1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Danau  Maninjau  merupakan  salah  satu  danau  alami  di  Indonesia.    Secara geografis  Danau  Maninjau  terletak  antara  0
12
’
26,63
”
LS-0 25
’
02,80
”
LS  dan 100
07
’
43,74
”
BT-100 16
’
22,48
”
BT  pada  ketinggian  461,5  m  di  atas  permukaan laut  Apip  et  al.  2003.    Danau  Maninjau  merupakan  danau  multi  fungsi  yang
dimanfaatkan  oleh  multi  sektor  yaitu  ekonomi,  ekologi,  dan  sosial.    Sejak  tahun 2001  kualitas  air  Danau  Maninjau  mengalami  penurunan  signifikan  yang
disebabkan  banyak  faktor  terutama  limbah  kegiatan  budidaya  Karamba  Jaring Apung  KJA.    Danau  Maninjau  menjadi  habitat  beragam  jenis  sumberdaya
perikanan, setidaknya terdapat 13 jenis sumberdaya  ikan  yang terdapat di Danau Maninjau yaitu ikan barau Hampala macrolepidota, ikan garing Tor soro, ikan
asang  Osteochilus  hasselti,  ikan  bada  Rasbora  argyrotaenia,  ikan  mas Cyprinus carpio,  ikan kaluigurami Osphronemus gouramy,  ikan rinuak,  ikan
mujair Oreochromis mossambicus, ikan nila Oreochromis niloticus, ikan gabus Channa  sp.,  ikan  panjangsidat  Anguilla  sp.,  ikan  puyu  Helostoma
temminckii,  ikan  betok Anabas  testudineus,  dan  ikan  baung  Mystus  nemurus Pusat  Penelitian  Limnologi  2010.    Selain  ikan  juga  terdapat  sumberdaya
perikanan bernilai ekonomis lainnya yaitu pensi Corbicula moltkiana, salah satu jenis gastropoda.
Saat  ini  keragaman  jenis  sumberdaya  perikanan  di  Danau  Maninjau meningkat  dengan  adanya  spesies-spesies  asing,  salah  satunya  yaitu  lobster  air
tawar  jenis  Cherax  quadricarinatus  atau  yang  dikenal  dengan  nama  umum redclaw  crayfish.    Masuknya  C.  quadricarinatus  ke  perairan  Danau  Maninjau
bermula saat dilepasnya C. quadricarinatus ke perairan danau oleh salah seorang petani  ikan  di  Nagari  Tanjung  Sani.    Sejak  tahun  2009  C.  quadricarinatus  telah
menjadi  komoditas  perikanan  bernilai  ekonomis  dengan  harga  jual  sekitar  Rp. 25.000.,  per  kilogramnya.    Cherax  quadricarinatus  merupakan  salah  satu  jenis
lobster air tawar bernilai ekonomis penting untuk konsumsi dan hias.  Oleh karena itu  lobster  ini  telah  banyak  dibudidaya  serta  diintroduksi  ke  banyak  perairan  di
luar habitat aslinya Fishnote 2002; Lodge et al. 2000b, diacu dalam Harlioglu
2 Harlioglu  2006;  Coughran    Leckie  2007;  Lawrence    Jones  2002,  diacu
dalam Belle  Yeo 2010. Lobster  air  tawar  C.  quadricarinatus  di  Danau  Maninjau  dapat  memberi
dampak positif bagi perikanan atau sebaliknya memberi dampak negatif.  Dampak negatif  terjadi  jika  C.  quadricarinatus  menjadi  spesies  invasif.    Lodge  et  al.
2006  sebagaimana  dikutip  Belle    Yeo  2010  mendefinisikan  spesies  invasif sebagai spesies yang mampu mempertahankan populasinya pada ekosistem alami
atau semi alami dan berpengaruh negatif secara ekonomi, lingkungan, atau bahkan kesehatan  manusia.    Beberapa  karakteristik  yang  dimiliki  C.  quadricarinatus
menunjukkan  bahwa  spesies  ini  berpotensi  sebagai  spesies  invasif  jika diintroduksi.    Karakteristik  tersebut  diantaranya  adalah  laju  pertumbuhan  dan
fekunditas  yang  superior,  toleransi  terhadap  lingkungan  tinggi  dengan  tingkah laku  meliang  yang dapat  merubah zona riparian Jones 1990, Todd  D’Andrea
2003,  diacu  dalam  Coughran    Leckie  2007  dan  sebagai  vektor  mikroba mematikan  Edgerton  et  al.  2002,  diacu  dalam    Belle    Yeo  2010;  Longshaw
2011. Berdasarkan fakta di atas maka diperlukan penelitian awal mengenai biologi
C.  quadricarinatus  di  Danau  Maninjau  dalam  hal  ini  struktur  populasi, pertumbuhan,  dan  reproduksi.    Pertumbuhan  dan  reproduksi  merupakan  aspek
dasar  yang  penting  untuk  dikaji  karena  kedua  aspek  tersebut  menggambarkan kesesuaian  dan  adaptasi  suatu  spesies  pada  habitatnya  Guan    Wiles  1999,
terlepas  dari  apakah  C.  quadricarinatus  akan  berdampak  positif  atau  negatif  di Danau  Maninjau.    Secara  ekonomi  keberadaan  C.  quadricarinatus  di  Danau
Maninjau  bisa  dikatakan  menguntungkan  karena  telah  menjadi  komoditas perikanan  yang  dieksploitasi  dan  diperjualbelikan.  Oleh  karena  itu  informasi  ini
penting  sebagai  dasar  pengambilan  keputusan  pengelolaan  C.  quadricarinatus selanjutnya di Danau Maninjau.
1.2 Perumusan Masalah