negara 2 di titik A’. Titik-titik itu melambangkan harga relatif komoditi dalam kondisi ekuilibrium, yakni P
A
bagi negara 1 dan P
A
’ untuk negara 2 panel sebelah kiri. Karena P
A
lebih kecil daridai P
A
’, maka simpulkan bahwa negara 1 memiliki keunggulan komparatif pada komoditi X dan negara 2 dalam komoditi Y. Setelah
perdagangan berlangsung panel sebelah kanan negara 1 akan berproduksi di titik B, dan menukarkan sejumlah X untuk mendapatkan Y sehingga mencapai tingkat
konsumsi di titik E segitiga perdagangan BCE. Negara 2 akan berproduksi di titik B’ dan menukarkan sejumlah Y untuk mendapatkan X dan mencapai tingkat
konsumsi di E’ berhimpitan dengan titik E. Kedua negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan karena dapat meningkatkan konsumsinya pada
kurva indifferen II yang lebih tinggi dari kurva indifferen sebelumnya Oktaviani dan Novianti, 2009.
Dalam Halwani 2002 juga dikatakan bahwa model teori H-O menganalisis perdagangan antar dua negara, dimana setiap negara memiliki
karakteristik tersendiri. Asumsi ini berarti bahwa dua negara hanya berbeda dalam dua hal yaitu dalam hal ukuran dan dalam hal rasio KL kapitaltenaga kerja.
Pembuktian teori H-O dimulai dengan catatan bahwa selera dan harga pasar ditujukan untuk pasar bebas dan pola konsumsi dari kedua negara harus sama.
Andaikata kedua negara tersebut memproduksi dengan rasio yang sama dengan yang mereka konsumsi, termasuk dengan yang tidak diperdagangkan tidak
diekspor. Hal ini berarti rasio KL untuk produksi X dari negara 2 harus lebih besar daripada rasio negara 1. Dengan kata lain apabila rasio produksinya sama,
maka produksi padat modal akan lebih besar pada sektor industri bagi negara yang melimpah modal.
2.3.2 Teori Ekspor
Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB Produk
Domestik Bruto dari sisi pengeluaran suatu negara Oktaviani dan Novianti, 2009. Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dijual
secara luas di luar negeri, sedangkan impor adalah barang dan jasa yang di produksi di luar negeri yang dijual di dalam negeri Mankiw, 2006. Ekspor dapat
pula diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara yang diperdagangkan ke negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa.
Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dapat dihasilkannya ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang tersebut secara efisien Lipsey,
1995. Pertumbuhan ekspor suatu komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Adanya daya saing dengan negara-negara lain di dunia. Oleh karena itu
suatu negara hendaknya melakukan spesialisasi sehingga negara tersebut dapat mengekspor komoditi yang telah diproduksi untuk dipertukarkan
dengan apa yang dihasilkan oleh negara lain dengan biaya yang lebih rendah dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekspor negara
tersebut. 2.
Adanya penetapan harga pasar dalam negeri dan harga pasar internasional. Jika harga pasar internasional lebih tinggi dari harga pasar domestik, maka
produsen akan lebih memilih untuk memasarkan komoditi hasil produksinya ke pasar internasional sehingga akan meningkatkan
pertumbuhan ekspor di negara tersebut. 3.
Adanya permintaan dari luar negeri. Semakin tinggi permintaan dari luar negeri terhadap komoditi yang dihasilkan oleh suatu negara, maka semakin
tinggi pula pertumbuhan ekspor di negara tersebut. 4.
Nilai tukar mata uang. Apabila negara mengalami depresiasi nilai tukar, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut. Hal itu
terjadi karena depresiasi nilai tukar menyebabkan harga-harga komoditas domestik terlihat lebih murah di mata internasional sehingga permintaan
luar negeri untuk komoditas tersebut akan meningkat. Di Indonesia, Direktorat Pemasaran Luar Negeri KKP dalam Pedoman
Ekspor Perikanan 2009 menyatakan bahwa suksesnya kegiatan ekspor perikanan sangat tergantung pada kemampuan koordinasi semua pelakunya seperti eksportir,
produsensupplier, perbankan, Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Produk, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan, usaha jasa transportasi, Bea dan Cukai, lembaga promosi hingga dinas yang diberi kewenangan oleh Departemen Perdagangan.
Koordinasi tersebut harus dapat dilakukan secara tepat waktu, efektif dan efisien sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekspor merupakan kegiatan suatu tim
nasional yang menjadi tugas kolektif bukan tugas individual seorang eksportir. Departemen Perdagangan 2006 memberikan gambaran prosedur ekspor secara
umum dan dapat dilihat dalam Lampiran 1. Sedangkan prosedur ekspor hasil perikanan perlu membedakan persyaratan ekspor dalam dua bentuk yaitu pertama,
produk ekspor perikanan sebagai komoditi perikanan yang tunduk terhadap persyaratan administrasi perdagangan internasional dan kedua, produk ekspor
perikanan sebagai komoditi perikanan yang memiliki persyaratan khusus terkait pemenuhan aturan teknis sebagai produk dengan tujuan untuk dikonsumsi
manusia. Aspek persyaratan khusus digunakan untuk menerapkan Code of Conduct Responsible Fisheries.
Alur prosedur ekspor hasil perikanan
digambarkan dalam Lampiran 2.
2.3.3 Konsep Daya Saing