bertambahnya usia anak intelegensinya akan semakin matang Maghfuroh, 2014.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status biologis seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara pria dan
wanita, misalnya struktur genetik, kromosom seks, hormon seks, organ kelamin interna dan genitalia eksterna Henderson dan Kathleen, 2001.
Secara fisik, laki-laki dan perempuan berbeda ini dapat dilihat dari identitas jenis kelamin, bentuk dan anatomi tubuh serta komposisi kimia dalam
tubuh. Perbedaan anatomis biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh sejumlah ilmuan dianggap berpengaruh pada perkembangan emosional dan
kapasitas intelektual masing-masing Ekawati dan Shinta, 2011. Menurut Bastable 2002, mengemukakan bahwa anak perempuan
memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari anak laki-laki, terutama di tingkat sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena kinerja skolastik anak
perempuan lebih stabil, kurang berfluktuasi dibandingkan dengan kinerja anak laki-laki.
c. Uang saku
Orang tua yang memberikan uang saku pada anak biasanya bertujuan agar anak belajar bagaimana mengelola uang misalnya dengan menabung.
Namun, seringkali anak menghabiskan uang sakunya dengan membeli jajanan makanan yang tinggi glukosa tetapi rendah nilai gizinya. Graha
2007 mengatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi jajanan makanan seperti
permen dan makanan manis lainnya yang mengandung banyak glukosa buatan akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar.
Makanan jajanan siswa banyak mengandung bahan yang berbahaya yang dapat menganggu kesehatan. Seperti halnya yang dikatakan
olehSutomo dkk 2010, makanan jajanan mengandung bahan kimia berbahaya seperti pewarna makanan untuk membuat warna makanan
mencolok sehingga disukai siswa dan bahan pengawet. Selain itu menurut Utomo 2005, siswa yang senang jajan akan terancam kekurangan gizi
karena komposisi zat gizi dalam makanan jajanan biasanya tak seimbang, atau malah tak bergizi sama sekali.
Berdasarkan penelitian Astuti 2012, dapat diketahui bahwa penggunaan uang saku berpengaruh positif baik secara simultan maupun
parsial terhadap prestasi belajar. Umardami 2011 mengkategorikan tiga kategori uang saku anak sekolah antara lain rendah Rp 2.000, sedang
Rp 2.000-Rp 5.000, dan tinggi Rp5.000.
2.2.1.4 IMTU
IMTU adalah salah satu indeks antropometri untuk menilai status gizi secara langsung pada anak usia 5-18 tahun. Kemenkes 2010 membagi
IMTU menjadi lima kategori, antara lain :
Tabel 2.1 Status Gizi Berdasarkan IMTU
Kategori IMTU
Sangat kurus -3 SD
Kurus -3 SD sd -2 SD
Normal -2 SD sd 1 SD
Gemuk 1 SD sd 2 SD
Obesitas 2 SD
Terdapat dua jenis status gizi, yaitu gizi normal dan gizi salah malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh diet
yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Manutrisi merupakan kategori penyakit yang mencakup: kekurangan gizi
undernutrition, obesitas dan berat badan lebih
overweight, serta kekurangan nutrien mikro micronutrients deficiency
, yang dikenal juga dengan “hidden hunger” Ardika, 2014.
Siswa dengan SDM yang berkualitas dicirikan sebagai manusia yang cerdas, produktif dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas sekolahnya.
Salah satu cara mewujudkannya adalah dengan memenuhi kebutuhan zat gizi agar status gizi siswa normal. Apabila siswa kekurangan gizi akan
mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada siswa akan berdampak pada aktifitas siswa di sekolah antara lain
sluggishness lesu, mudah letihlelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah Masdewi dkk, 2011.
Penelitian Sa’adah dkk 2014 yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Guguk malintang Kota Padangpanjang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Pada uji analisis chi
square, didapatkan p = 0,020 p 0,05 untuk status gizi wasting dan p = 0,005 p 0,05 untuk status gizi
stunting. Selain itu, penelitian Legi 2012 yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan
Malalayang Manado juga menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa dengan nilai p=0,00, nilai tersebut lebih kecil
dari α 0,05. Status gizi yang baik dapat terjadi apabila siswa mengonsumsi
makanan yang bergizi. Menurut Anwar 2008 dalam Legi 2012 mengatakan bahwa pengaruh makanan terhadap perkembangan otak,
apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan metabolisme
dalam otak, akibatnya otak tidak mampu berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan
badan terganggu sehingga badan lebih kecil dibandingkan dengan siswa yang normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan
dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Anak yang
menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak kurang gizi.
2.2.1.5 Intelegensi
Setiap manusia
hidup mempunyai
kemampuan intelegensi.
Kemampuan intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir secara kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang menggunakan logika, misalnya
kemampuan menghitung dan menggunakan teknologi. Setiap orang ketika