Definisi Operasional PENDEKATAN TEORITIS

19

2.4. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengenai faktor pendorong partisipasi dan tingkat pertisipasi untuk mengukur sejauh mana partisipasi komunitas terhadap program pengelolaan sampah organik. A. Faktor pendorong partisipasi ialah faktor-faktor yang mempengaruhi responden sehingga berparanserta dalam program, diantaranya: 1. Tingkat kemauan adalah keinginan responden untuk berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah organik. Tingkat kemauan diukur melalui akumulasi skor dari aspek psikologis individu, meliputi persepsi dan sikap responden terhadap program. Sedangkan motivasi berpartisipasi digunakan untuk melihat alasan keterlibatan komunitas dalam program. a. Persepsi tentang lingkungan adalah cara pandang terhadap pelestarian lingkungan melalui program pengelolaan sampah organik dengan mengenali dan memahami stimulus yang diterima responden. Pengukuran : 1. Tidak tepat = skor 1 2. Tepat = skor 2 b. Sikap terhadap pengelolaan sampah organik adalah pernyataan evaluatif yang mengindikasikan kecenderungan responden dalam menanggapi program, berupa penerimaan atau penolakaan. Dapat diukur dengan menggunakan skala likert dari 1 respon paling negatif sampai 5 respon paling positif. Skala likert tersebut mencakup pilihan: 1. Sangat Tidak Setuju = skor 1 2. Tidak Setuju = skor 2 3. Ragu-ragu = skor 3 4. Setuju = skor 4 5. Sangat Setuju = skor 5 c. Motivasi terhadap program pengelolaan sampah organik adalah dorongan dari dalam diri responden untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah organik. Motivasi mencakup faktor-faktor yang melatarbelakangi responden untuk berpartisipasi dalam program. 20 Motivasi diukur dengan menggunakan metode rangking dari faktor yang memotivasi warga untuk terlibat dalam program, mulai dari faktor motivasi tertinggi dengan skor 5 sampai terendah dengan skor 1. Penilaian terhadap tingkat kemauan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari persepsi dan sikap. Penentuan selang skor menurut rumus sebagai berikut: Sehingga tingkat kemauan dapat dikategorikan menjadi: 1. Rendah, yaitu skor 24 X ≤ 72 2. Tinggi, yaitu skor 72 X ≤ 120 2. Tingkat kemampuan adalah daya yang dimiliki responden sehingga sanggup berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah organik karena adanya bekal pengetauan, ketrampilan, pengalaman dalam bidang pembuatan kompos serta ketersediaan waktu yang dimiliki untuk berpartisipasi dalam program. a. Tingkat pengetahuan adalah pemahaman responden tentang pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos sebelum adanya program. Pengukuran: 1. Tidak punya = skor 1 2. Punya = skor 2 b. Tingkat ketrampilan adalah keahlian yang dimiliki responden dalam proses pembuatan pupuk kompos sebelum dicanangkannya program. Pengukuran: 1. Tidak punya = skor 1 2. Punya = skor 2 c. Tingkat pengalaman adalah responden pernah mengalami mengolah sampah organik hingga menjadi pupuk kompos sebelum terlibat dalam program. Pengukuran: 1. Tidak punya = skor 1 2. Punya = skor 2 d. Tingkat ketersediaan waktu adalah responden mempunyai waktu untuk berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah organik. Rentang Kelas = 21 Pengukuran: 1. Tidak punya = skor 1 2. Punya = skor 2 Penilaian terhadap tingkat kemampuan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari tingkat pengetahuan, tingkat ketrampilan, tingkat pengalaman, dan tingkat ketersediaan waktu. Tingkat kemampuan dapat dikategorikan menjadi: 1. Rendah, yaitu skor 4 X ≤ 6 2. Tinggi, yaitu skor 6 X ≤ 8 3. Tingkat kesempatan adalah faktor luar yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi responden sehingga mempunyai peluang untuk berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah organik. a. Tingkat efektivitas kelembagaan adalah sejauh mana akesibilitas yang diberikan Ciliwung Merdeka kepada komunitas untuk mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan dalam program, berupa penyampaian saran dan kritik, mengakses informasi terkait dengan program dan kesempatan untuk turut berperan dalam proses pengambilan keputusan. Pengukuran: 1. Tidak efektif = skor 1 2. Efektif = skor 2 b. Tingkat kemudahan birokrasi adalah adanya sistem yang mengatur persyaratan responden untuk terlibat dalam program. Pengukuran: 1. Tidak ada = skor 1 2. Ada = skor 2 c. Tingkat ketersediaan regulasi adalah responden tahu adanya peraturankebijakan pemerintah yang mengatur pengelolaan sampah. Pengukuran: 1. Tidak ada = skor 1 2. Ada = skor 2 22 Penilaian terhadap tingkat kesempatan yaitu dengan menjumlah skor dari tingkat efektivitas kelembagaan, tingkat kemudahan birokrasi, dan tingkat ketersediaan regulasi. Sehingga tingkat kesempatan dapat dikategorikan menjadi: 1. Rendah, yaitu skor 5 X ≤ 7,5 2. Tinggi, yaitu skor 7,5 X ≤ 10 B. Tingkat partisipasi ialah tingkat keterlibatan anggota komunitas dalam tahapan program pengelolaan sampah organik. Pengukuran: 1. Tidak terlibat = skor 1 2. Terlibat = skor 2 Untuk menganalisis lebih lanjut tingkat partisipasi berdasar gradasi derajat kekuasaan, maka tingkat partisipasi dalam seluruh rangkaian kegiatan program pengelolaan sampah organik digolongkan sebagai berikut: 1. Tahap manipulasi, dinyatakan sebagai bentuk partisipasi yang tidak menuntut respon partisipan untuk terlibat banyak dalam suatu kegiatan dan Ciliwung Merdeka yang aktif karena ingin kepentingannya tercapai melalui program. 2. Tahap terapi ialah dengar pendapat, tetapi pendapat dari partisipan sama sekali tidak dapat mempengaruhi kedudukan program yang sedang dilaksanakan. 3. Tahap pemberitahuan, sekedar pemeberitahuan searah atau sosialisasi dari Ciliwung Merdeka kepada partisipan program yang bersifat top down. 4. Tahap konsultasi, komunitas diberikan pendampingan dan konsultasi dengan Ciliwung Merdeka sehingga komunitas dilibatkan dalam penentuan keputusan dialog dua arah, tetapi dalam proses dialog hanya melibatkan “wakil warga”. 5. Tahap penenangan, dicirikan dalam komunikasi sudah ada negosiasi antara pihak yang terlibat, dicirikan dengan pemberian insentif kepada warga tetapi sebatas untuk meredam keinginan warga menolak program. partisipasi semu. 6. Tahap kemitraan, dimana partisipan dan Ciliwung Merdeka bersama stakeholder lainnya bertindak sebagai mitra sejajar sehingga dapat mewujudkan keputusan bersama melalui negosiasi partisipasi fungsional. 7. Tahap pendelegasian kekuasaan merupakan Ciliwung Merdeka sudah memberikan kewenangan kepada warga untuk mengelola program mulai dari 23 perencanaan, implementasi dan mentoring terhadap program tetapi tetap dipantau oleh Ciliwung Merdeka. 8. Tahap kontrol masyarakat, sudah terbentuk independensi dari warga untuk mengelola program tanpa intervensi dari Ciliwung Merdeka. Penilaian pada tingkat partisipasi yaitu akumulasi skor pertanyaan partisipasi. Tingkat partisipasi dari keseluruhan rangkaian program perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil diperoleh dari jumlah dari akumulasi skor pertanyaan partisipasi dan dapat dikategorikan: 1. Manipulasi manipulative skor 8 X ≤ 14 2. Terapi therapy skor 14 X ≤ 21 3. Pemberitahuan informing skor 21 X ≤ 28 4. Konsultasi consultation skor 28 X ≤ 35 5. Penenangan placation skor 35 X ≤ 42 6. Kerjasama partnership skor 42 X ≤ 49 7. Pendelegasian wewenang delegated power skor 49 X ≤ 56 8. Pengawasan oleh komunitas citizen control skor 56 X ≤ 64 24

BAB III PENDEKATAN LAPANG

3.1. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer. Penelitian bersifat eksplanatori karena bertujuan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel yang diteliti.

3.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi RT yang terletak di dua kotamadya yang berbeda. Pertama, di RT 10 RW 03 Kelurahan Kampung Melayu biasa disebut Kampung Pulo, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Kedua, di RT 06 RW 12 Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Ketiga, di RT 07 RW 12 Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Pemilihan ketiga lokasi RT sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan merupakan daerah pemukiman kumuh perkotaan di bantaran sungai Ciliwung. Selain itu, merupakan lokasi dilaksanakannya program pengelolaan sampah organik yang difasilitasi oleh organisasi masyarakat bernama Ciliwung Merdeka Bidang Lingkungan Hidup. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2010. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan salah satu daerah pemukiman kumuh di bantaran Sungai Ciliwung yang selalu terkena bencana banjir tahunan Jakarta dan terdapat program penyelamatan lingkungan. Dengan demikian, komunitas tersebut termasuk dalam komunitas marginal dan terdapat upaya pemberdayaan di dalamnya. Oleh karena itu, dikaji aspek yang menentukan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan di bidang lingkungan yang dicanangkan khususnya dalam pengelolaan sampah organik.