70
Pertama , suara voice setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk
menyampaikan suaranya dalam rangkaian program pengelolaan sampah organik. Sebagaiamana yang terlihat pada Tabel 21 tentang tingkat aksesibilitas dalam
program. Sebagian besar anggota komunitas telah mempunyai hak untuk menyampaikan saran dan kritik terhadap program dalam kegiatan rapat,
sarasehan, dan kegiatan musyawarah lain yang diselenggarakan untuk mendiskusikan program pengelolaan sampah organik. Ketika komunitas
mempunyai hak untuk menyampaikan ide dan masukan maka komunitas akan merasa dihargai sebagai manusia yang mempunyai potensi dan potensi. Hal ini
akan menumbuhkan kesadaran untuk berpartisipasi karena adanya rasa ”memiliki” terhadap program pengelolaan sampah organik.
Kedua, akses yakni setiap warga mempunyai kesempatan untuk
mengakses informasi terkait dengan keberlangsungan program pengelolaan sampah organik. Adanya akses untuk mendapatkan informasi menunjukkan
bahwa adanya transparansi dari kelembagaan Ciliwung Merdeka. Dengan demikian akan terjalin kepercayaan trust yang kuat antara komunitas dengan
Ciliwung Merdeka yang mendorong keterlibatan komunitas dalam program. Ketiga
, kontrol yakni setiap warga mempunyai kesempatan dan hak untuk melakukan pengawasan kontrol terhadap keberlangsungan program termasuk
dalam proses pengambilan keputusan. Keterlibatan komunitas dalam proses pengambilan keputusan, secara psikososial telah memaksa mereka untuk turut
bertanggungjawab dalam melaksanakan hasil keputusan tersebut karena adanya rasa ”memiliki” hasil keputusan. Oleh karena itu, melibatkan komunitas dalam
pengawasan program dapat meningkatkan partisipasi.
7.3.2. Hubungan Antara Tingkat Kemudahan Birokrasi dengan Tingkat
Partisipasi Program Pengelolaan Sampah Organik di Bantaran Sungai Ciliwung Tahun 2010
Berikut hipotesis dalam penelitian ini: Ho = Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat kemudahan birokrasi dengan
tingkat partisipasi H
1
= Ada hubungan signifikan antara tingkat kemudahan birokrasi dengan tingkat partisipasi
71
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. 2-tailed hitung sebesar 0.757
α 0.05 sehingga Ho diterima dan H
1
ditolak. Jadi, tidak tidak ada hubungan signifikan antara tingkat kemudahan birokrasi dengan tingkat
partisipasi. Nilai koefisien korelasi Correlation Coefficient hitung diperoleh sebesar
-0.049 α 0.5. Hal ini menunjukkan lemahnya hubungan antara tingkat
kemudahan birokrasi dengan tingakat partisipasi. Hubungan bernilai negatif. Artinya, responden merasa birokrasi untuk bisa terlibat dalam program
memudahkan justru tidak terlibat dalam program. Tabel 33. Hubungan Tingkat Kemudahan Birokrasi dengan Tingkat Partisipasi
Program Pengelolaan Sampah Organik di Bantaran Sungai Ciliwung Tahun 2010
Tingkat Partisipasi Tingkat Kemudahan Birokrasi
Mudah Tidak mudah
N N Terlibat 33
97,1 5
62,5 Tidak terlibat
1 2,9
3 37,5
Total 34 100
8 100
Berdasar Tabel 33 .
responden yang cenderung merasa birokrasi untuk terlibat dalam program mudah maka cenderung terlibat dalam program dibanding
responden yang merasa birokrasi untuk terlibat dalam program tidak mudah mudah. Responden yang tidak terlibat dalam program merasa birokrasi untuk
terlibat dalam program tidak mudah. Birokrasi yang mudah ditandai dengan tidak adanya persyaratan khusus yang mempersulit komunitas untuk terlibat dalam
program. Dengan demikian birokrasi tidak menghambat upaya penyelamatan lingkungan.
7.3.3. Hubungan Antara Tingkat Ketersediaan Regulasi dengan Tingkat
Partisipasi Program Pengelolaan Sampah Organik di Bantaran Sungai Ciliwung Tahun 2010
Berikut hipotesis dalam penelitian ini:
Ho = Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat ketersediaan regulasi dengan tingkat partisipasi
H
1
= Ada hubungan signifikan antara tingkat ketersediaan regulasi dengan tingkat partisipasi
72
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. 2-tailed hitung sebesar 0.305
α 0.05 sehingga Ho diterima dan H
1
ditolak. Jadi, tidak ada hubungan signifikan antara tingkat efektivitas kelembagaan Ciliwung
Merdeka dengan tingkat partisipasi Nilai koefisien korelasi Correlation Coefficient hitung diperoleh sebesar
-0.162 α 0.5. Hal ini menunjukkan lemahnya hubungan antara tingkat
ketersediaan regulasi dengan tingkat partisipasi. Hubungan bernilai negatif. Artinya, responden yang merasa tersedianya regulasi tentang pengelolaan sampah
maka responden justru tidak terlibat dalam program. Tabel 34. Hubungan Tingkat Ketersediaan Regulasi tentang Pengelolaan Sampah
dengan Tingkat Partisipasi Program Pengelolaan Sampah Organik di Bantaran Sungai Ciliwung, Tahun 2010
Tingkat Partisipasi Tingkat Ketersediaan Regulasi
Ada Tidak ada
N N Terlibat 18
85,7 20
95,2 Tidak terlibat
3 14,3
1 4,8
Total 21 100
21 100
Berdasar Tabel 34. responden yang cenderung merasa tidak adanya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan sampah maka semakin terlibat dalam
program pengelolaan sampah organik dibanding responden yang merasa ada regulasi yang mengatur pengelolaan sampah. Begitu juga responden yang tidak
terlibat dalam program cenderung mengetahui adanya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan.
Hal ini menunjukkan bahwa regulasi atau kebijakan yang selama ini pemerintah tetapkan secara top down tidak berjalan dengan efektif di kalangan
masyarakat akar rumput sekalipun. Jika regulasi tersebut efektif dan jelas maka komunitas slum area di bantaran Sunagi Ciliwung akan cenderung berpartisipasi
dalam program untuk mensukseskan upaya penyelamatan lingkungan melalui program pengelolaan sampah.
73
7.4. Ikhtisar