Sikap terhadap Program Pengelolaan Sampah Organik Motivasi untuk Terlibat dalam Program Pengelolaan Sampah Oeganik

51

6.1.2. Sikap terhadap Program Pengelolaan Sampah Organik

Sikap adalah evaluasi responden, yang mengindikasikan penerimaan atau penolakaan terhadap program. Sikap responden mengenai program pengelolaan sampah organik di kawasan slum area ditentukan menurut penilaian 20 indikator dari empat sub aspek yang menjadi objek sikap dengan jenjang nilai antara 1 respon negatif sampai 5 respon positif. Empat aspek sikap adalah 1 Sikap responden terhadap cara mengatasi sampah; 2 Sikap responden terhadap tindakan untuk pelaku membuang sampah di sungai; 3 Sikap responden terhadap kesan dari keberadaan program pengelolaan sampah organik; 4 Sikap responden terhadap keterlibatan dalam program pengelolaan sampah organik. Untuk mengetahui sikap komunitas terhadap program pengelolaan sampah organik, terlihat pada Gambar 8. Gambar 8. Sikap Responden terhadap Pengelolaan Sampah Organik Sebagian responden 61,9 mempunyai respon positif tentang program pengelolaan sampah organik. Artinya, komunitas menerima keberadaan program. Sedangkan 38,1 persen responden memberikan respon negatif terhadap program. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai alasan baik dari faktor internal yaitu aspek psikologis individu atau faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan sekitarnya. 10 20 30 Respon positif Respon negatif 61,9 38,1 52

6.1.3. Motivasi untuk Terlibat dalam Program Pengelolaan Sampah Oeganik

Menurut teori Maslow, manusia berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, sesuai dengan model hirarki kebutuhan berikut ini: Sumber: Maslow dalam Sumarwan 2004 Gambar 9. Model Hierarki Kebutuhan Maslow Motivasi pertama komunitas kumuh perkotaan di bantaran Sungai Ciliwung untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah organik sebagian besar 71,4 adalah karena terdorong kebutuhan fisiologis menciptakan lingkungan bersih dari sampah dan sehat dari penyakit. Berdasar teori Maslow hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan komunitas masih rendah karena masih di kebutuhan fisiologis. Responden yang memiliki motivasi pertama karena kebutuhan rasa aman mencegah banjir sebanyak 11,9 persen, kebutuhan sosial ‘ruang’ untuk bersosialisasi sebanyak 9,5 persen, kebutuhan ego meningkatkan pendapatan sebanyak 2,4 persen, dan kebutuhan aktualisasi diri melatih kemampuan berorganisasi dan mengemukakan pendapat sebanyak 4,8 persen. 5 5 Bila dianalisis dengan menggunakan model kebutuhan Mc Clelland, maka kebutuhan akan ego memiliki kesamaan dengan kebutuhan sukses, kebutuhan sosial kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan aktualisasi diri kebutuhan kekuasaan, Sumarwan 2004 Aktualisasi diri Ego Sosial Rasa aman Fisiologis 10 20 30 Kebersihan Bebas banjir Pergaulan Pendapatan Berorganisasi 71,4 11,9 9,5 2,4 4,8 Jum lah responden Motivasi pertama 53 Gambar 10. Motivasi Responden untuk Berpartisipasi dalam Program Pengelolaan Sampah Organik Namun, bertolak dari teori kebutuhan Maslow, responden kenyataanya memposisikan kebutuhan aktualisasi diri lebih penting dibanding kebutuhan ego. Responden merasa kegiatan pengelolaan sampah organik tidak memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam upaya meningkatkan pendapatan, berikut penuturan warga: “Pendapatan yang diperoleh dari sistem bank sampah hanya sebesar Rp 10 per kg dari sampah organik yang terkumpul dan dibayarkan tidak secara langsung, melainkan setiap tiga bulan sekali.” CCN, 42 tahun 6.2. Tingkat Kemampuan 6.2.1. Tingkat Pengetahuan di Bidang Pengelolaan Sampah Sebelum Ada