merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang melindungi industri produk olahan daging kelinci.
Instruksi Menteri Perindustrian No. 04MINS101989 menyebutkan bahwa pengolahan produk-produk hasil peternakan dalam kaitannya untuk menciptakan
produk pangan yang aman pada proses pengolahannya selain harus bebas bahan pengawet, penggunaan bahan tambahan makanan pewarna dan penambah cita
rasa harus menggunakan bahan-bahan yang ijinkan. Hal yang paling mendapat perhatian adalah higienitas yang harus selalu dijaga pada proses pengolahan
karena sifat produk hasil ternak yang mudah mengalami perusakan karena adanya aktivitas mikroorganisme.
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan. Pasal 2 menjelaskan bahwa setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan
pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Pasal 44
menjelaskan setiap iklan tentang pangan yang diperdagangkan wajib memuat keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan, baik dalam
bentuk gambar dan atau suara, pernyataan, dan atau bentuk apapun lainnya.
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Berdasarkan undang-undang ini, setiap orang yang bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan kegiatan pada rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan peredaran pangan wajib memenuhi
persyaratan sanitasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 2- Pasal 8. Selanjutnya dalam rangka pengawasan keamanan, mutu, dan gizi pangan,
setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran
sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran Pasal 42-Pasal 44.
Undang-undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pasal 34 hingga Pasal 38 membahas mengenai panen, pascapanen,
pemasaran, dan industri pengolahan hasil peternakan, salah satunya yaitu pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan unit pascapanen
produk hewan skala kecil dan menengah, serta memfasilitasi berkembangnya unit usaha pascapanen yang memanfaatkan produk hewan sebagai bahan baku pangan,
pakan, farmasi, dan industri. Pasal 58 menjelas-kan bahwa dalam rangka menjamin produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah
Daerah sesuai
kewenangannya melaksanaan
pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi, sertifikasi, dan registrasi produk hewan.
Undang-undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. Pasal 41 menjelas- kanbahwa penganekaragaman pangan upaya meningkatkan ketersediaan pangan
yang beragam dan yang berbasis potensi sumber daya lokal untuk memenuhi pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman, mengembangkan
usaha pangan, dan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Ekonomi
Usaha Dapur Kebita sebagai perusahaan yang mengolah daging kelinci tergolong usaha yang tidak terlalu merasakan dampak langsung dari kondisi
perekonomian Indonesia, seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, tingkat pasar uang, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan daging kelinci bukanlah bahan pangan
utama dalam kebutuhan konsumsi protein hewani untuk tiap orang per harinya dan usaha Dapur Kebita yang tergolong home industry. Walau demikian, saat ini
posisi daging kelinci gencar dipromosikan sebagai alternatif daging yang telah ada sebelumnya seperti daging sapi, ayam, dan kambing, serta sekaligus sebagai
program ketahanan pangan Indonesia melalui pengembangan ternak kecil. Daging kelinci dikenalkan kepada masyarakat sebagai daging sehat karena kualitas
dagingnya yang mengandung tinggi protein dan rendah kolesterol.
Peran daging kelinci yang masih bersifat alternatif menjadikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan masyarakat secara nasional maupun regional
belum nyata, begitu pula sebaliknya variabel-variabel ekonomi terhadap usaha Dapur Kebita. Akan tetapi, jika melihat berdasarkan tingkat pendapatankhususnya
di wilayah Kabupaten Bogor maka data BPS Kabupaten Bogor menunjukkan upah minimum Kabupaten Bogor cenderung meningkat. Peningkatan cukup tajam
terjadi di tahun 2013, yaitu sebesar Rp 2 002 000, yang mengalami peningkatan hingga 70.50 persen dibandingkan UMK tahun 2012 Rp 1 174 200 dan UMK
tahun 2014 telah ditetapkan sebesar Rp 2 242 240 atau meningkat sebesar 12 persen dibandingkan dengan UMK tahun 2013. Hal ini menunjukkan suatu tren
perkembangan UPK yang positif atau meningkat setiap tahunnya. Dari data tersebut dapat mengindikasikan bahwa dengan pendapatan yang meningkat,
masyarakat dapat dikatakan sudah mampu untuk mengonsumsi daging kelinci sebagai
alternatif daging
untuk meningkatkan
konsumsi protein
hewani.Perkembangan upah minimum Kabupaten Bogor tahun 2007-2014 Gambar 15.
Tren produk domestik dewasa ini juga menunjukkan peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya wadah bagi produk domestik untuk dikenal
masyarakat melalui pameran-pameran yang diselenggarakan baik bersifat umum maupun khusus dan baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional. Sebagai
contohnya ialah pameran produk olahan yang diadakan setiap sebulan sekali tiap hari Jumat minggu pertama oleh dinas peternakan dan perikanan Kabupaten
Bogor dan setiap setahun sekali oleh Kementerian Pertanian di Jakarta. Selain ruang pameran, pemerintah juga memberi dukungan promosi melalui instansi
terkait dengan menyebarkan gerakan cintai produk lokal, seperti Gerakan Makan Ikan Gemarikan.
Tren gaya hidup sehat juga semakin meningkat di Indonesia terutama di kalangan anak muda dan dewasa. Hal ini terbukti dari banyaknya event atau acara
dari berbagai instansi yang menyelenggarakan kegiatan aneka lomba lari, sepeda, dan jalan sehat yang mendapat partisipasi dari masyarakat yang begitu besar.
Berdasarkan hal itu, terlihat bahwa tren gaya hidup sehat semakin menjadi prioritas seiring dengan semakin tingginya tingkat mobilitas dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam pekerjaan. Pola hidup sehat tidak hanya dengan berolahraga, melainkan juga melalui asupan makanan yang sehat pula. Oleh sebab
itu, makanan dan minuman yang sehat bagi tubuh juga menjadi hal yang semakin
menarik perhatian masyarakat khususnya bagi mereka yang peduli akan gaya hidup sehat.
Gambar 15 Perkembangan upah minimum Kabupaten Bogor tahun 2007 - 2014
Sumber: BPS Kabupaten Bogor 2013.
Hal tersebutlah yang menjadi peluang bagi Dapur Kebita untuk mengenalkan daging kelinci sebagai daging sehat kepada masyarakat. Dengan adanya tren
tersebut diharapkan daging kelinci dapat menjadi populer seperti daging lain pada umumnya. Hal ini didukung dari data BPS yang menunjuk-kan terjadinya
peningkatan 3.23 persen atas persentase penduduk berumur 10 tahun ke Atas yang melakukan olahraga dari tahun tahun 2009 sebesar 21.76 persen meningkat pada
tahun 2012 menjadi sebesar 24.99 persen.
3. Sosial dan Budaya
Perubahan sosial dan budaya memiliki dampak yang besar atas semua produk, pasar, dan konsumen. Tren tersebut membentuk cara orang hidup, bekerja,
memproduksi, dan mengonsumsi yang akhirnya menciptakan jenis konsumen yang berbeda dan konsekuensinya menciptakan kebutuhan akan produk, jasa, dan
strategi yang berbeda pula.
Dewasa ini, seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, tingkat mobilitas dalam pekerjaan pun ikut meningkat, sehingga menuntut masyarakat
untuk mempunyai pola hidup sehat guna menjaga kesehatan tubuh agar tetap fit dalam beraktivitas. Berdasarkan hal tersebut, kini tren gaya hidup sehat semakin
berkembang di kalangan anak muda dan dewasa, tidak hanya dalam kegiatan olahraga, namun juga mengenai pola konsumsi makanan yang sehat. Selanjutnya
dengan melihat perilaku hidup manusia sekarang ini dengan kondisi yang demikian, maka dibutuhkan makanan praktis siap saji, namun memiliki nilai gizi
yang lebih baik. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial bagi industri pengolahan daging kelinci yang bersifat praktis, mudah, dan cepat cara
penyajiannya, serta bernilai gizi baik.
Kelinci kini tidak hanya dijadikan sebagai hewan peliharaan saja, namun juga mulai diolah menjadi beraneka ragam produk olahan guna mendukung
pemenuhan kebutuhan protein hewani, serta sebagai alternatif penyedia daging untuk mendorong percepatan penganekaragaman sumber pangan asal ternak.
800800 873231 991714 1056914
1172060 1174200 2002000
2242240
500000 1000000
1500000 2000000
2500000
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
UMK