35
tidak realistis, dengan melihat kondisi masyarakat perkotaan yang menilai kepraktisan dalam berbagai hal. Namun, setelah kepergian Paulin ke negara
asalnya, disadari bahwa sampah yang dibuang ke sungai semakin parah. Terjangan banjir setiap sepuluh tahunan Jakarta yang menenggelamkan
perkampungan kumuh di bantaran sungai sampai atap rumah, menimbulkan munculnya anggapan oleh masyarakat bahwa sampah turut ambil bagian menjadi
penyebab terjadinya banjir tersebut, karena aliran Sungai Ciliwung yang tersendat oleh sampah. Dapat dikatakan bahwa sungai pada waktu itu menjadi tempat
pembuangan sampah terbesar bagi warga di bantaran sungai yang merupakan pemukiman kumuh dengan kondisi jalan kampung yang susah dijangkau oleh
dinas kebersihan truk-truk pengambil sampah karena jalan kampung terlalu sempit akibat tergerus jejalan rumah penduduk yang padat.
Fasilitator Ciliwung Merdeka mendiskusikan rancangan konsep pengelolaan sampah yang telah dibuat Paulina sebelum meninggalkan tempat
penelitiannya. Akhirnya rancangan konsep tersebut di diskusikan dalam bentuk sarasehan dengan masyarakat dampingan Ciliwung Merdeka di bantaran sungai
untuk mendapat tanggapan dari masyarakat. Sarasehan dilakukan di ruas jalan utama kampung Bukit Duri dan dipasang tenda memanjang. Hal ini dilakukan
karena keterbatasan tempat untuk berkumpul di kedua kampung.
4.2.2.2. Tujuan Program
Tujuan program adalah untuk meningkatkan kesadaran warga supaya tidak membuang sampah di sungai sehingga mengurangi pencemaran yang diakibatkan
oleh sampah. Mengorganisir sampah karena tidak terjangkau oleh petugas kebersihan dan menambah nilai guna sampah itu sendiri. Awal dicanangkannya
program ini, diharapkan hanya sebatas menghasilkan pupuk kompos untuk kebutuhan warga yakni sebagai pupuk tanaman. Namun, seiring berjalannya
waktu, program menjadi bisnis yang dapat meningkatkan pendapatan warga.
4.2.2.3. Daerah Jangkauan Program
Pertama kali kegiatan, yakni tahun 2008, pengelolaan sampah dilakukan lima RT dampingan yaitui RT 05, 06, 07, 08 Kelurahan Bukit Duri dan RT 10
36
Kelurahan Kampung Pulo. Sebagai RT yang dijadikan percontohan program ialah RT 06, 07, dan 08 selanjutnya, diperluas meliputi RT 09 dan RT 11
Kampung Melayu sehingga jumlah RT jangkauan program menjadi tujuh RT. Hal ini dilakukan karena alokasi dari RT 10 yang diapit oleh RT 09 dan RT 11,
sehingga kedua RT tersebut menjadi daerah jangkauan program juga.
4.2.2.4. Model baru pogram yang akan diterapkan
Pengembangan kegiatan pengelolaan sampah organik dilakukan berupa intensifikasi usaha dengan cara pemberian pinjaman ke warga berupa mesin
pencacah sampah sebelumnya, mesin hanya dimiliki dan diletakan di Sanggar Ciliwung Merdeka. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat memproduksi
sampahnya secara mandiri dan mudah untuk diorganisasikan oleh Ciliwung Merdeka. Diharapkan nantinya warga menyetorkan pupuk kompos yang sudah
jadi dan pupuk kompos yang sudah terkumpul tersebut akan dibantu didistribusikan oleh Ciliwung Merdeka.
37
BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN
5.1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan identitas biologis responden yang dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 21
orang responden laki-laki dan 21 orang responden perempuan.
5.2. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tingkat pendidikan diartikan jenjang sekolah formal terakhir yang pernah ditamatkan oleh responden. Berdasar ketentuan dari program Wajib Belajar
Sembilan Tahun yakni sampai taraf SMP. Tingkat pendidikan yang ditamatkan respoden dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden di Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Bukit Duri Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan,
Tahun 2010
Tingkat pendidikan yang Ditamatkan Jumlah
N Tidak Sekolah
3 7,1
Tamat SD 4
9,5 Tamat SMP
16 38,1
Tamat SMA 18
42,9 Tamat Diploma
1 2,4
Tamat Sarjana
Jumlah 42 100
Tingkat pendidikan formal yang ditamatkan oleh responden sebagian besar 83,4 sampai pada tingkat tamat SMP ke atas. Jadi, dapat diketahui bahwa
komunitas kumuh perkotaan yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung telah ikut serta menyukseskan program Wajib Belajar Sembilan Tahun.
5.3. Status Perkawinan
Menurut BPS 2010, status perkawinan dikategorikan menjadi empat macam, yaitu belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai mati. Status perkawinan
responden dapat dilihat pada Tabel 5.