Kebita dan Indira Farm berlokasi usaha yang sama di wilayah Ciomas, sedangkan lokasi usaha UR2Farm berada di Puncak.
Pada umumnya, persaingan yang terjadi dalam industri tersebut selain persaingan pangsa pasar adalah persaingan kualitas produk dan harga jual produk.
Persaingan kualitas produk terjadi karena setiap pelaku usaha ingin produk yang dijualnya diterima oleh konsumen, sehingga harus mampu melihat selera
konsumen baik melalui kualitas rasa, variasi bentuk, maupun variasi ukuran. Berdasarkan wawancara dengan pihak eksternal dari Disnakkan Kabupaten Bogor,
UR2Farm sebagai pelaku usaha pertama dalam industri olahan daging kelinci memiliki kekuatan terhadap produknya melalui kualitas rasa, variasi bentuk, dan
kemasan yang lebih menarik. Akan tetapi, harga yang ditawarkannya jauh lebih mahal dibanding dengan Dapur Kebita dan Indira Farm, oleh sebab itu segmentasi
UR2Farm lebih kepada golongan ekonomi ke atas. Hal ini juga dikarenakan lokasi usahanya yang berada di daerah strategis sebagai tempat wisata, sehingga dengan
pemandangannya yang bagus dapat menarik jumlah pengunjung lebih banyak ditambah dengan konsep one stop farming yang dimiliki UR2Farm.
Indira Farm menerapkan konsep tersebut di Ciomas dengan skala yang lebih kecil. Produk yang ditawarkan lebih beraneka ragam, tidak khusus hanya hasil
peternakan, tetapi juga terdapat hasil perikanan, serta sarana produksi-nya. Olahan daging kelinci disana pada awalnya hanya berupa sate, gulai, tongseng, dan baso
yang penyajiannya langsung di tempat. Akan tetapi, melihat adanya dukungan pemerintah terhadap daging kelinci sebagai alternatif daging, maka saat ini Indira
Farm juga menjual olahan daging kelinci dalam bentuk makanan beku seperti baso dan nugget. Harga yang ditawarkan relatif sama dengan Dapur Kebita, yaitu
berkisar Rp25 000 dengan kemasan yang juga relatif sama dengan Dapur Kebita. Berdasarkan hal tersebut, maka persaingan diindustri pengolahan daging kelinci
khususnya di wilayah Kabupaten Bogor lebih terlihat kompetitif pada perusahan skala kecil
4. Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru pada industri olahan daging kelinci dengan mengeluarkan produk yang sejenis akan memberikan implikasi pada penurunan
pangsa pasar yang akan berdampak pada penjualan yang tidak tetap, sehingga dianggap sebagai ancaman bagi perusahaan yang telah terlebih dahulu bermain
dalam industri tersebut. Besar kecilnya ancaman dari masuknya pendatang baru tergantung pada rintangan masuk yang ada barriers to entry yang meliputi skala
ekonomi, kebutuhan modal, diferensiasi produk, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala usaha, dan
kebijakan pemerintah.
Ancaman masuk bagi pendatang baru untuk memulai usaha pengolahan daging kelinci relatif besar apabila dilihat berdasarkan skala ekonomi. Pelaku
usaha pada industri pengolahan daging kelinci tidak hanya beroperasi pada skala besar, tetapi siapa saja dapat memulai usaha pengolahan daging kelinci dari skala
usaha kecil maupun skala rumah rangga dan dapat melakukan produksi sesuai kemampuan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Bila dilihat berdasarkan
kebutuhan modal, maka ancaman relatif kecil karena kebutuhan modal yang digunakan untuk membuka usaha pengolahan daging kelinci relatif besar, untuk
skala rumah tangga pelaku usaha minimal memiliki mesin penggiling daging,
freezer, dan hand sealer. Uniknya produk olahan daging kelinci, yang merupakan produk baru bagi masyarakat, menjadikan kemasan produk harus dibuat
semenarik mungkin agar calon pembeli dapat tertarik, serta dibutuhkan upaya promosi yang kontinu sehingga hal itu menyebabkan kebutuhan akan modal yang
besar. Produk olahan daging kelinci yang dihasilkan dalam industri saat ini umumnya sama. Perbedaaan yang terjadi antara perusahaan terletak pada kualitas
rasa, variasi bentuk dan ukuran, harga jual produk, komposisi bahan baku serta pengemasan.
Pemasaran usaha olahan daging kelinci umumnya langsung kepada target konsumen atau melalui perantara, seperti retailer atau agen. Biasanya pelaku
usaha telah memiliki pelanggan yang loyal terhadap produknya atau hubungan dengan retailer telah terjalin kerjasama yang erat dengan pelaku usaha, sehingga
hambatan yang cukup besar tersebut membuat pendatang baru harus mencari saluran distribusi baru atau berupaya untuk memengaruhi saluran distribusi yang
telah ada agar mau menerima dan menyalurkan produknya kepada konsumen dengan cara menawarkan margin keuntungan yang lebih besar dibandingkan
pemasok sebelumnya.
Hambatan masuk bagi pendatang baru berdasarkan faktor biaya tak menguntungkan dan kebijakan pemerintah pada industri pengolahan daging
kelinci saat ini relatif kecil karena dari pelaku usaha yang sudah ada, belum adanya perusahaan yang memiliki hak paten. Dalam hal kebijakan pemerintah
tidak ada peraturan terkait yang membatasi atau bahkan menutup akses bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
bahwa industri pengolahan daging kelinci cenderung mudah untuk dimasuki oleh pendatang baru.
5. Produk Pengganti
Keberadaan produk subtitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk subtitusi tersebut mempunyai harga yang relatif lebih murah, namun
memiliki kualitas yang sama dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Pada umumnya faktor harga jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha
sebagai alat dalam menghadapi keberadaan produk subtitusi. Produk yang digolongkan menjadi produk subtitusi bagi produk olahan daging kelinci ialah
baso sapi, nugget ayam, sosis sapi, sosis ayam, baso ikan, dan produk olahan lainnya yang menggunakan daging sapi, ayam, dan ikan. Ancaman produk
pesaing terhadap produk olahan daging kelinci, yaitu ketersediannya yang banyak di pasar dan harganya yang cenderung lebih murah. Meskipun keberadaan produk
subtitusi ini tinggi, tetapi keputusan pembelian tetap berada di tangan konsumen yang memiliki kebebasan untuk memilih sesuai dengan seleranya.
Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Dapur Kebita diketahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman apa saja yang dapat
berpengaruh pada bisnis produk olahan daging kelinci Dapur Kebita. Faktor- faktor tersebut menjadi acuan dalam memformulasikan strategi bisnis perusahaan
dengan menggunakan matriks SWOT. Berikut ini adalah faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Dapur Kebita.