EPD kepiting segar Indonesia memiliki keunggulan kompetitif selain memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata Inggris tahun 2005 dan 2009 walaupun
pertumbuhna permintaan produk di Inggris menurun selama tahun 2001, 2005 dan 2009.
10. Siput Tabel 120 memperlihatkan nilai RCA siput Indonesia di Inggris ynag terus
mengalami pertumbuhan negatif selama tahun 2001, 2005 dan 2009 walaupun memiliki daya saing yang kuat. Pada tahun 2001, nilai RCA Indonesia adalah
yang tertinggi walaupun nilai ekspornya masih lebih rendah dari Perancis. Pada 2005 dan 2009, Portugal yang memiliki nilai ekspor dibawah Perancis dan diatas
Indonesia memiliki nilai RCA tertinggi. Indonesia pada tahun 2009 memiliki nilai RCA yang lebih rendah dari Perancis tetapi lebih tinggi dari Thailand. Filipina
selama tahun 2001, 2005 dan 2009 tidak mengekspor siput ke Inggris sehingga tidak dapat diestimasi bagaimana daya saingnya.
Tabel 121. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Inggris 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 49,074
France 7,845
Cina 4,175
0,000 0,000
2005 12,496
France 5,737
Portugal 34,897
0,000 0,000
2009 2,863
France 8,820
Portugal 65,927
2,548 0,000
Persilangan hasil estimasi RCA dan EPD menghasilkan bahwa dengan nilai RCA atau keunggulan komparatif yang terus menurun ternyata Indonesia
tidak memiliki keunggulan kompetitif dalam ekspor siput ke Inggris. Hal ini tercermin dari nilai pertumbuhan pangsa ekspornya yang bernilai negatif 79,5
persen ditahun yang sama disaat pertumbuhan pangsa produk di Inggris juga negatif.
5.3.10 Amerika Serikat
Hasil estimasi RCA dan EPD beberapa produk perikanan Indonesia tertera pada Tabel 122. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada tahun 2001, ada dua
produk yaitu lobster beku dan udang segar yang memiliki nilai RCA lebih kecil
dari satu yang berarti bahwa keunggulan komparatit produk etrsebut dibawah rata- rata Amerika Serikat atau dengan kata lain berdaya saing lemah, sedangkan tujuh
produk lainnya memiliki nilai RCA lebih besar dari satu sehingga dinilai memiliki daya saing yang kuat. Satu produk yaitu lobster segar tahun 2001 dan 2005
Indonesia tidak mengekspor sehingga tidak dapat diestimasi daya saingnya. Pada tahun 2009, dari delapan produk yang dapat diestimasi nilai RCAnya ada dua
produk yaitu lobster beku dan udang segar yang memiliki nilai RCA dibawah nilai satu dan enam produk lainnya memiliki nilai RCA diatas nilai satu. Pada tahun
ini, selain lobster segar Indonesia juga tidak mengekspor siput ke Amerika Serikat sehingga tidak dapat diestimasi daya saingnya. Pada tahun 2009, hanya lobster
beku dan lobster segar yang memiliki nilai RCA lebih kecil dari satu dan delapan produk lainnya memiliki nilai RCA lebih besar dari satu sehingga berdaya saing
kuat.
Tabel 122. Hasil Estimasi RCA Perikanan Indonesia di Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Komoditi Nilai RCA
Nilai EPD Posisi Daya
Saing 2001
2005 2009
Pertumbuhan Pangsa Pasar
Ekspor Pertumbuhan
Pangsa Pasar Produk
Ikan Hias 14,551
13,736 6,259
-30,56 5,39
Lost Opportunity
Tuna Sirip Kuning Segar
7,407 5,992
22,276 164,24
5,39 Rising Star
Tuna Sirip Kuning Beku
5,630 8,687
12,947 59,38
5,39 Rising Star
Lobster Beku 0,232
0,00001 0,0004
3596,55 5,39
Rising Star Lobster Segar
0,000 0,000
0,0002 -
5,39 -
Udang Beku 7,929
14,614 16,892
51,96 5,39
Rising Star Udang Segar
0,979 0,023
74,527 196339,90
5,39 Rising Star
Kepiting Beku 3,165
7,177 7,720
65,65 5,39
Rising Star Kepiting Segar
81,763 99,839
79,021 2,25
5,39 Rising Star
Siput 105,448
0,000 3,122
- 5,39
-
Dari sisi keunggulan kompetitif, karena ada dua produk yaitu lobster segar dan siput yang memiliki nilai ekspor tidak kontinyu selama tahun 2001, 2005 dan
2009 maka kedua produk tersebut tidak dapat diestimasi pertumbuhan pangsa
pasar ekspornya di Amerika Serikat sehingga tidak dapat pula diestimasi bagaimana posisi daya saingnya. Sementara pertumbuhan pangsa produk di
Amerika Serikat bernilai positif sebesar 5,4 persen sehingga dapat dikatakan produk perikanan Indonesia di Amerika Serikat dinamis atau meningkat. Maka
dari itu hanya akan ada dua kemungkinan posisi daya saing yaitu Rising Star dan Lost Opportunity
. Dari delapan produk yang dapat diestimasi hanya ada satu produk yaitu ikan hias yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa ekspor negatif
sehingga posisi daya saingnya Lost Opportunity, ini berarti dengan dinamisnya pertumbuhan pangsa produk di Amerika Serikat produk ikan hias Indonesia tidak
memiliki keunggulan kompetitif. Tujuh produk lainnya dalam Tabel 122 memiliki nilai pertumbuhan pangsa ekspor yang positif sehingga memiliki posisi daya saing
Rising Star, posisi ini mengartikan bahwa dengan dinamisnya pertumbuhan
pangsa produk di Amerika Serikat, tujuh produk tersebut dapat bersaing atau memiliki keunggulan kompetitif. Pertumbuhan pangsa ekspor terbesar selama
tahun 2001, 2005 dan 2009 tertinggi terjadi pada produk udang segar dengan persentase sebesar 196.339,9 persen. sedangkan pertumbuhan positif pada pangsa
ekspor yang terendah adalah produk kepiting segar dengan persentase hanya 2,3 persen.
Untuk melihat bagaimana perbandingan nilai RCA Indonesia dengan pesaing utamanya serta analisis persilangan antara hasil estimasi RCA dan EPD
akan dipaprkan satu persatu setiap produk sebagai berikut : 1. Ikan Hias
Nilai RCA ikan hias tertinggi pada tahun 2001 dimiliki oleh Peru, walaupun nilai ekspornya lebih rendah dari Singapura dan Indonesia pada tahun
tersebut nilai RCAnya diurutan ketiga setelah Peru dan Filipina. Pada tahun 2005 nilai RCA Indonesia diurutan kedua setelah Filipina padahal nilai ekspor ikan hias
Filipina ke Amrika Serikat lebih rendah dari Singapura. Pada tahun 2009, nilai RCA ikan hias Indonesia menjadi nilai yang terendah dan Sri Lanka yang pada
tahun etrsebut memiliki nilai RCA tertinggi. Secara keseluruhan negara eksportir ikan hias ke Amerika Serikat tidak ada yang memiliki nilai RCA kurang dari satus
ehingga dapat dikatakan semua negara eksportir tersebut memiliki daya saing
yang kuat. Rincian nilai RCA ikan hias Indonesia dan pesaing disajikan pada Tabel 123.
Tabel 123. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 14,551
Singapore 13,755
Peru 76,871
4,697 15,593
2005 13,736
Singapore 13,324
Hong Kong 2,877
6,726 21,965
2009 6,259
Singapore 17,005
Sri Lanka 80,482
6,304 20,754
Persilangan hasil estimasi RCA dan EPD menunjukan bahwa walaupun ikan hias Indonesia di Amerika Serikat memiliki keunggulan komparatif ditas
rata-rata Amerika Serikat selama tahun 2001, 2005 dan 2009 tetapi ternyata ikan hias menjadi satu-satunya produk perikanan dalam penelitian ini yang memiliki
nilai pertumbuhan pangsa ekspor negatif 30,1 persens ehingga tidak memiliki keunggulan kompetitif padahal pertumbuhan pangsa produk di Amerika Serikat
dinamis. 2. Tuna Sirip Kuning Segar
Tabel 124 memperlihatkan bahwa nilai RCA tuna sirip kuning segar Indonesia ke Amerika Serikat adalah nilai tertinggi ketiga setelah Filipina dan
Australia. Pada tahun tersebut, Meksiko yang memiliki nilai ekspor lebih besar dari Indonesia ternyata memiliki nilai RCA kurang dari satu atau dapat dikatakan
produknya berdaya saing lemah. Thailand pada tahun 2001 juga memiliki nilai RCA kurang dari satu.
Tabel 124. Perbandingan RCA Ikan Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 7,407
Australia 21,853
Mexico 0,812
0,347 49,281
2005 5,992
Panama 1137,064
Costa Rica 79,813
1,157 21,902
2009 22,276
Mexico 1,491
Panama 786,667
2,779 22,688
Pada tahun 2005, nilai RCA Indonesia menjadi uruta kedua terakhir sebelum Thailand walaupu masih memiliki daya saing yang kuat. Pada tahun
tersebut Panama sebagai negara pengekspor terbesar memiliki nilai RCA terbesar
pula. Pada tahun 2009 kembali Panama yang memiliki nilai RCA tertinggi walaupun nilai ekspornya tahun tersebut lebih rendah dari Meksiko dan Indonesia.
Secara keseluruhan nilai RCA produk ini ke Amerika Serikat menunjukan daya saing yang kuat kecuali Meksiko dan Thailand pada tahun 2001. Analisis
persilangan hasil estimasi RCA dan EPD menunjukan bahwa selain Indonesia memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata Amerika Serikat pada produk
tuna sirip kuning segar, Indonesia juga memiliki keunggulan kompetitif dengan pertumbuhan pangsa ekspor yang positif sebesar 164,2 persen selama tahun 2001,
2005 dan 2009. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan pangsa produk di Amerika Serikat yang positif pula.
3. Tuna Sirip Kuning Beku
Nilai RCA tuna sirip kuning beku ke Amerika Serikat pada tahun 2001, 2005 dan 2009 tertinggi dimiliki oleh Panama seiring dengan nilai ekspornya
yang jauh mengungguli negara eksportir produk tersebut ke Amerika Serikat. Pada tahun 2001, nilai RCA Indonesia diurutan kedua, tetapi pada tahun 2005
menjadi urutan ketiga setelah Panama dan Grenada. Pada tahun 2009 nilai RCA Indonesia turun lagi keposisi ke empat setelah Panama, Filipina dan Kosta Rika,
padaha nilai ekspor Indonesia lebih tinggi dari Kosta Rika. Secara keseluruhan nilai RCA negara eksportir produk ini ke Amerika Serikat bernilai diatas satu
sehingga memiliki daya saing yang kuat, hanya Thailand pada tahun 2001 dan 2009 tidak mengekspor sehingga tidak dapat diestimasi bagaimana daya saingnya.
Rincian nilai RCA tersebut tertera secara lengkap pada Tabel 124.
Tabel 125. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai RCA
Negara Nilai
RCA
2001 5,630
Panama 2088,586
Taiwan 2,551
0,000 5,374
2005 8,687
Panama 3022,625
Grenada 236,513
1,449 6,888
2009 12,947
Panama 3074,483
Costa Rica 26,638
0,000 48,195
Serupa dengan produk tuna sebelumnya, produk tuna dalam keadaan beku ini juga memiliki pertumbuhan pangsa ekspor yang positif sebesar 59,4 persen
sehingga memiliki keunggulan kompetitif selama tahun 2001, 2005 dan 2009
disamping memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata Amerika Serikat selama tahun yang sama.
4. Lobster Beku Berbeda dari tiga produk sebelumnya, produk lobster beku Indonesia di
Amerika Serikat memiliki nilai yang berdaya saing lemah selama tahun 2001, 2005 dan 2009. Filipina pun memiliki nilai RCA yang serupa dengan Indonesia
pada tahun 2001 dan 2005, tahun 2009 Filipina tidak mengekspor lobster beku ke Amerika Serikat. Pada tahun 2001, 2005 dan 2009 nilai RCA tertinggi dimiliki
oleh Vietnam, Hongkong dan Kanada, padahal selama tiga tahun tersebut Kanada yang memiliki nilai ekspor tertinggi. Selama tahun yang sama pula Thaialnd tidak
emngekspor lobster beku ke Amerika Serikat sehingga tidak dapat mengestimasi bagaimana daya saingnya.
Tabel 126. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 0,232
Canada 4,172
Vietnam 33,451
0,000 0,020
2005 0,00001
Canada 4,764
Belize 257,477
0,000 0,108
2009 0,0004
Canada 5,710
HongKong 0,754
0,000 0,000
Persilangan hasil estimasi RCA dan EPD menunjukan bahwa walaupun lobster beku Indonesia di Amerika Serikat memiliki keunggulan komparatif
dibawah rata-rata Amerika Serikat selama tahun 2001, 2005 dan 2009 tetapi ternyata memiliki keunggulan kompetitif dengan nilai pertumbuhan pangsa ekspor
yang positif sebesar 3.596,6 persen disaat pertumbuhan pangsa produk Indonesia di Amerika Serikat juga positif.
5. Lobster Segar Indonesia hanya mengekspor lobster segar ke Amerika Serikat pada tahun
2009 itupun dengan nilai RCA yang lebih kecil dari satu sehingga memiliki daya saing yang lemah. Kanada selama tahun 2001, 2005 dan 2009 memiliki nilai RCA
tertinggi seiring nilai ekspornya yang tertinggi pula selama tahun tersebut. hampir serupa dengan Indonesia, Filipina pun hanya mengekspor pada tahun 2005 dengan
daya saing yang lemah. Hal yang sama juga terjadi pada Australia tahun 2001,
Uni Arab Emirat tahun 2005 serta Belanda tahun 2009 yang memiliki daya saing lemah dalam ekspor libster segar ke Amerika Serikat.
Tabel 127. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 0,000
Canada 4,672
Australia 0,364
0,000 0,000
2005 0,000
Canada 5,111
United Arab Emirates
0,722 0,000
0,061 2009
0,0002 Canada
5,846 Netherlands
0,023 0,000
0,000
Persilangan hasil estimasi RCA dan EPD pun menjadi sulit dianalisis karena posisi daya saing lobster segar Indonesia di Amerika Serikat tidak dpat
diestimasi. Hal ini terjadi karena ketidakkontinyuan nilai RCA yang menyebabkan pertumbuhan pangsa ekspor sulit dihitung walaupun pertumbuhan pangsa produk
di Amerika Serikat bernilai positif. 6. Udang Beku
Nilai RCA udang beku Indonesia di Amerika Serikat memiliki pertumbuhan positif selama tahun 2001, 2005 dan 2009. Walaupun begitu nilai
RCA tersebut hanya menempati posisi kedua pada tahun 2001 dan ketiga pada tahun 2005 dan 2009. Posisi pertama nilai RCA udang beku ke Amerika Serikat
adalah Vietnam tahun 2001 dan 2005 dan Ekuador pada tahun 2009. Thailand memiliki nilai RCA tertinggi kedua pada tahun 2001, 2005 dan 2009, padahal
selama tahun tersebut negara ini memiliki nilai ekspor tertinggi diantara pesaing lainnya.
Tabel 128. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 7,929
Mexico 1,312
Vietnam 116,142
21,291 0,789
2005 14,614
Vietnam 37,810
Mexico 1,048
17,461 1,134
2009 16,892
Mexico 1,195
Ecuador 41,749
25,154 0,503
Filipina pada tahun 2001 dan 2009 memiliki nilai RCA kurang dari satu sehingga memiliki daya saing lemah, pada tahun 2005 nilai RCAnya lebih besar
dari satu tetapi tetap masih jauh lebih rendah dari nilai RCA udang beku
Indonesia. Rincian nilai RCA udang beku semua negara dalam penelitian ini ke Amerika Serikat tertera dalam Tabel 128. Analisis persilangan hasil estimasi RCA
dan EPD udang beku Indonesia di Amerika Serikat menunjukan bahwa selain Indonesia memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata Amerika Serikat
selama tahun 2001, 2005 dan 2009, Indonesia juga memiliki nilai pertumbuhan pangsa ekspor yang positif sebesar 52 persen sehingga memiliki keunggulan
kompetitif disaat pertumbuhan pangsa produk yang dinamis pula. 7. Udang Segar
Udang segar Indonesia di Amerika Serikat memiliki nilai RCA lebih besar dari satu hanya pada tahun 2009, dan tahun tersebut Indonesia langsung menjadi
negara eksportir udang segar dnegan nilai RCA tertinggi. Pada tahun 2001 dan 2005, nilai RCA tertinggi dimiliki oleh Vietnam seiring dengan nilai ekspornya
yang juga tertinggi pada tahun tersebut. berbeda dengan Indonesia dan pesaing lainnya, Filipina memiliki nilai RCA kurang dari satu pada tahun 2005 dan 2009
dan lebih dari satu pada tahun 2001. Hal tersebut juga terjadi pada Cina pada tahun 2005 yang memiliki daya saing lemah dalam ekspor udang segar ke
Amerika Serikat.
Tabel 129. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 0,979
Vietnam 19,138
Taiwan 6,408
10,080 2,173
2005 0,023
Vietnam 187,510
Cina 0,734
1,822 0,047
2009 74,527
Mexico 1,218
Hong Kong 2,652
3,249 0,173
Dengan pertumbuhan nilai RCA yang cukup signifikan apda tahun 2009 menyebabkan pertumbuhan pangsa ekspor produk ini asal Indonesia ke Amerika
Serikat juga memiliki nilai yang positif da terbesar dibanding produk lainnya yaitu sebesar 196.339,9 persen. hal ini memeberikan gambaran hasil persilangan
nilai RCA dan EPD yaitu selain memiliki keunggulan komparati diatas rata-rata Amerika Serikat pada tahun 2009, Indonesia juga memiliki keunggulan kompetitif
selama tahun 2001, 2005 dan 2009 disaat pangsa produk di Amerika Serikat juga meningkat.
8. Kepiting Beku Nilai RCA kepiting beku Indonesia pada tahun 2001 menempati urutan
ketiga tertinggi setelah Venezuela dan Kanada. Venezuela pada tahun tersebut menempati urutan pertama nilai RCA tertinggi walaupun nilai ekspor tertinggi
selama tahun 2001, 2005 dan 2009 adalah Kanada. Pada tahun 2005 dan 2009, nilai RCA kepiting beku Indonesia menjadi nilai RCA tertingi dibandingkan
dengan India pada urutan kedua, Kanada ketiga dan Thailand keempat pada tahun 2005. Tahun 2009 Kanada yang berada diurutan kedua nilai RCA tertinggi. Pada
tahun yang sama Cina yang memiliki nilai ekspor lebih tinggi daripada Thailand ternyata memiliki nilai RCA kurang dari satu atau dapat disimpulkan produk Cina
ini berdaya saing lemah. Selama tahun 2001, 2005 dan 2009, Filipina pun memiliki nilai RCA kurang dari satu.
Tabel 130. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 3,165
Canada 3,600
Venezuela 5,523
1,734 0,002
2005 7,177
Canada 3,856
India 4,368
2,078 0,001
2009 7,720
Canada 4,574
Cina 0,262
1,118 0,013
Hasil persilangan antara estimasi RCA dan EPD menunjukan kesesuaian. Dengan keunggulan komaratif diatas rata-rata Amerika Serikat selama tahun
2001, 2005 dan 2009, Indonesia pun memiliki keunggulan kompetitif dengan nilai pertumbuhan pangsa ekspor yang positif sebesar 65,7 persen disaat permintaan
produk di Amerika Serikat juga meningkat selama tahun 2001, 2005 dan 2009. 9. Kepiting Segar
Berbeda dengan produk kepiting sebelumnya, produk kepiting segar Indonesia di Amerika Serikat memiliki nilai RCA tertinggi selama tahun 2001,
2005 dan 2009 seiring tertinggi pula nilai ekspornya. Kanada sebagai negara eksportir kdua terbesar setelah Indonesia ternyata memiliki nilai RCA kurang dari
satu pada tahun 2005 sehingga dinilai produknya berdaya saing lemah, serupa dengan Meksiko pada tahun 2001dan Thailand pada tahun 2005. Filipina selama
tahun 2001, 2005 dan 2009 memiliki nilai RCA yang kurang dari satu atau dapat
dikatakan produk kepiting segar asal Filipina di Amerika Serikat memiliki daya saing yang lemah.
Tabel 131. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 81,763
Canada 1,152
Mexico 0,153
7,087 0,004
2005 99,839
Canada 0,995
Vietnam 17,773
0,920 0,089
2009 79,021
Canada 1,605
India 3,076
1,201 0,047
Persilangan hasil estimasi RCA dan EPD pada produk kepiting segar Indonesia pun menghasilkan hasil yang sama seperti kepititng segar yaitu dengan
keunggulan komparatif diatas rata-rata Amerika Serikat selama tahun 2001, 2005 dan 2009, produk asala Indonesia ini pun memiliki keunggulan kompetitif dengan
pertumbuhan pangsa ekspor yang positif sebesar 2,3 persen disaat pertumbuhan pangsa produk di Amerika Serikat juga meningkat.
10. Siput Tabel 132 memperlihatkan nilai RCA siput Indonesia di Amerika Serikat
hanya ada pada tahun 2001 dan 2009, walaupun begitu, pada tahun 2001 nilai RCA Indonesia menjadi nilai yang tertinggi dengan nilai ekspor yang tertinggi
pula. Kanada sebagai negara eksportir kedua tertinggi malah memiliki nilai RCA kurang dari satu atau dengan kata lain berdaya saing lemah. Pada tahun 2005,
nilai RCA tertinggi dimiliki oleh Nikaragua, walaupun nilai ekspornya lebih rendah dari Perancis.
Tabel 132. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat 2001, 2005, 2009
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 105,448
Canada 0,490
Cina 1,142
0,178 0,000
2005 0,000
France 13,704
Nicaragua 1143,212
0,000 0,000
2009 3,122
Nicaragua 1143,212
Honduras 337,414
0,057 0,000
Pada tahun 2009, Nikaragua kemabali memiliki nilai RCA tertinggi seiriing nilai ekspornya yang juga tertinggi. Seperti halnya Indonesia, Thailand
juga hanya mengekspor siput ke Amerika Serikat pada tahun 2001 dan 2009 tetapi
bedanya dua tahun tersebut Thailand memiliki nilai RCA kurang dari satu sehingga produk asal Thaialnd tersebut berdaya saing lemah. Filipina pada tahun
yang sama tidak mengekspor sama sekali sehingga tidak dapat diestimasi bagaimana daya saingnya. Serupa dengan produk lobster segar yang telah
dijelaskan sebelumnya, produk siput Indonesia di Amerika Serikat juga sulit diestimasi pertumbuhan pangsa ekspornya karena nilai RCA ynag tidak kontinyu
sehingga walaupun tahun 2001 dan 2009 memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata Amerika Serikat tetapi karena tidak dapat diestimasi posisi daya saing
maka persilangan hasil estimasi RCA dan EPD pun sulit dianalisis.
5.3.11 Dunia