Keragaman morfometrik Tangkapan per satuan upayaTPSU catch per unit effortCPUE

29 permukaan tanah tergerus dan terbawa air hujan ke perairan Danau. Selanjutnya hujan lebat juga memungkinkan terjadinya pembalikan massa air danau yaitu massa air di bawah kolom perairan yang kaya akan bahan organik sisa pakan KJA naik ke permukaan dan sebaliknya. Jika berdasarkan nilai rata-rata COD maka perairan Danau Maninjau termasuk ke dalam perairan kelas IV menurut PP No 82 tahun 2001. Kandungan amonia perairan Danau Maninjau berkisar antara 0.07 mgL -1 sampai 2.14 mgL -1 . Rata-rata nilai amonia bulan Agustus-September 0.1 mgL -1 menunjukkan nilai amonia yang umum di perairan danau dan sungai pada umumnya Goldman Horne 1998. Cherax quadricarinatus mampu mentoleransi kandungan amonia sampai 1 mgL -1 dan nitrit 0.5 mgL -1 Masser Rouse 1997. Pencemaran baik bahan organik maupun logam berat dilaporkan berpengaruh negatif terhadap populasi alami lobster air tawar, walaupun hal ini masih berdasarkan hasil penelitian skala laboratorium France 1986, diacu dalam Nystrom 2002. Walaupun beberapa jenis lobster air tawar toleran terhadap pencemaran namun bahan pencemar tersebut akan terakumulasi terutama pada insang, eksoskleton, dan hepatopankreas Alikhan et al. 1990, Anderson et al. 1997, Zaranko et al. 1997, diacu dalam Nystrom 2002. Bahan pencemar ini akan diteruskan ke rantai makanan berikutnya termasuk jika dikonsumsi oleh manusia.

4.2 Struktur Populasi C. quadricarinatus di Danau Maninjau

4.2.1 Keragaman morfometrik

Studi mengenai morfometrik secara kuantitatif memiliki manfaat yaitu dapat membedakan individu antar jenis kelamin atau spesies; menggambarkan pola-pola keragaman morfometrik antarpopulasi maupun spesies; dan mengklarifikasi hubungan filogenik Strauss Bond 1990. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dari enam karakter yang diuji hanya ada dua karakter yang berbeda nyata p0.05 antarstasiun yaitu PKCL dan PAbCL. Empat karakter lainnya PTCL, PDCL, LRCL, dan PTlCL sama di semua stasiun p0.05 Lampiran 7. Hasil ini menunjukkan bahwa sulit untuk membedakan lobster dari setiap stasiun secara morfometrik. Selanjutnya hasil analisis ini juga mengindikasikan 30 bahwa lobster di Danau Maninjau saat ini terdiri dari populasi yang sama. Namun tidak tertutup kemungkinan akan terbentuk sub populasi lobster di Danau Maninjau. Hal ini karena keragaman genetik pada spesies yang sama tergantung pada ukuran sub populasi lokal, lamanya sub populasi terisolasi, dan jumlah migrasi yang terjadi Allendorf Ferguson 1990.

4.2.2 Tangkapan per satuan upayaTPSU catch per unit effortCPUE

Lobster air tawar C. qudricarinatus sebagai salah satu spesies asing di Danau Maninjau telah terdistribusi di semua lokasistasiun pengambilan contoh dengan kepadatan yang berbeda. Hal ini terlihat dari nilai TPSU yang berbeda pada masing-masing stasiun. Nilai TPSU tertinggi sebesar 6.4 yaitu di stasiun Sungai Batang kemudian diikuti Batu Nanggai, Sungai Tampang, Sigiran, Utara, dan Bayur Tabel 5. Kepadatan yang relatif lebih tinggi di Sungai Batang dan Batu Nanggai disebabkan oleh beberapa hal yaitu kesesuaian habitat, ketersediaan makanan, dan karena masuknya C. quadricarinatus di Danau Maninjau berawal dari wilayah sekitar Sungai Batang-Batu Nanggai. Tabel 5 Tangkapan per Satuan Upaya TPSU lobster pada masing-masing stasiun Stasiun Tangkapan Per Satuan Upaya TPSU Bayur 1.0 Sungai Batang 6.4 Batu Nanggai 3.3 Sigiran 1.1 Sungai Tampang 1.1 Utara 1.2 Wilayah sekitar Sungai Batang-Batu Nanggai merupakan awal penyebaran C. quadricarinatus di Danau Maninjau, sehingga sub populasi di wilayah ini lebih mantap dan berkembang biak lebih banyak menurut fungsi waktu introduksi. Hal ini didukung oleh kesesuaian habitat yaitu zona litoral dengan substrat berbatu besar yang berfungsi sebagai tempat berlindung bagi lobster. Pepohonan di tepi danau seperti akar pohon beringin yang terdapat di beberapa bagian seperti di Sungai Batang, dapat berfungsi sebagai mikrohabitat dan daunnya sebagai sumber makanan bagi C. quadricarinatus. Fielder Thorne 1990 sebagaimana dikutip Loya-Javellana et al. 1993 mengungkapkan bahwa C. quadricarinatus 31 merupakan spesies lobster yang memerlukan naungan shelter dependent dalam kebiasaan makan feeding behavior nya. Hal ini untuk mengurangi resiko predasi. Selanjutnya Loya-Javellana et al. 1993 juga menemukan bahwa C. quadricarinatus dewasa lebih memilih makanan berupa detritus. Oleh karena itu kepadatan lobster di wilayah Sungai Batang-Batu Nanggai relatif lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya.

4.2.3 Distribusi ukuran