juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga dalam mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat Fathi, 2008. Pola asuh belajar yang diberikan oleh orangtua yang kurangtidak
memperhatikan pendidikan anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan
dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya,
tidak menyediakanmelengkapi
alat belajarnya,
tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana
kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain- lain dapat menyebabkan anak tidakkurang berhasil dalam belajarnya.
Mungkin anak tersebut sebenarnya pandai tetapi karena cara belajar yang tidak teratur menyebabkan kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga
mengalami ketertinggalan dalam belajar dan akhirnya malas belajar. Hal tersebut mengakibatkan hasilnilai yang diharapkan tidak memuaskan
bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam studinya Slameto, 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Magfuroh 2014 di SDN 1 Kabalan
Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro didapatkan hasil uji korelasi Chi Square
dengan taraf signifikan α sebesar 0,05, nilai koefisien korelasi 0,742 dan nilai p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak.
2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap FasilitasSekolah
Fasilitas belajar yaitu alat-alat yang dapat digunakan dalam rangka memudahkan dan menunjang kegiatan pembelajaran. Faslilitas belajar yang
memadai dalam proses belajar mengajar akan mendukung siswa dalam mencapat hasil belajar yang optimal. Rejeki dkk 2013 melakukan
penelitian pada anak SD kelas IV se-Kecamatan Kutowinangun dan dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada pengaruh antara fasilitas
belajar di sekolah terhadap hasil belajar. Rata-rata skor hasil belajar siswa dengan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap 80,58 lebih besar daripada
rata-rata skor hasil belajar siswa dengan fasilitas belajar di sekolah yang tidak lengkap 69,375.
Penelitian Pakpahan 2012 menyatakan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi fasilitas belajar terhadap prestasi belajar.
Sama halnya dengan pendapat Slameto 2013 mengatakan bahwa alat pelajaran atau fasilitas sekolah yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih
giat dan lebih maju. Namun, kenyataannya saat ini dengan meningkatnya jumlah pelajar yang masuk sekolah maka semakin meningkat pula alat-alat
yang dibutuhkan untuk membantu lancarnya proses belajar siswa seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain.
Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
2.2.2.4 Konsumsi Makanan
Definisi pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman Saparinto dan Diana, 2006. Sedangkan definisi makanan
menurut Soekarto dalam Rosyidi 2006 adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat dimakan. Makanan biasanya dihasilkan
dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau dimasak. Selain itu menurut Nasution 2003 makanan merupakan kebutuhan manusia yang
paling mendasar karena mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta melakukan berbagai aktivitas.
Konsumsi makanan yang cukup khususnya pada anak-anak akan mempengaruhi keadaan gizi yang kemudian berdampak pada prestasi
belajar. Namun, saat ini masih terdapat anak-anak yang konsumsi makanannya masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada penelitian Syafitri dkk
2009 yang menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi sehari siswa di Lawanggintung 01 Kota Bogor berkisar antara 585-2372 kkalhari. Rata-rata
konsumsi energi sebesar 1595 kkalhari. Tingkat kecukupan energi siswa rata-rata sebesar 87,0.
Berdasarkan penelitian Maulanaputri 2011 yang dilakukan di sekolah yang mempunyai kelas akselerasi maupun reguler, menunjukkan
bahwa konsumsi makanan yakni konsumsi makanan sumber karbohidrat,