Siput memiliki volume produksi sebesar 2.200 ton pada tahun 2001 menurun 1.027 ton pada tahun 2005 dan tahun 2009 meningkat menjadi 1.172
ton. Volume produksi ini sesuai dengan fluktuasi peringkat pangsa ekspornya dimana menurun menjadi peringkat tiga pada tahun 2005 tetapi kembali menjadi
peringkat dua pada tahun 2009. Produk lobster di Indonesia memiliki pertumbuhan volume produksi yang juga berfluktuatif yaitu meningkat pada tahun
2005 dan menurun pada tahun 2009 dengan volume produksi sebesar 4.490 ton tahun 2001, 6.709 ton tahun 2005 dan 6.242 ton tahun 2009. Peringkat pangsa
ekspor produk lobster beku Indonesia di pasar dunia pun berfluktuasi dan cenderung rendah, sedangkan produk lobster segar menempati peringkat yang
semakin menurun selama tahun 2001, 2005 hingga 2009. Untuk dapat menentukan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan
pangsa ekspor perikanan Indonesia di pasar dunia dan beberapa negara importir utama, maka perlu dilakukan pengkajian daya saing beberapa produk perikanan
khususnya jenis ikan, moluska dan krustasea tersebut. Diketahuinya tingkat daya saing serta posisi daya saing akan dapat membantu dalam perumusan kebijakan
dalam bidang perikanan dan kelautan secara luas. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
tingkat dan posisi daya saing produk perikanan Indonesia di beberapa negara importir utama dan dunia.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Menjelaskan perkembangan nilai ekspor perikanan Indonesia dan strategi negara pesaing utama di negara importir utama dan dunia dalam sektor
perikanan. 2.
Mengidentifikasi posisi daya saing melalui keunggulan komparatif dan performa produk ekspor dinamis produk perikanan Indonesia di negara
importir utama dan dunia dengan menggunakan metode RCA Revealed Comparative Advantage
dan EPD Export Product Dynamic.
1.4 Manfaat Penelitian
Uraian latar belakang, perumusan masalah serta tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya merupakan suatu usaha agar penelitian ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai rujukan dalam penelitian-penelitian yang lebih mendalam
mengenai ekspor komoditas perikanan Indonesia dimasa yang akan datang serta dapat membantu merumuskan kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan daya
saing perikanan Indonesia di pasar dunia khususnya di negara importir utama.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya menganalisis daya saing produk perikanan ikan, moluska, krustasea Indonesia di sepuluh negara importir utama dan pasar
internasional sebagai pasar ekspor utama. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan beberapa strategi beberapa negara pesaing utama dalam bidang
perikanan. Adapun sepuluh produk perikanan ikan, moluska, krustasea Indonesia yang akan dikaji yaitu ikan hias, ikan tuna sirip kuning segar dan beku,
udang besarlobster beku dan segar, udang kecilbiasa beku dan seg, kepiting beku dan segar serta siput. Produk yang akan dikaji diambil berdasarkan standar
Harmonized System HS 1996 yaitu HS 1996 dua digit 03 yang berisi ikan,
moluska dan krustasea dan Kode HS 6 digit masing-masing komoditiproduk. Rincian komoditi yang dianalisis disajikan dalam Tabel 6.
Pemilihan komoditi tersebut didasarkan pada nilai ekspor tertinggi komoditi perikanan ikan, moluska, krustasea Indonesia selama kurun waktu
2001, 2005, dan 2009 yang didapat dari data United Nation Commodity and Trade Database
UN Comtrade yang diakses tahun 2011. Tahun yang digunakan adalah tahun 2001, 2005 dan 2009 dikarenakan tahun tersebut dianggap dapat
mempresentasikan satu dekade terakhir sepuluh tahun dari tahun 2000 hingga 2009 yang diwakili oleh tahun 2001 sebagai awal dekade, tahun 2005 pertengahan
dekade dan tahun 2009 sebagai akhir dekade. Negara importir dari komoditi yang telah dipilih adalah negara Australia, Cina, Hongkong, Jepang, Malaysia,
Singapura, Taiwan, Amerika Serikat, Belanda dan Inggris. Negara importir dipilih berdasarkan negara importir terbesar komoditi perikanan ikan, moluska,
krustasea Indonesia utama seperti yang telah dijelaskan dalam perumusan masalah Tabel 4 serta berdasarkan pada pasar ekspor utama masing-masing
komoditi. Tetapi hal tersebut tidak menjamin dari sepuluh komoditiproduk perikanan yang dianalisis, Indonesia kontinyu memiliki nilai ekspor ke sepuluh
negara importir tertentu pada tahun tertentu pula.
Tabel 6. Kode dan Deskripsi Komoditi Perikanan
Kode HS 1996
Deskripsi Komoditi
Makanan dan hewan hidup 03
Ikan, moluska, krustasea dan hewan air tak bertulang belakang lainnya 0301
Ikan hidup
030110 Ikan Hias
0302 Ikan, segar atau dingin, tidak termasuk potongan ikan
030232 Tuna Sirip Kuning Segar
0303 Ikan, beku, tidak termasuk potongan ikan
030342 Tuna Sirip Kuning Beku
0306 Krustasea
030612 Lobster Beku
030613 Udang Kecil atau Biasa Beku
030614 Kepiting Beku
030622 Lobster Tak Beku Segar
030623 Udang Kecil atau Biasa Tak Beku Segar
030624 Kepiting Tak Beku Segar
0307 Moluska
030760 Siput
Sumber : UN Comtrade, 2011
Nilai ekspor dan daya saing setiap produk tersebut dibandingkan dengan dua negara eksportir utama berdasarkan nilai ekspor terbesar serta dua pesaing
tetap yaitu Thailand dan Filipina ke setiap negara importir utama dan dunia pada tahun 2001, 2005 dan 2009. Thailand dipilih sebagai negara pesaing karena
Thailand memiliki karakteristik basis pertanian yang hampir sama dengan Indonesia selain itu juga karena Thailand merupakan salah satu negara eksportir
produk perikanan terbesar di dunia. Serupa dengan Filipina yang dipilih karena karakteristik negara yang menyerupai Indonesia dari segi perekonomian serta
Indonesia dan Filipina sama-sama negara yang memiliki banyak pulau. Selain itu pula, Thailand, Filipina dan Indonesia juga sama-sama negara yang sedang
berkembang.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN