29
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1. Gambaran Wilayah Pemukiman 4.1.1. Letak Geografis
Lokasi dalam penelitian ini secara geografis terpisahkan oleh Sungai Ciliwung dan berada dalam dua Kotamadya yang berbeda. Lokasi RT 06 dan 07
RW 12, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet terletak di Jakarta Selatan. Sedangkan RT 10 RW 03 Kelurahan Kampung Melayu Kampung Pulo,
Kecamatan Jatinegara terletak di Jakarta Timur. Keberadaan Sungai Ciliwung inilah yang menjadi batas geografis antara Jakarta Timur dan Jakarta Selatan lihat
Lampiran 1 Perkampungan penduduk di wilayah RT 06 dan 07 RW 012 Bukit Duri berada di ”ruang sisa” di antara Sungai Ciliwung dan bengkel kereta api
Dipo Bukit Duri-Tebet. Sedangkan RT 10 RW 03 Kampung Melayu berada di seberang sungai, tepatnya berada di bibir Sungai Ciliwung. Lokasi ini berada di
tengah Sungai Ciliwung sehingga lebih dikenal dengan sebutan “Kampung Pulo” karena lokasinya berada di tengah sungai.
4.1.2. Tingkat Kepadatan
Lokasi perkampungan yang terbatas dihuni oleh sekitar 232 KK dengan 759 jiwa untuk RT 06,07, dan 08 RW 12 Bukit Duri. Sedangkan RT 10 RW 03
Kampung Pulo dihuni oleh sekitar 100 KK yang tergolong lebih padat dibanding lokasi penelitian di Bukit Duri. Namun, keduanya mempunyai karakteristik warga
dan pemukiman yang hampir sama. Kepadatan penduduk tidak hanya dilihat dari penampakan lingkungan
pemukiman yang dipadati bangunan hunian tetapi juga manusia penghuninya. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah pada pemukiman kumuh
di bantaran sungai Ciliwung berkisar antara dua sampai sepuluh orang yang terdiri dari satu bahkan lebih dari satu keluarga inti. Oleh karena itu, banyak didapati
rumah-rumah yang asalnya merupakan satu unit hunian kemudian menjadi dua, tiga, atau bahkan lebih yang ditempati oleh beberapa keluarga inti. Perbedaaanya
hanya pada pembagian area rumah. Beberapa diantaranya ada yang satu keluarga
30
bertempat tinggal di lantai atas dan keluarga lainnya menempati lantai bawah. Selain itu juga ada yang dalam satu rumah disekat-sekat menjadi beberapa bagian
yang ditempati oleh keluarga besar yang terdiri dari keluarga inti yang menempati satu bagian rumah. Tingginya kepadatan penghuni rumah cukup tinggi. Hal ini
juga berpengaruh besar terhadap kesehatan mereka, terutama balita. Penyakit yang banyak berjangkit adalah penyakit kulit, ISPA, dan kekurangan gizi.
4.1.3. Kondisi Perumahan Perkampungan
Kondisi rumah warga sebagian dibangun secara permanen sedangkan sebagian lagi terbuat dari bambu atau papan. Khusus di RT 07, sebagian besar
bangunannya disewa oleh warga dari PT. KAI milik pemerintah sehingga bangunan rumahnya sebagian besar sudah permanen meski berukuran kecil.
Rumah-rumah papan dan bambu milik warga Bukit Duri bantaran kali pada umumnya berukuran antara 2x3 meter sampai 3x5 meter dengan tipe bangunan
susun 2-3 lantai sebagai upaya adaptasi terhadap lingkungan yang sering kebanjiran selain dapat dimuat lebih banyak orang dalam satu rumah.
Sumber: Data Primer 2010
Gambar 3. Rumah Susun Milik Warga
Setiap tahun, lokasi ini selalu terkena terjangan banjir akibat meluapnya sungai Ciliwung. Jika terjadi banjir dengan kisaran waktu lima tahunan atau
sepuluh tahunan, rumah warga dan lingkungan menjadi rusak berat diterjang banjir dengan arus deras yang mencapai ketinggian sampai di atas genteng
tenggelam, artinya ketinggian air bisa mencapai tujuh sampai delapan meter dari
31
permukaan sungai. Hal ini sesuai dengan pemaparan warga setempat yang menceritakan pengalaman banjir masa lalunya sebagai berikut:
“Di sini warganya sudah terbiasa dengan adanya banjir. Banjir terbesar yang saya rasakan di tahun 1997, sampai kami harus diungsikan dengan
perahu karet oleh petugas ke tempat-tempat yang aman untuk mengungsi.”
SRT, 72 tahun
Warga korban banjir pada umumnya bukan hanya mengalami kehancuran rumah sebagai tempat tinggal, tetapi juga kehancurankehilangan pekerjaan. Hal
ini dikarenakan jenis pekerjaan dilakukan di rumah masing-masing, sehingga setelah diterjang banjir rumah menjadi hancur dan pekerjaan pun hancur.
4.1.4. Kondisi Fasilitas Umum