mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambatberpengaruh negatif
terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.Penelitian Budiarta dkk 2014 yang dilakukan di Desa Pengeragoan Kecamatan Perkutatan,
hasil analisis diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi signifikan terhadap prestasi belajar yakni Fhitung=6537,38 Ftabel=4,03.
Dari hasil analisis tersebut juga diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi sebesar 86,49 terhadap prestasi belajar.
2.2.2 Faktor Eksternal
2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua
Karakteristik adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki elemen-elemen tersebut Supranto, 2000. Oleh karena itu, dapat dikatakan
karakteristik orang tua adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki orang tua siswa. Karakteristik orang tua yang akan dibahas dalam penelitian
kali ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua.
a. Pendidikan Ibu
Definisi pendidikan dalam UU No, 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga
antara lain pendidikan dasarrendah SD-SMPMTs, pendidikan menengah
SMASMK, dan
pendidikan tinggi
D3S1 Syafaruddin,
2012.Sednagkan menurut Arikunto kategori pendidikan dibagi menjadi dua yaitu pendidikan rendah SDMI-SMPMTs dan pendidikan tinggi
SMAMA-Perguruan Tinggi Pendidikan orang tua mempengaruhi kebiasan makan anak.Kebiasaan
makan merupakan cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasari pada
latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup. Salah satu yang bisa menentukan seseorang dalam memilih makanan yang bergizi adalah tingkat
pendidikan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Masdewi, dkk2011 bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi tentu saja akan
berdampak pula pada baiknya tingkat pengetahuan tentang kebutuhan makan yang baik dan bergizi. Dengan mengonsumsi makanan bergizi maka
akan meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar anak. Selain berkaitan dengan pemilihan makanan anak, ibu yang memiliki
tingkat pendidikan lebih tinggi tentu akan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi pula. Pengetahuan yang tinggi akan berpengaruh terhadap
tindakan ibu dalam membimbing dan memberikan motivasi kepada anaknya untuk belajar sehingga tidak selalu bergantung terhadap guru di sekolah.
Orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan anaknya secara materil, tetapi orang tua juga harus memenuhi kebutuhan pendidikan kepada anaknya sejak
usia wajib belajar untuk menjadi garis penerus dan memiliki pendidikan yang lebih tinggi daripada pendidikan yang dimiliki oleh orang tua Reskia
dkk, 2014.Berdasarkan penelitian Reskia 2014 yang dilakukan di SDN
Inpres 1 Birobuli, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Dari hasil uji koefisien
korelasi didapatkan r hitung rtabel 0,6270,404.
b. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan orang tua terutama ibu terkait dengan tersedianya waktu dalam mengasuh anak. Anak yang mempunyai orang tua yang bekerja
cenderung lebih sedikit mendapat pengasuhan dari orang tuanya. Padahal, pengasuhan anak yang diberikan secara maksimal pada anak akan
berdampak pada kecerdasan emosional anak. Anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi cenderung aktif di berbagai aktivitas dan
memiliki prestasi belajar yang baik Arisandi dan Melly, 2007. Faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar yaitu diantaranya
keadaan keluarga salah satunya adalah pekerjaan. Ibu yang bekerja mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk bersama anaknya dan
komunikasi atau interaksi antara orang tua dan anak pun berkurang. Berbeda dengan ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu untuk berinteraksi
dengan anak dan dapat memberikan bimbingan dengan baik kepada anak dan dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya Maghfuroh,
2014. Penelitian Maghfuroh 2014 menemukan bahwa ibu yang bekerja
cenderung memberikan lebih sedikit waktu untuk anaknya dalam membimbing dan mengarahkan belajar dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja. Selain itu, penelitian Puspitasari 2008 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pola asuh belajar
yang secara tidak langsung berhubungan dengan prestasi belajar dengan nilai P value sebesar 0,041.
c. Pendapatan Orang Tua
Prestasi belajar siswa didukung oleh status gizi yang baik. Status gizi baik dicapai salah satunya dipengaruhi oleh perilaku makan yang baik.
Perilaku makan yang baik juga dipengaruhi oleh penghasilan orang tua. Pendapatan orang tua yang tinggi secara otomatis membuat daya beli
keluarga juga menjadi tinggi sehingga kebutuhan akan makanan yang baik dan bergizi dapat terpenuhi Masdewi dkk, 2011. Surat Keputusan SK
Banten menetapkan Upah Minimum Kabupaten UMK Banten sebesar Rp 2.710.000.
Selain dapat memenuhi kebutuhan makanan, semakin tinggi pendapatan atau keadaan ekonomi keluarga semakin baik fasilitas belajar di
rumah dan secara positif mempengaruhi pola asuh belajar siswa. Dengan kata lain, semakin tinggi keluarga menginvestasikan sumberdaya keluarga
dalam bentuk mengalokasikan keadaan ekonomi keluarga ke dalam fasilitas belajar anak, maka akan semakin baik pola asuh belajar yang dilakukan oleh
orang tua kepada anaknya. Pola asuh belajar yang baik ini diindikasikan oleh keterlibatan orang tua dalam pendampingan dan pengawasan belajar
anaknya. Apabila pola asuh baik diberikan kepada anak akan berdampak pada kenaikan prestasi belajarnya Puspitawati, 2010.
Berdasarkan penelitian Widjdati 2013 yang dilakukan di MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mragen Kabupaten Demak, menunjukkan
bahwa ada pengaruh sosial ekonomi orang tua dalam hal ini penghasilan
atau pendapatan terhadap prestasi belajar. Uji hipotesis memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 0,05 α = 5 menggambarkan adanya
pengaruh positif dan signifikan variabel status sosial ekonomi dalam hal ini penghasilan terhadap prestasi belajar.
2.2.2.2 Pola Asuh Belajar
Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar seorang siswa di sekolah. Pola asuh belajar siswa
diberikan kepada keluarga terdekat, yakni orangtua. Pola asuh belajar memegang peranan penting dalam perkembangan belajar anak dan sangat
besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya pencapaian prestasi anak di sekolah. Pola asuh orangtua yang baik mampu meningkatkan prestasi
belajar anak Maghfuroh, 2014. Pada penelitian ini, pola asuh belajar meliputi cara orangtua dalam menentukan waktu belajar anak, memberikan
motivasi, mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di rumah.
Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana orangtua membentuk perilaku generasi berikut sesuai
dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat Hardiwinoto dan Setiabudhi, 2002. Sedangkan pola asuh belajar adalah
praktik pengasuhan berupa jenis dan frekuensi kegiatan serta curahan waktu yang diberikan orangtua dalam membimbing, mengarahkan, serta
mengawasi kegiatan belajar anak Puspitasari, 2008. Setiap orangtua, biasanya memiliki pola asuh belajar terhadap anak yang berbeda-beda. Pola
asuh ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Pola asuh
juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga dalam mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat Fathi, 2008. Pola asuh belajar yang diberikan oleh orangtua yang kurangtidak
memperhatikan pendidikan anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan
dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya,
tidak menyediakanmelengkapi
alat belajarnya,
tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana
kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain- lain dapat menyebabkan anak tidakkurang berhasil dalam belajarnya.
Mungkin anak tersebut sebenarnya pandai tetapi karena cara belajar yang tidak teratur menyebabkan kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga
mengalami ketertinggalan dalam belajar dan akhirnya malas belajar. Hal tersebut mengakibatkan hasilnilai yang diharapkan tidak memuaskan
bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam studinya Slameto, 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Magfuroh 2014 di SDN 1 Kabalan
Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro didapatkan hasil uji korelasi Chi Square
dengan taraf signifikan α sebesar 0,05, nilai koefisien korelasi 0,742 dan nilai p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak.