Sementara itu, Eddy O. S. Hiariej
13
1. Dinyatakan sebagai kejahatan internasional, baik dalam konvensi
internasional maupun hukum kebiasaan internasional; dan berpendapat bahwa kejahatan
internasional adalah “…tindakan yang oleh konvensi internasional atau hukum kebiasaan internasional aau kejahatan terhadap masyarakat internasional yang
penuntutan dan penghukumannya berdasarkan prinsip universal.” Dari pendapat di atas, maka tampak bahwa dalam batasan tindak pidana
internasional pada intinya mengandung hal-hal berikut:
2. Penuntutan dan penghukumannya berdasarkan prinsip universal.
2. Pelanggaran HAM Berat
Pelanggaran HAM Berat atau dikenal dengan “gross violation of human rights” atau “greaves breaches of human rights” sebagaimana disebut secara
eksplisit dalam Konvensi Jenewa 1949 dan protokolnya. Di dalam Statuta Roma 1998 sebutan tersebut ada padanannya tetapi dengan istilah lain, yaitu “the most
serious crimes of concern to the international community as a whole”. Yang tergolong dalam kategori pelanggaran HAM berat antara lain Crimes Against
Humanity kejahatan terhadap kemanusiaan, The Crimes of Genoside kejahatan genosida,
War Crimes kejahatan perang, dan The Crimes of
Aggressionkejahatan agresi
13
Eddy O. S. Hiariej, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Erlangga, Jakarta, 2009, hlm. 46.
3. Kejahatan Kemanusiaan
Istilah “kejahatan terhadap kemanusiaan” crimes against humanity dikembangkan sejak Petersburg Declaration 1868.Semula dikembangkan dalam
konteks hukum perang berdasarkam Konvensi Den Haag 1907 Hague Convention yang merupakan kodefikasi dari hukum kebiasaan mengenai konflik
bersenjata.
14
Menurut Wiliam A. Schabas, kejahatan kemanusiaan pertama kali dipergunakan pada tanggal 24 Mei 1915 dalam deklarasi bersama antara
pemerintah Perancis, Inggris, dan Rusia, ketiga Negara tersebut memutuskan untuk bereaksi secara keras dan kemudian membuat deklarasi pernyataan joint
declaration atas tindakan Turki tersebut. Deklarasi bersama tiga negara ini ditujukan untuk mengutuk tindakan Turki atas kekejaman terhadap populasi
Armenia di Turki, tindakan Turki tersebut dikatakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban crimes against humanity and civilization.
15
Kejahatan kemanusiaan dalam Pasal 7 Statuta Roma 1998 adalah perbuatan berikut ini apabila dilakukan sebagai bagian dari serangan meluas atau
sistematik yang ditujukan kepada suatu kelompok penduduk sipil, dan kelompok penduduk sipil tersebut mengetahui akan terjadinya serangan itu:
16
a Pembunuhan;
b Pemusnahan;
14
Mahkamah Agung Republik Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Denmark, The Asia Foundation dan Lembaga Studi dan Advokat Masyarakat ELSAM,Pedoman
Unsur-unsur Tindak Pidana Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat dan Pertanggungjawaban Komando, Jakarta, 2006, hlm. 19
15
Eddy O. S. Hiariej, Pengadilan Atas Beberapa Kejahatan Serius Terhadap HAM, Erlangga, Jakarta, 2010, hlm. 15.
16
Statuta Roma 1998
c Perbudakan;
d Deportasi atau pemindahan paksa penduduk;
e Pemenjaraan atau perampasan berat atas kebebasan fisik dengan
melanggar aturan-aturan dasar hukum internasional; f
Penyiksaan; g
Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, penghamilan paksa, pemaksaan sterilisasi, atau suatu bentuk
kekerasan seksual lain yang cukup berat; h
Penganiayaan terhadap suatu kelompok yang dapat diidentifikasi atau kolektivitas atas dasar politik, ras, nasional, etnis, budaya,
agama, gender sebagai didefinisikan dalam ayat 3, atau atas dasar lain yang secara universal diakui sebagai tidak diizinkan
berdasarkan hukum internasional, yang berhubungan dengan setiap perbuatan yang dimaksud dalam ayat ini atau setiap
kejahatan yang berada dalam jurisdiksi Mahkamah; i
Penghilangan paksa; j
Kejahatan apartheid; k
Perbuatan tak manusiawi lain dengan sifat sama yang secara sengaja menyebabkan penderitaan berat, atau luka serius terhadap
badan atau mental atau kesehatan fisik. Kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk ke dalam yurisdiksi universal,
dimana setiap pelaku kejahatan tersebut dapat diadili di negara mana pun tanpa memperdulikan tempat perbuatan dilakukan maupun warganegara pelaku ataupun
korban.Hal ini dimaksud untuk mewujudkan prinsip no safe heaven tidak ada tempat berlindung bagi pelaku kejahatan yang digolongkan ke dalam hastis
humanis generis musuh seluruh umat manusia.Untuk kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana kejahatan perang dan genosida tidak dikenal adanya
daluawarsa.
17
4. Tanggung Jawab Individu