74 sebanyak 38 orang atau sebanyak 44,19, sedangkan konsumen yang memiliki
sikap negatif atau tidak mengkonsumsi produk es krim Magnum adalah sebanyak 48 orang atau 55,81 persen.
5.8 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen
terhadap Produk Magnum Setelah Adanya Isu Lemak Babi
Penelitian ini dalam pengolahan datanya menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap
produk es krim Magnum setelah adanya isu lemak babi. Penggunaan model logistik pada penelitian ini disebabkan peubah yang digunakan bersifat kategorik,
yaitu persepsi baik 2 dan persepsi tidak baik 1. Pada penelitian ini model logistik digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Model logit untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi dengan variabel tak bebas Y yang menjadi pilihan konsumen, yaitu persepsi baik 1 atau persepsi
buruk 0. Berdasarkan literatur terdahulu dan pertimbangan kenyataan pada lokasi penelitian, terdapat enam variabel bebas yang diduga mempengaruhi
keputusan Konsumen untuk berpandangan atau berpersepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Keenam variabel bebas tersebut adalah
Usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, pengeluaran, tingkat pengetahuan terhadap produk Magnum, Tingkat pengetahuan terhadap label dan makanan halal.
Variabel ke satu sampai empat mewakili faktor karakteristik konsumen dan variabel ke lima dan enam mewakili faktor lingkungan.
Hasil dugaan model logistik menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan
85 persen α=0,15 nilai statistik G sebesar 7,808 yang signifikan pada α=0,452 Lampiran 4. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
model tersebut cukup baik, artinya paling sedikit terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh nyata nilai koefisien tidak sama dengan nol terhadap tingkat
persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Persentase kebenaran model menduga persepsi terhadap produk Magnum
setelah adanya isu lemak babi adalah sebesar 63,95 persen Lampiran 4. Hal ini berarti bahwa terdapat kesalahan sebesar 36,04 persen dalam menduga tingkat
75 persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi
dengan menggunakan variabel-variabel bebas variabel X yang telah disebutkan diatas. Nilai koefisien pada output regresi logistik menunjukkan bagaimana
pengaruh variabel bebas tersebut terhadap variabel tak bebas Y, Y=1. Jika nilai koefisiennya negatif menunjukkan kemungkinan keputusan Y=1 berkurang atau
punya pengaruh negatif terhadap Y=1. Sedangkan jika koefisiennya positif, peluang untuk keputusan Y=1, lebih besar atau punya pengaruh positif terhadap
keputusan. Data masing-masing konsumen untuk tiap-tiap variabel dalam regresi logistik terdapat pada Lampiran 3. Teknik estimasi parameter yang dipakai adalah
teknik Maximum Likelihood Estimate MLE. Ringkasan hasil estimasi model regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen
terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi dengan menggunakan teknik Maximum Likelihood Estimate tampak pada Tabel 27. Adapun beberapa
Tabel output regresi logistik SPSS yang penting dapat dilihat pada Lampiran 5.
76
Tabel 27. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi konsumen untuk Memiliki Persepsi Baik Terhadap Produk Magnum Setelah Adanya Isu Lemak Babi
Variabel Koefisien
S.E. Wald
df Sig.
ExpB
Usia X1 .757
2 .685
Usia X11 -20.345 27603.252
.000 1
.999 .000
Usia X12 .652
.750 .757
1 .384
1.920 Pendidikan X21
.815 .821
.984 1
.321 2.259
Pekerjaan X31 -1.557
.680 5.241
1 .022
.211 Pengeluaran X4
3.026 3
.388 Pengeluaran X41
21.574 40193.278 .000
1 1.000
23421984 69.241
Pengeluaran X42 20.648 40193.278
.000 1
1.000 92770862
4.073 Pengeluaran X43
21.588 40193.278 .000
1 1.000
23754064 50.480
T.Pengetahuan Produk Magnum X5
1.128 2
.569 T.Pengetahuan Produk
Magnum X51 -.935
.953 .962
1 .327
.393 T.Pengetahuan Produk
Magnum X52 -.960
.923 1.082
1 .298
.383 T. Pengetahuan Label
dan Makanan Halal X6 .303
2 .859
T. Pengetahuan Label dan Makanan Halal
X61 -22.141 40192.970
.000 1
1.000 .000
T. Pengetahuan Label dan Makanan Halal
X62 -.296
.537 .303
1 .582
.744 Constant
-20.243 40193.278 .000
1 1.000
.000
Nilai Chi-Square atau Statistik Hosmer dan Lameshow adalah 8.902 dengan Sig 0,351, nilai statistik model Chi-Square test adalah 16,916
Setelah koefisien masing-masing parameter diestimasi, perlu dilakukan pengujian apakah variabel penjelas yang diikutsertakan dalam model mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap variabel tidak bebas. Ada dua cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan pengujian tersebut yaitu wald test dan likelihood
ratio test. Dengan uji Wald, variabel penjelas dikatakan mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf α jika P-value sig. variabel tersebut lebih kecil atau sama
dengan α tingkat peluangsignifikansi yang dipakai. Sementara dengan uji ratio
likelihood , variabel penjelas dikatakan mempunyai pengaruh yang nyata pada α
jika P- value variabel tersebut lebih kecil atau sama dengan α tingkat peluang
yang dipakai. Dalam penelitian in digunakan metode wald test. Berdasarkan Tabel
77 produk Magnum setelah adanya isu lemak babi, hal ini dikarenakan nilai P-value
masing- masing variabel tersebut lebih besar daripada.α α=0,15 yang digunakan
dalam variabel pekerjaan ditemukan berpengaruh nyata terhadap persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Sedangkan
usia, pendidikan, tingkat pengetahuan label dan makanan halal, tingkat pengetahuan terhadap produk Magnum, merupakan variabel-variabel yang tidak
signifikan mempengaruhi keputusan konsumen untuk memiliki persepsi yang baik terhadap penelitian ini. Hasil pengolahan analisis regresi logistik dari enam
variabel bebas baik yang berpengaruh maupun tidak berpengaruh terhadap persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Usia
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel 27, bahwa nilai P-value usia lebih besar dari α=0,15 yang berarti tidak signifikan atau variabel usia tidak
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Jenis produk Magnum yang merupakan produk pangan yang dapat
dikonsumsi oleh semua golongan usia mulai dari anak-anak sampai orang tua tidak membatasi usia konsumennya untuk memiliki pandangan atau persepsi
terhadap produk Magnum. Dengan demikian usia tidak berpengaruh terhadap persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.
2. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil logistik pada Tabel 27, nilai P-value tingkat pendidikan lebih
besar dari α=0,15 yang berarti tidak signifikan atau variabel pendidikan tidak mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya
isu lemak babi. Produk Magnum merupakan produk yang dapat dikonsumsi oleh siapa saja baik laki-laki maupun perempuan, sehingga baik laki-laki maupun
perempuan tidak mempengaruhi persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.
3. Pekerjaan
Nilai P-value pekerjaan yang lebih kecil dari α=0,15 Tabel 27
menandakan bahwa pekerjaan konsumen mempengaruhi persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. dilihat dari nilai-p0.022 alpha 15
78 persen . nilai odds ratio sebesar 0.211 artinya peluang seorang pegawai untuk
persepsi baik dibanding tidak baik adalah 0.211 kalinya dari non pegawai. Berarti kecenderungan pegawai untuk persepsi baik lebih besar dari yang konsumen yang
non pegawai. Hal ini dapat dimengerti karena konsumen yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai memiliki pengetahuan yang cukup mengenai label dan makanan
halal dan produk Magnum, sehingga konsumen pegawai juga lebih banyak memiliki persepsi baik terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.
4. Pengeluaran
Berdasarkan Tabel 27, bahwa variabel pengeluaran memiliki nilai P-value yang lebih besar
dari α=0,15 yang berarti bahwa variabel pengeluaran tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi produk Magnum setelah adanya isu lemak
babi. Hal ini berarti Produk Magnum merupakan produk pangan yang cukup terjangkau oleh semua golongan masyarakat, sehingga seseorang dengan uang
saku berapapun dapat berpandangan atau memiliki persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.
5. Tingkat pengetahuan terhadap produk Magnum
Berdasarkan Tabel 27, nilai P-value Tingkat pengetahuan terhadap produk Magnum lebih besar dari α=0,15 yang berarti variabel tingkat pengetahuan produk
Magnum tidak berpengaruh secara nyata terhadap persepsi produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Produk Magnum merupakan produk yang dapat
dinikmati oleh semua masyarakat sehingga seseorang yang mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi terhadap produk Magnum dan seseorang yang
memiliki pengetahuan yang tidak cukup mendalam terhadap produk Magnum dapat mengkonsumsi produk Magnum. Dengan demikian tingkat pengetahuan
terhadap produk Magnum tidak mempengaruhi persepsi produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.
6. Tingkat Pengetahuan Label dan Makanan Halal
Berdasarkan Tabel 27, nilai P-value Tingkat pengetahuan terhadap label dan makanan halal lebih besar dari α=0,15 yang berarti variabel tingkat
pengetahuan label dan makanan halal tidak berpengaruh secara nyata terhadap persepsi produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Produk Magnum
merupakan produk yang dapat dinikmati oleh semua masyarakat sehingga
79 seseorang yang mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi terhadap label dan
makanan halal dan seseorang yang memiliki pengetahuan yang tidak cukup mendalam terhadap label dan makanan halal dapat mengkonsumsi produk
Magnum. Dengan demikian tingkat pengetahuan terhadap label dan makanan halal tidak mempengaruhi persepsi produk Magnum setelah adanya isu lemak
babi.
5.9 Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Es Krim Magnum setelah Isu Lemak Babi