1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna
kelangsungan hidupnya. Untuk itu sangat penting bagi manusia untuk memperhatikan makanan dan minuman sehat yang sebaiknya dikonsumsi agar
tidak mengganggu kesehatan dan keyakinan masyarakat. Salah satu makanan dan minuman yang digemari oleh masyarakat adalah makanan siap saji. Makanan dan
minuman siap saji memiliki prospek pasar yang semakin luas karena adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat yang diiringi dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Konsumen dengan perkembangan zaman yang semakin pesat harus lebih selektif untuk memilih makanan dan minuman
yang dikonsumsi, konsumen harus mengetahui kandungan apa yang terdapat dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa BPS 2010, jumlah tersebut
merupakan peluang yang besar dan potensi pasar yang baik bagi produsen makanan dan minuman siap saji untuk meningkatkan produksinya. Di Indonesia
bisnis makanan dan minuman telah mengalami pertumbuhan yang semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir, Berikut merupakan tabel volume penjualan dan
pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia beberapa tahun terakhir.
Tabel 1.
Volume Penjualan dan Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman di
Indonesia tahun 2008-2011
Tahun Volume Penjualan Rp Triliun
Pertumbuhan
2008 505
- 2009
555 4.71
2010 605
4,31 2011
650 3,58
Sumber: Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa volume penjualan makanan dan minuman mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya, walaupun tingkat
pertumbuhan industri makanan dan minuman menurun namun, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia memperkirakan produksi makanan
2 dan minuman naik 10-15 persen seiring peningkatan investasi yang dilakukan
tahun 2012. Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman di Indonesia juga memproyeksikan investasi di industri makanan dan minuman tahun 2012
mencapai Rp 30 triliun, naik 20 persen dibandingkan 2010 sebesar Rp 25 triliun. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat memberikan peluang kepada
perusahaan untuk mengembangkan industri makanan dan minuman karena merupakan salah satu konsumsi pokok bagi masyarakat. Perkembangan industri
makanan dan minuman secara pesat merupakan gambaran umum bahwa industri ini akan semakin berkembang dengan dinamis dalam beberapa tahun kedepan.
Salah satu industry dibidang makanan dan minuman yang memiliki Potensi untuk berkembang adalah industri es krim, hal ini dapat dilihat dengan
tingkat konsumsi konsumen terhadap produk es krim. Rata-rata setiap orang di Indonesia mengkonsumsi 0,2 liter es krim per tahun, sekitar 250 mililiter per
orang per tahunnya
1
. Kecenderungan bertambahnya tingkat konsumsi konsumen terhadap produk es krim dapat disebabkan oleh meningkatnya tingkat pendapatan
masyarakat Indonesia, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh selera dan gaya hidup yang mulai berubah. Berikut merupakan tingkat konsumsi masyarakat terhadap
produk es krim di daerah perkotaan di Indonesia.
Tabel 2. Tingkat Konsumsi Masyarakat terhadap Es Krim dari tahun 2007-2010
Tahun Jumlah satuan mangkuk kecil
2007 3,50
2008 3,07
2009 3,20
2010 3,36
Sumber : Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2007-2010 Badan Pusat Statistik Indonesia
Pada Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2007 ke 2008 konsumsi es krim menurun sedangkan pada tahun 2009 konsumsi es krim mulai mengalami
peningkatan dan pada tahun 2010 kembali terjadi peningkatan konsumsi dengan jumlah 3,36 mangkuk kecil. Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa
konsumsi es krim di Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya, namun dengan tingkat konsumsi tersebut merupakan peluang bagi produsen es krim
1 http:www.unilever.co.ididbrandsfoodbrandsWalls diakses pada [1 Maret 2012]
3 untuk terus meningkatkan produksinya. Hal ini terbukti dengan perkembangan
industri es krim di Indonesia yang semakin meningkat dalam lima tahun terakhir, tingkat pertumbuhan pasar es krim di Indonesia meningkat sedikitnya 20 persen
setiap tahunnya. Pada tahun 2007 total pasar es krim sudah mendekati angka 100 juta liter dengan nilai absolut diatas dua trilliun Majalah SWA, 2008. Pasar
potensial es krim salah satunya ditentukan oleh jumlah dan daya beli penduduk tersebut. Jika dilihat berdasarkan hasil riset dari PT Unilever pasar es krim di
Indonesia dapat dicerminkan dengan nilai penjualan ritel tumbuh rata-rata 12,4 persen per tahun selama 2004-2009, menurut data Euromonitor. Nilai penjualan
ritel es krim di Indonesia mencapai Rp 2,8 triliun pada tahun 2009
2
. Industri es krim memiliki cukup banyak pemain, bahkan sampai ratusan
merek saling bersaing dalam pasar es krim, namun hanya beberapa produk saja yang mampu menguasai pasar. Pada tahun 2010 terdapat lebih dari 38 perusahaan
es krim skala menengah hingga besar yang ada di Indonesia. Namun, diantara 38 perusahaan eskrim tersebut hanya terdapat lima pemain besar di bisnis es krim
saat ini yaitu Indoeskrim, Diamond, dan Campina. PT Walls,Unilever tercatat sebagai pemimpin pasar es krim di Indonesia, dengan menguasai sebesar 57,6
persen pangsa pasar nasional pada 2008. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 3. Produksi Es Krim Per Liter Menurut Beberapa Perusahaan Es Krim di
Indonesia 2006-2008
MEREK Th 2006 000 Ltr
Th 2007 000 Ltr Th 2008 000 Ltr
WALLS 23.150
30.015 36.918
INDOESKRIM 5.109
7.634 8.005
CAMPINA 8.299
10.914 12.770
DIAMOND 2.621
2.404 2.572
Sumber : PT Indolacto 2009
Dari data tersebut PT Walls, Unilever merupakan pasar yang menduduki peringkat pertama dalam memproduksi es krim. Tahun 2006 nilai produksi es
krim per liter nya adalah sebesar 23.150.000 liter dan meningkat menjadi 30.015.000 pada tahun 2007 atau naik sebesar 77,12 persen. Berdasarkan data
2
http:www.indonesiafinancetoday.comread14674Unilever-Perbesar-Pasar-Es-Krim-untuk- Topang-Pertumbuhan diakses pada [10 Maret 2012]
4 tersebut terjadi peningkatan produksi eskrim yang sangat signifikan. Pada tahun
2008 produksi es krim terus meningkat hingga 36.918.000 liter. Menurut data PT Indolakto, pangsa pasar tersebut diperkirakan belum berubah jauh pada 2009 dan
2010. Salah satu es krim produksi PT Walls yang sangat diminati oleh
masyarakat Indonesia saat ini adalah es krim Magnum, selain rasanya yang enak dan manis, es krim Magnum memiliki berbagai varian rasa dan simbol tersendiri
yaitu Wall‟s Magnum Classic melambangkan rasa orisinil Wall‟s Magnum yang
mampu memberikan rasa dengan kualitas terbaik lapisan coklat Belgia sampai pada es krim vanilla yang halus.
Wall‟s Magnum Almond, identik dengan es krim vanilla yang halus berlapiskan coklat susu Belgia yang tebal dan renyah
ditambah kacang almond, yang ketiga yaitu
Wall‟s Magnum Chocolate Truffle tersedia dengan es krim coklat yang dicampur coklat truffle berlapis coklat Belgia
yang tebal dan renyah. Dengan semakin berkembangnya produsen es krim di Indonesia,
keamanan pangan menjadi salah satu isu yang menyita perhatian beberapa organisasi kesehatan di dunia. Badan Kesehatan Dunia WHO dan Food and
Agriculture Organization FAO saat ini memberikan penekanan bagi seluruh negara agar memperkuat sistem keamanan pangan. Negara-negara diminta untuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap para produsen dan penjual yang terlibat dalam industri pangan. Salah satu kejadian yang terkait isu keamanan pangan
baru-baru ini, seperti temuan lemak babi pada produk makanan dan minuman. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tetapi juga
menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting
dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, maka tidak ada nilainya sama
sekali. Karena itu, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pangan yang dikonsumsi menjadi hal penting.
Pada awal tahun 2011 berkembang isu bahwa es krim Magnum menggunakan bahan tambahan pangan yang berasal dari lemak babi. Adanya isu
kandungan lemak babi dalam produk es krim Magnum telah menyebabkan
5 kerugian pada PT Walls, Unilever Indonesia. Kerugian tersebut mengakibatkan
hancurnya image yang selama ini dibangun oleh PT Walls. Indonesia merupakan mayoritas pemeluk agama Islam, Indonesia memiliki
jumlah penduduk yang beragama muslim sebesar 209,28 juta jiwa, sekitar 88,10 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Salah satu konsep halal dalam Islam
adalah makanan harus tidak mengandung sedikitpun “lard” atau lemak babi.
Kehadiran komponen lemak babi ini, meskipun persentasenya kecil dalam bahan pangan, akan membawa makanan tersebut menjadi haram untuk dikonsumsi.
Dengan adanya pemberitaan tersebut membuat masyarakat khawatir akan komposisi es krim magnum.
Salah satu cara untuk mengembalikan citra atau atau image perusahaan, PT Walls, Unilever Indonesia mengeluarkan pernyataan dari head of
comunications PT Unilever bahwa Kode E471 dan E472 adalah kode internasional untuk bahan pengemulsi untuk mengikat lemak dan air. Hal ini bisa
untuk mengemulsi dengan bahan dari nabati atau hewani. Tetapi magnum mengunakan bahan dari nabati, yang berarti berasal dari tumbuh-tumbuhan. MUI
juga telah memberikan sertifikat Halal kepada es krim magnum, demikian juga dengan BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan ijin
edar, sehingga dapat didistribusikan hingga ditangan konsumen. Namun, dengan adanya pemberitaan isu lemak babi telah mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap produk magnum. Faktanya produk magnum produksi dalam negeri yaitu produk magnum yang diproduksi oleh PT Walls, Unilever Indonesia adalah aman
untuk dikonsumsi. Adanya pernyataan tersebut dapat menimbulkan suatu persepsi tersendiri
terhadap keamanan pangan dengan isu lemak babi. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya, dan secara
substansi bisa sangat berbeda dengan realitas, dengan kata lain persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar juga keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi memiliki sifat subjektif karena setiap orang akan
memandang suatu objek atau situasi dengan cara yang berbeda-beda Setiadi, 2003.
6 Persepsi tentang produk Magnum mengandung lemak babi yang
berkembang dimasyarakat sangat penting untuk diperhatikan, persepsi berhubu- ngan dengan pembentukkan pengetahuan konsumen yang kemudian akan mempe-
ngaruhi keputusan pembelian, dimana keputusan pembelian tersebut dipengaruhi oleh sikap konsumen dalam mengkonsumsi produk Magnum, sikap berhubungan
dengan kepercayaan konsumen dan evaluasi konsumen terhadap produk magnum. adanya isu lemak babi pada produk magnum diduga bisa mengakibatkan
konsumen beralih pada produk pesaing magnum yaitu campina bazooka. Dengan menganalisis sikap konsumen terhadap kedua produk ini maka akan didapatkan
bagaimana kepercayaan dan evaluasi konsumen terhadap kedua produk es krim ini dan bagaimana perbandingan sikap konsumen terhadap kedua produk es krim
ini. Analisis sikap ini juga akan dapat digambarkan bagaimana kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh produk es krim Magnum dan Campina Bazooka.
Karena itu, penting untuk dilakukan penelitian mengenai persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.
1.2 Perumusan Masalah Pada Maret 2011 beredar informasi di Indonesia mengenai ingredient