Rata-rata nilai ekspor terendah adalah produk lobster beku yang diikuti oleh siput dan lobster segar. Dengan nilai impor dunia yang tumbuh secara positif dalam
Gambar 53, ternyata dari sepuluh produk yang dinalisis hanya ada dua produk perikanan Indonesia yang mengalami pertumbuhan positif, dua produk tersebut
adalah lobster segar dan kepiting beku. Satu produk yaitu ikan hias mengalami pertumbuhan negatif dan tujuha produk lainnya memiliki nilai ekspor yang
berfluktuatif selama tahun yang sama. Pesaing utama ekspor ikan hias Indonesia ke dunia adalah Singapura,
Spanyol dan Malaysia, walaupun Indonesia menjadi eksportir ikan hias terbesar kesatu, keenam dan kesembilan pada tahun 2001, 2005 dan 2009. Produk kedua
tuna sirip kuning segar memiliki pesaing utama Filipina, Panama, Taiwan, Australia, Meksiko dan Thailand dimana negara pesaing etrsebut selama tahun
2001, 2005 dan 2009 memiliki nilai ekspor yang lebih rendah dari Indonesia keculai Taiwan pada tahun 2009. Tuna sirip kuning beku memiliki pesaing utama
Taiwan, Spanyol, Korea, Panama dan Perancis dan Indonesia memiliki nilai ekspor yang memang lebih rendah dari negara tersebut dengan berada pada
peringkat delapan, sembilan dan sepuluh pada tahun 2001, 2005 dan 2009. Lobster beku memiliki pesaing utama Kanada, Vietnam, Iceland dan Amerika
Serikat, sedangkan lobster segar hanya Kanada dan Amerika Serikat yang utama. Ekspor produk udang beku Indonesia di pasar dunia menempati urutan kedua
pada tahun 2001 dan keempat pada tahun 2005 dan 2009, pesaing utamanya adalah Thailand, Vietnam, Filipina dan India. Udang segar pesaing utamanya
yaitu Belanda, Vietnam dan Cina. Produk kepiting yang cukup menjadi sorotan Indonesia dalam kurun waktu terakhir memiliki pesaing utama Kanada, Amerika
Serikat, Cina dan Inggris. Siput yang di Indonesia diproduksi dalam perikanan tangkap perairan umum di dunia memiliki pesaing Cina, Macedonia, Meksiko dan
Hongaria walaupun Indonesia menempati urutan kedua apda tahun 2001, ketiga pada tahun 2005 dan keempat pada tahun 2009.
5.2 Strategi Perikanan Negara Pesaing Utama Indonesia di Negara Importir Utama dan Dunia
Secara keseluruhan pesaing utama ekspor perikanan Indonesia di negara importir utama dan dunia dapat menjadi salah satu hambatan tingkat daya saing
maupun posisi daya saing produk Indonesia di pasar tertentu. Maka dari itu, menjadi penting untuk melihat apa saja strategi pesaing utama dalam bidang
perikanan agar dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan bidang perikanan Indonesia di tahun mendatang. secara rinci produk perikanan
dan setiap pesaing utama tertera dalam Tabel 22.
Tabel 22. Negara Pesaing Utama Ekspor Perikanan Indonesia di Negara Importir Utama dan Dunia
Komoditi Negara
Pesaing 1 Pesaing 2
Pesaing 3
Ikan Hias Singapura
Malaysia Filipina
Tuna Sirip Kuning Segar Papua Nugini
Maladewa Thailand
Tuna Sirip Kuning Beku Taiwan
Korea Panama
Lobster Beku India
Kanada Amerika Serikat
Lobster Segar Kanada
Amerika Serikat Vietnam
Udang Beku Vietnam
Thailand India
Udang Segar Vietnam
Thailand Inggris
Kepiting Beku Kanada
Amerika Serikat Chili
Kepiting Segar India
Filipina Cina
Siput Cina
Perancis Macedonia
Sumber : UN Comtrade, 2011
1. Thailand
Sejak tahun 2000, Thailand melaksanakan kampanye Safety Standard from Farm to Table
yaitu program komprehensif yang merangkai produk dari yang paling hulu sampai yang paling hilir secara berkesinambungan dan terkoordinasi
hingga detail sehingga menghasilkan total food chain network. Kampanye ini juga berisikan pelaksanaan program yang tertata, sistematis dan tepat serta realisasi
backward linkage dan forward linkage yang rumit dan kompleks. Faktor utama
yang memberikan kontribusi penting dalam program ini diantaranya adalah aspek distribusi dan keberadaan pasar agrobisnis yang terdiri dari pasar induk, pasar
regional, pasar kontrak dan pasar lelang yang bekerja sesuai mekanisme pasar. Selain itu, Thailand memiliki armada transportasi yang sangat menunjang dalam
proses distribusi produk ekspor perikanan, salah satunya pemerintah Thailand menyediakan transportasi khusus berupa sejenis mini bus yang mengangkut hasil
produksi dari petani budidaya atau nelayan tradisional di daerah tertentu untuk sampai di kota atau pelabuhan ekspor agar menjamin kualitasnya. Untuk produk
yang akan diekspor ke luar negeri, perusahaan penerbangan nasional Thailand yaitu Thai Airways juga memiliki armada pesawat khusus untuk mengangkut
produk hasil perikanan terutama yang dalam keadaan hidup atau segar. 2.
Singapura Sebagai negara yang dilalui dalam jalur perdagangan dunia, Singapura
berhasil memetik keuntungan dari keadaan ini. Khususnya dalam produk ikan hias, terbukti pada beberapa kasus, Singapura mengklaim produk asal Indonesia
sebagai produk negaranya. Hal ini dikarenakan Indonesia minim dalam penyediaan transportasi mengangkut produk segar perikanan. Singapura memiliki
armada transportasi perikanan yang dapat mengangkut ikan hias sampai negara tujuan ekspornya dengan kualitas terjamin yang tidak dimiliki Indonesia, sehingga
citra eksportir terbesar ikan hias di dunia dimiliki oleh Singapura. Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi Indonesia yang sebenaranya memiliki kekayaan ikan
hias sangat besar. Dapat diambil kesimpulan, Indonesia harus dapat meningkatkan pelayanan dalam aspek transportasi khusunya dalam mengangkut produk hasil
perikanan segar, agar mutu dan kualitas ikan dari Indonesia samapai negara tujuan ekspor tetap terjamin.
3. Filipina
Sebagai negara kepulauan yang serupa dengan Indonesia, potensi perikanan Filipina juga sangat besar dan memberikan pengaruh pada
perekonomiannya. Hal ini ditunjukan dengan pola mainstream yang menonjol pada penanggulangan kemiskinan dan isu lingkungan sebagaimana tertuang dalam
Medium-Term Development Plan MTDP Filipina. Dalam rencana pembangunan
Filipina tersebut, disebutkan bahwa sektor perikanan menjadi sektor utama yang akan dikembangkan. Proses pengembangan perikanan di Filipina tidak hanya
berorientasi pada promosi yang berfokus pada pertumbuhan ekspor tetapi juga berorientasi pada sustainable marine and fisheries yaitu menjaga keberlanjutan
ekosistem maupun sistem sosialnya. 4.
Vietnam Vietnam juga merupakan negara berkembang sama seperti Indonesia,
dalam bidang perikanan dapat dikatakan juga Vietnam memiliki garis pantai cukup panjang di sekitar wilayah negaranya. Strategi yang diterapkan dalam
perikanan Vietnam adalah menguatkan sektor petani tradisional dahulu. Di negara ini sedang digencarkan pelaksanaan satu daerah sebagai sentra satu komoditi
perikanan. Hal ini bertujuan agar sektor perikanan menjadi salah satu kekuatan dari setiap daerah. Pemerintah Vietnam mencoba menyediakan seluas lahan di
suatu daerah untuk mengembangkan satu komoditi perikanan oleh petani tradisional khususnya perikanan budidaya seperti jenis udang.
Dari sisi teori ekspor, pertumbuhan ekspor suatu komoditas salah satunya dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang dimana bila terjadi depresiasi akan
meningkatkan ekspor suatu negara. Selama periode terakhir nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mengalami apresiasi atau dengan kata lain menguat
hingga akhir tahun 2010 apresiasi nilai tukar tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki tingkat apresiasi nilai tukar tertinggi di Asia
Tenggara melebihi Singapura, Thailand, Filipina dan negara Asia Tenggara lainnya. Data dari UN Comtrade 2011 menunjukkan bahwa pertumbuhan total
nilai ekspor Indonesia ke dunia memiliki nilai rata-rata pertumbuhan yang positif sebesar 13,7 persen dari tahun 2000 hingga 2009, pertumbuhan negatif hanya
terjadi pada tahun 2001 dan 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadinya penguatan nilai tukar tidak serta merta mengakibatkan penurunan kinerja ekspor
Indonesia. Laporan perekonomian Bank Indonesia menunjukkan bahwa volume
ekspor Indonesia masih didominasi oleh produk migas yang juga mengalami peningkatan. Produk perikanan seperti telah dibahas sebelumnya juga memiliki
pertumbuhan nilai ekspor rata-rata positif selama tahun 2000 hingga 2009, walaupun pada tahun 2001 dan 2009 mengalami pertumbuhan negatif. Dari sisi
impor Indonesia didominasi oleh impor bahan baku sebesar 67 persen, untuk barang modal 23 persen dan barang konsumsi sebesar 9 persen. Dari data-data
tersebut disimpulkan bahwa apresiasi nilai tukar rupiah akan memberikan dampak yang positif bagi perekonomian domestik. Inflasi yang disebabkan oleh barang
impor dapat ditekan melalui apreasiasi nilai tukar, selain itu, dengan mata uang yang semakin kuat, maka impor barang modal dan bahan baku akan semakin
murah sehingga harga output produksi dapat ditekan.
Penguatan nilai tukar tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun hampir di seluruh belahan dunia karena Amerika sedang dalam fase kebijakan uang
longgar. Quantitative easing monetary policy kebijakan uang longgar yang dianut oleh Amerika Serikat saat ini menyebabkan likuiditas dollar Amerika
mengalir ke berbagai belahan dunia. Suku bunga yang rendah di Amerika menyebabkan para investor melarikan dananya ke emerging market seperti
Indonesia. Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat fondasi ekonomi dengan aliran dana yang tersedia. Pangsa pasar seperti Amerika, Uni
Eropa dan Jepang tetap menjadi fokus utama pertumbuhan ekspor Indonesia
2
. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia juga
memberikan kepastian bahwa apresiasi nilai tukar yang terjadi pada periode terakhir tidak akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia di pasar internasional
karena penguatan nilai tukar rupiah selalu menyesuaikan dengan kondisi makroekonomi dalam negeri
3
. Selain strategi didalam negara, negara pesaing utama juga memiliki
strategi yang dilakukan dengan mengikuti berbagai organisasi perikanan regional RFMOs khususnya untuk spesies perikanan laut lepas seperti tuna tropis,
temperate tunas, bilfish, neritic tunas dan seerfish . Ada lima organisasi perikanan
regional di dunia yang mengelola spesies tersebut yaitu Indian Ocean Tuna Commission
IOTC, Convention on Conservatioan of Southern Bluefin Tuna CCSBT, Western Central Pasifik Fisheries Commission WCPFC, Inter-
America Tropical Tuna Commision IATTC dan International Commission for
the Conservatin of Atlantic Tunas ICCAT. Dari kelima organisasi perikanan
regional tersebut, Indonesia baru terdaftar sebagai anggota di dua organisasi yaitu Contacting Party
pada IOTC dan Full Member pada CCSBT, berbeda dengan negara pesaing utama Indonesia seperti Taiwan, Korea, Papua Nugini, Cina,
Filipina, Kanada dan Amerika Serikat yang juga telah menjadi anggota dari WCPFC. Hal ini dapat mengindikasikan negara pesaing tersebut dapat
2
Sumber : Yuono. 2011. “Kinerja Ekspor dan Apresiasi Nilai Tukar Rupiah”. [Kompas Online]. http:ekonomi.kompasiana.combisnis20110505kinerja-ekspor-dan-apresiasi-nilai-tukar-rupiah
[27 Juni 2011]
3
Sumber : Febriana. 2011. “Nilai Tukar Rupiah Aman Untuk Ekspor”. [Tempointeraktif.com]. http:www.tempointeraktif.comhgperbankan_keuangan20110520brk,20110520-
335690,id.html [27 Juni 2011]
memberikan pengaruh dalam perumusan kebijakan pelestarian sumber daya ikan tuna serta mengatur alat tangkap yang saling menguntungkan dan tidak merugikan
negara lain dengan alokasi dan regulasi. Dalam ruang lingkup negara ASEAN, Indonesia seharusnya sudah menjadi anggota dalam WCPFC, tetapi informasi
yang didapat dari Direktorat Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP Indonesia masih dalam status Cooperating Non-Member dalam
WCPFC sehingga tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Hal yang menjadi kendala Indonesia salah satunya adalah terbatasnya kemampuan
Indonesia mengikuti pertemuan yang diselenggarakan masing-masing RFMOs setiap tahun.
5.3 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantages RCA, Export Product Dynamic