe yang berasal dari warga binaan wanita itu sendiri, selain itu juga terdapat hambatan yang berasal dari warga binaan wanita itu sendiri yang beranggapan bahwa proses pembinaan itu hanya rutinitas untuk menghilangkan rasakejenuhan belaka, bukan untuk merubah warga binaan menjadi yang lebih baik lagi. 104 Hambatan-hambatan dari warga binaan wanita itu sendiri sangat berpengaruh terhadap proses pembinaan, karena unsur yang paling penting dari pembinaan ialah warga binaan itu sendiri, karena warga binaan itu sendiri lah yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi, karena unsur petugas 104 Wawancara dengan 2 orang warga binaan wanita di Rutan Kelas II B Kabanjahe, Tanggal 8 maret 2014 pukul 10.00 wib maupun masyarakat hanya sebagai unsur pembantu belaka, hasilnya kembali lagi kepada warga binaan itu sendiri.

2. Hambatan dari Rutan Kelas II B Kabanjahe.