64
Ciliwung sudah memiliki kesadaran akan pelestarian lingkungan khususnya kebersihan sungai dari pencemaran sampah rumah tangga
7.2. Hubungan Antara Tingkat Kemampuan dengan Tingkat Partisipasi
7.2.1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Sebelum Ada Program
dengan Tingkat Partisipasi Program Pengelolaan Sampah Organik di Bantaran Sungai Ciliwung Tahun 2010
Berikut hipotesis dalam penelitian ini: Ho = Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan di bidang
pengelolaan sampah sebelum ada pendampingan program dengan tingkat partisipasi
H
1
= Ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan di bidang pengelolaan sampah sebelum ada pendampingan program dengan tingkat
partisipasi Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. 2-tailed
hitung sebesar 0.399 α 0.05 sehingga Ho diterima dan H
1
ditolak. Jadi, ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan di bidang pengelolaan sampah
sebelum ada pendampingan program dengan tingkat partisipasi. Nilai koefisien korelasi Correlation Coefficient hitung diperoleh sebesar
-0.134 α 0.5. Hal ini menunjukkan lemahnya hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat partisipasi. Hubungan bernilai negatif. Artinya, hubungan antara kedua variabel berkebalikan. Responden mempunyai
pengetahuan dalam bidang pengelolaan sampah sebelum ada pendampingan justru tidak terlibat dalam program.
Tabel 28 .
Hubungan Tingkat Pengetahuan dalam Bidang Pengelolaan Sampah Sebelum Ada Program dengan Tingkat Partisipasi Program
Pengelolaan Sampah Organik di Bantaran Sungai Ciliwung, Tahun 2010
Tingkat Partisipasi Tingkat Pengetahuan
Punya Tidak Punya
N N Terlibat 11
84,6 27
93,1 Tidak terlibat
2 15,4
2 6,9
Total 13 100 29
100
Berdasar Tabel 28. responden yang cenderung tidak mempunyai pengetahuan dalam bidang pengelolaan sampah sebelum ada pendampingan maka
65
cenderung terlibat dalam program dibanding responden yang sudah mempunyai pengetahuan. Responden yang baru mengetahui cara pembuatan kompos
mempunyai ketertarikan lebih dibanding responden yang sudah mengetahui cara pembuatan kompos sebelum ada pendampingan. Oleh karena itu, mereka
cenderung terlibat dalam program pengelolaan sampah organik. Namun, responden yang cenderung mempunyai pengetahuan dalam
bidang pengelolaan sampah sebelum ada pendampingan maka cenderung tidak terlibat. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya responden mengalami
penurunan keinginan untuk terlibat. Setelah mengetahui cara pembuatan kompos yang tidak praktis dan membutuhkan waktu lama menimbulkan keengganan untuk
terlibat dalam program pengelolaan sampah organik. Dengan demikian, berarti terjadi proses penguatan stimuli yang kurang berjalan dengan lancar karena
adanya stimuli yang kurang menyenangkan bagi responden sehingga responden enggan untuk mengulanginya.
Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard dalam Sumarwan 2004
Gambar 17. Tahap-Tahap Pengolahan Informasi
Pada tahap perhatian sampai pada tahap penerimaan, terekam dalam memori responden suatu stimuli yang kurang menyenangkan terkait dengan
pengetahuan pembuatan kompos dari sampah organik. Sehingga pada tahap selanjutnya responden enggan untuk megulanginya dan tidak terlibat dalam
program pengelolaan sampah organik.
Memori Pemahaman
Penerimaan Perhatian
Pemaparan
Retensi Stimulus
66
7.2.2. Hubungan Antara Tingkat Ketrampilan Sebelum Ada Program