Proses keterlibatan Menikmati hasil 1. Pihak yang terlibat

86 8.1.4. Menikmati hasil 8.1.4.1. Pihak yang terlibat Komunitas Manfaat dari program pengelolaan sampah yang dilaksanakan pada daerah slum area di bantaran Sungai Ciliwung dirasakan secara nyata oleh masyarakat ketika di awal program dicanangkan. Tidak hanya perwakilan RT saja yang merasakan tetapi juga anggota dari program tersebut. Ciliwung Merdeka Ciliwung Merdeka dalam menikmati hasil memegang kontrol. Karena proses pendistribusian pupuk kompos yang dipegang oleh Ciliwung Merdeka. Hal ini merupakan masalah internal Ciliwung Merdeka. Komunitas tidak dilibatkan sama sekali dalam proses ini sehingga jumlah pendapatan materiil dari hasil penjualan kompos tidak diketahui. Menurut penuturan dari Ciliwung Merdeka, hasil dari penjualan kompos diakumulasikan dengan hasil dari usaha kewirausahaan lainnya, sehingga tugas mengatur pendistribusian pupuk kompos diambil alih oleh Ciliwung Merdeka. Dalam program diterapkan sistem bagi hasil antara pihak Ciliwung Merdeka dan komunitas yang terlibat dalam program pengelolaan sampah organik.

8.1.4.2. Proses keterlibatan

Berikut tingkat keterlibatan responden dalam menikmati hasil dari program, baik dalam aspek ligkungan bersih maupun dari aspek ekonomi Gambar 21. Tingkat Keterlibatan Responden dalam Menikmati Hasil Program 4,8 40,5 14,3 9,5 7,1 16,7 2,4 4,8 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Jumlah Responden Tingkat Partisipasi 87 Komunitas hanya merasakan manfaat di awal program. Tidak hanya perwakilan, tetapi juga anggotanya. Manfaat tersebut dirasakan komunitas dari semakin terkelolanya sampah di perkampungan mereka sehingga lingkungan menjadi lebih bersih dan komunitas juga tidak lagi membuang sampah di sungai. Selain itu, dari sisi ekonomis, hasil penjualan sampah organik yang terkumpul dari masing-masing keluarga menambah pendapatan keluarga, meskipun tidak seberapa nilainya. Pupuk kompos yang sudah jadi juga dapat dijadikan pupuk bagi tanaman pekarangan. Namun, hal ini tidak bertahan lama sampai setahun karena komunitas semakin jarang mendapatkan hasil penjualan pupuk kompos tersebut dan dirasa hasil penjualan sampah organik yang terkumpul hanya sedikit, maka warga enggan mengumpulkan sampah organik di rumahnya. Ada beberapa warga yang secara sukarela menyerahkan sampah organik ke Ciliwung Merdeka untuk diolah menjadi pupuk kompos tanpa bersedia menerima hasil penjualan sampah organik tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh warga RT 06 RW 12 Bukit Duri sebagai berikut: “…hasil penjualan sampah organik dengan sistem bank sampah hanya sedikit dan uang yang dibayarkanpun lama, harus menunggu pupuk kompos tersebut panen. Jadi saya berikan saja samah organik rumah tangga saya secara sukarela kepada Ciliwung Merdeka.” CCN,42 tahun Untuk saat ini, manfaat dari hasil penjualan pupuk kompos hanya sampai pada beberapa perwakilan RT yang masih terlibat dalam kegiatan pengangkutan dan produksi kompos. Hal ini seolah-olah sebagai upah bagi mereka yang bersedia mengeluarkan tenaganya untuk terlibat dalam program. Berdasar Gambar 21. terlihat bahwa keterlibatan komunitas dalam program pengelolaan sampah organik di kawasan slum area yang berada di bantaran sungai Ciliwung hanya sampai sebatas teraphy. Di mana upah diberikan pada perwakilan RT yang masih terlibat hanya dianggap sebagai reward yang sifatnya formalitas, ada perwakilan komunitas yang menerima manfaat program. 88

8.2. Ikhtisar

Arnstein menyatakan bahwa partisipasi masyarakat bertingkat sesuai dengan gradasi kekuasaan yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Secara keseluruhan tingkat partisipasi komunitas kumuh perkotaan di bantaran Sungai Ciliwung selama mengikuti program pengelolaan sampah organik adalah sebagai berikut: 8. Kontrol Masyarakat 7,1 7. Pendelegasian 11,9 6.Kemitraan 26,2 5. Penenangan Degree of 40,5 4. Konsultatif tokenism = 78,6 11,9 3. Pemberitahuan 2,4 2. Terapi Tidak ada 1. Manipulatif partisipasi = 14,3 Sumber: Arnstein dalam Hasim dan Remiswal 2009 Gambar 22. Tangga Partisipasi Komunitas Tingakat partisipasi komunitas dalam program pengelolaan sampah organik berada pada tingkat information mengarah ke tingkat consultation. Komunitas telah mendapat pendampingan dari Ciliwung Merdeka dan mempunyai ruang untuk menyampaikan pendapat serta mengakses informasi terkait dengan program. Namun, dalam rapat penyusunan program, Ciliwung Merdeka cenderung berkomunikasi secara satu arah dalam bentuk pemberian informasi kepada komunitas. Meskipun melalui rapat komunitas dilibatkan, tetapi hal ini terkesan sebatas formalitas. Karena akhirnya pihak Ciliwung Merdeka yang membuat keputusan. Ciliwung Merdeka menyampaikan ide atau inisiatif tentang upaya pengelolaan sampah organik yang sudah digodhog secara internal dan juga sudah melalui perijinan pemimpin formal maupun informal setempat. Dengan demikian terlihat bahwa Ciliwung Merdeka lebih mendominasi peran dalam tahap perencanaan program pengelolaan sampah organik Degree of citizen power = 7,1