Pengelolaan Sampah Tinjauan Pustaka 1.

15 Untuk memahami permasalahan kemiskinan dapat juga menggunakan analisis “pohon kemiskinan” menurut Rusli dkk. 1995, sebagai berikut: Daun : gambaran ekosistem wilayah dimana kemiskinan itu ditemukan kumuh, terisolir, kritis, dll. Bunga : ciri-ciri kemiskinan yang dapat dikenali rumah tak layak huni, kurang pangan, pendidikan rendah, dan sebagainya. Buah : akibat kemiskinan gizi buruk dan dampak sosial ekonomi lainnya. Batang : stuktur sosial pola hubungan berbagai pihaklapisan yang menyebabkan timbulnya masalah kemiskinan tingkat upah, ketimpangan penguasaan tanah, kelangkaan asset produksi, kesulitan modal, ijon, dll.. Akar : penyebab kemiskinan, meliputi kondisi fisikalam, sosial, ekonomi, politik, pola budaya, infrastruktur, dll.

2.1.5. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak lagi digunakan lagi baik berupa bahan bangunan yang berasal dari rumah tangga, “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan”, Murbandono 1993. Kebijakan pemerintah tentang Pengelolaan Sampah terdapat dalam UU No. 182008. Tujuan dari pengelolaan sampah adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Pengelolaan sampah Nainggolan dan Safrudin dalam Sasmita 2009, meliputi: 1. Pengomposan sampah, cara mengolah bahan padatan organik untuk menjadi kompos melalui proses degradasi materi organik melalui reaksi biologi mikroorganisme. Ketersediaan bahan organik dalam sampah kota 70-80 2. Pembakaran sampah, pengurangan sampah mencapai 80 dari sampah yang masuk, sedangkan sisanya yakni 20 dibuang ke TPA. 3. Daur ulang sampah, komponen sampah yang mempunyai nilai tinggi untuk dimanfaatkan kembali. Menurut Newman dan Paoletto 1999, pendekatan regulasi dan teknologi untuk sistem daur ulang, sistem pasar yang mendukung daur ulang sampah, 16 dorongan inisiatif daur ulang yang berbasis masyarakat, perubahan sikap publik terhadap konsumsi dan pembuangan sampah melalui informasi dan pendidikan publik merupakan beberapa metodologi yang mengkombinasikan pendekatan “atas ke bawahtop down” dan “ dan bawah ke ataskomunitarianbuttom up”. 2.2.Kerangka Pemikiran Partisipasi merupakan elemen penting yang diharapkan terbentuk melalui upaya pemberdayaan empowerment is road to participation. “Munculnya partisipasi komunitas dalam kegiatan pemberdayaan dapat dipengaruhi oleh faktor eskternal maupun internal individu sebagai pelaku dan pelaksana program”, Oppenheim dalam Sumardjo 2009. Ada tiga faktor utama yang menjadi pendorong partisipasi yakni adanya kemauan, kemampuan, dan kesempatan. Ketiga faktor dijabarkan menjadi sepuluh aspek yang menjadi prasyarat pendorong partisipasi. Pertama, tingkat kemauan meliputi persepsi tentang lingkungan dan sikap terhadap pengelolaan lingkungan, serta motivasi untuk berperan serta dalam program pengelolaan sampah organik. Kedua, tingkat kemampuan meliputi tingkat pengetahuan, tingkat ketrampilan, tingkat pengalaman di bidang pengelolaan sampah sebelum adanya pendampingan program, dan ketersediaan waktu untuk terlibat dalam program. Ketiga, tingkat kesempatan yang merupakan faktor luar diantaranya tingkat efektivitas kelembagaan, tingkat kemudahan birokrasi untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah organik, serta tingkat ketersediaan regulasi tentang pengelolaan sampah. Komunitas kumuh perkotaan memiliki posisi termarginal di negeri ini maka partisipasi komunitas dalam program pengelolaan sampah organik erat kaitannya dengan derajat kekuasaan dalam proses pengambilan keputusan. Berdasar konsep tingkat partisipasi yang dijelaskan oleh Arnstein 1969 dan kerangka deskriptif analisis partisipasi yang dijelasakan oleh Uphoff, Cohen, dan Goldsmith 1979 mengenai “Kerangka Analisis Deskriptif Partisipasi”. Dalam penelitian ini, tingkat partisipasi komunitas kumuh perkotaan di bantaran Sungai Ciliwung dalam program pengelolaan sampah organik akan diketahui dengan menganalisis derajat kekuasaan komunitas melalui tiga aspek 1 Proses 17 partisipasi dalam tahapan program; 2 Pihak-pihak yang terlibat dalam program; dan 3 Bentuk partisipasi komunitas. Dengan demikian, akan diketahui sejauh mana derajat kekuasaan komunitas menggunakan tipologi Arnstein, mulai dari tingkat manipulatif, terapi, pemberitahuan, konsultatif, penenangan, kemitraan, pendelegasian, sampai kontrol masyarakat. Untuk lebih jelasnya alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 2. Keterangan : : mempengaruhi : dianalisis Gambar 2. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi 1. Manipulatif 2. Terapi 3. Pemberitahuan 4. Konsultatif 5. Penenangan 6. Kemitraan 7. Pendelegasian 8. Kontrol Masyarakat Faktor-faktor Pendorong Partisipasi Tingkat Kemauan • Persepsi tentang lingkungan • Sikap terhadap pegelolaan lingkungan • Motivasi untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah organik Tingkat Kemampuan • Tingkat pengetahuan di bidang pengelolaan sampah • Tingkat ketrampilan di bidang pengelolaan sampah • Tingkat pengalaman di bidang pengelolaan sampah • Tingkat ketersediaan waktu Tingkat Kesempatan • Tingkat efektivitas kelembagaan • Tingkat kemudahan birokrasi • Tingkat ketersediaan regulasi Analisis Derajat Kekuasaan dalam Pengambilan Keputusan pada Program Pengelolaan Sampah Organik Proses Partisipasi Peran Pihak Bentuk Partisipasi Perencanaan Komunitas Pikiran Pelaksanaan Stakeholder Tenaga Evaluasi Waktu Menikmati hasil Uang Barang Partisipasi 18 2.3.Hipotesis 1. Ada hubungan nyata antara tingkat kemauan yang dimiliki komunitas terhadap tingkat partisipasi dalam program pengelolaan sampah organik. a. Ada hubungan signifikan antara persepsi tentang lingkungan terhadap tingkat partisipasi b. Ada hubungan signifikan antara sikap terhadap pengelolaan lingkungan menentukan tingkat partisipasi 2. Ada hubungan signifikan antara tingkat kemampuan yang dimiliki komunitas terhadap tingkat partisipasi dalam program a. Ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dalam bidang pengelolaan sampah sebelum ada pendampingan program terhadap tingkat partisipasi b. Ada hubungan signifikan antara tingkat ketrampilan dalam bidang pengelolaan sampah sebelum ada pendampingan program terhadap tingkat partisipasi c. Ada hubungan signifikan antara tingkat pengalaman dalam bidang pengelolaan sampah sebelum ada pendampingan program terhadap tingkat partisipasi d. Ada hubungan signifikan antara tingkat ketersediaan waktu terhadap tingkat partisipasi 3. Ada hubungan signifikan antara tingkat kesempatan yang disediakan dari “lingkungan luar” terhadap tingkat partisipasi komunitas dalam program. a. Ada hubungan signifikan antara tingkat efektivitas kelembagaan terhadap tingkat partisipasi b. Ada hubungan signifikan antara tingkat kemudahan birokrasi dalam program terhadap tingkat partisipasi c. Ada hubungan signifikan antara tingkat ketersediaan regulasi tentang pengelolaan sampah terhadap tingkat partisipasi. 19

2.4. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengenai faktor pendorong partisipasi dan tingkat pertisipasi untuk mengukur sejauh mana partisipasi komunitas terhadap program pengelolaan sampah organik. A. Faktor pendorong partisipasi ialah faktor-faktor yang mempengaruhi responden sehingga berparanserta dalam program, diantaranya: 1. Tingkat kemauan adalah keinginan responden untuk berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah organik. Tingkat kemauan diukur melalui akumulasi skor dari aspek psikologis individu, meliputi persepsi dan sikap responden terhadap program. Sedangkan motivasi berpartisipasi digunakan untuk melihat alasan keterlibatan komunitas dalam program. a. Persepsi tentang lingkungan adalah cara pandang terhadap pelestarian lingkungan melalui program pengelolaan sampah organik dengan mengenali dan memahami stimulus yang diterima responden. Pengukuran : 1. Tidak tepat = skor 1 2. Tepat = skor 2 b. Sikap terhadap pengelolaan sampah organik adalah pernyataan evaluatif yang mengindikasikan kecenderungan responden dalam menanggapi program, berupa penerimaan atau penolakaan. Dapat diukur dengan menggunakan skala likert dari 1 respon paling negatif sampai 5 respon paling positif. Skala likert tersebut mencakup pilihan: 1. Sangat Tidak Setuju = skor 1 2. Tidak Setuju = skor 2 3. Ragu-ragu = skor 3 4. Setuju = skor 4 5. Sangat Setuju = skor 5 c. Motivasi terhadap program pengelolaan sampah organik adalah dorongan dari dalam diri responden untuk terlibat dalam program pengelolaan sampah organik. Motivasi mencakup faktor-faktor yang melatarbelakangi responden untuk berpartisipasi dalam program.