4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Habitat C. quadricarinatus di Danau Maninjau
Kualitas air merupakan fakror abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi biota akuatik termasuk C. quadricarinatus. Beberapa parameter
kualitas air penting bagi kehidupan lobster air tawar dan diukur pada penelitian adalah pH, kandungan oksigen terlarut mgL
-1
, suhu C, turbiditas NTU,
alkalinitas mgL
-1
, kesadahan mgL
-1
, chemical oxygen demand COD mgL
-1
, dan amonia mgL
-1
. Pada semua pengamatan menurut waktu dan lokasi nilai suhu bervariasi dengan kisaran 26.8-29.3
C. Rata-rata turbiditas berkisar antara 4.5 sampai 9.75 NTU menurut stasiun dan 6.20-9.00 NTU menurut bulan
pengukuran. Variasi oksigen terlarut per lokasi dan waktu cukup tinggi dengan nilai minimum 1.40 mgL
-1
Juli, Sungai Batang dan maksimum 8.62 mgL
-1
Agustus, Sigiran Lampiran 5. Hasil pengukuran pH, suhu, turbiditas dan oksigen terlarut bervariasi
menurut waktu dan lokasi pengukuran. Kisaran nilai parameter fisika di atas masih dalam batas yang bisa ditoleransi oleh C. quadricarinatus. Suhu optimum
bagi C. quadricarinatus yaitu 22-30 C Reynolds 2002; 23.9-29.4
C Masser Rouse 1997. pH perairan yaitu 6 merupakan nilai pH yang masuk dalam rentang
nilai pH yang umum terdapat di danau yaitu 6-9 Goldman Horne 1998. Perairan dengan kisaran nilai pH 6-9 merupakan perairan yang bisa diperuntukkan
untuk kegiatan budidaya perikanan PP No 82 Tahun 2001 dan nilai pH yang direkomendasikan untuk penetasan C. quadricarinatus pada kegiatan budidaya
oleh Rouse 1977 seperti diacu dalam Widha 2003 adalah 6.5-9; namun hasil penelitian Widha 2003 menunjukkan nilai pH pada penetasan adalah 5.9-6.5.
Berdasarkan kandungan oksigen terlarut minimum dan maksimum Danau Maninjau termasuk ke dalam perairan kelas I-III dan masih bisa diperuntukkan
untuk kegiatan budidaya perikanan menurut PP No.82 tahun 2001. Masser Rouse 1997 juga melaporkan bahwa toleransi kandungan oksigen C.
quadricarinatus adalah di atas 1 mgL
-1
namun lobster dewasa masih bisa
28 mentolerir kandungan oksigen 1 mgL
-1
. Kandungan oksigen optimum untuk pertumbuhan C. quadricarinatus adalah 5 mgL
-1
Frost 1975, diacu dalam Nystrom 2002. Selanjutnya C. quadricarinatus lebih menyukai perairan yang
relatif lebih keruh. Sama halnya dengan nilai beberapa parameter lainnya, nilai alkalinitas dan
kesadahan pada habitat C. quadricarinatus di Danau Maninjau juga bervariasi. Nilai alkalinitas berkisar antara 94.98 mgL
-1
sampai 124.20 mgL
-1
. Kisaran nilai kesadahan yaitu 37.33-42.67 mgL
-1
. Nilai alkalinitas dan kesadahan erat kaitannya dengan kandungan kalsium di perairan. Nilai kesadahan tinggi
menggambarkan kandungan kalsium tinggi pula. Batas toleransi alkalinitas dan kesadahan C. quadricarinatus cukup lebar yaitu 20-300 mgL
-1
. Wheatley Ayers 1995 seperti dikutip Reynolds 2002 menyatakan bahwa kalsium
merupakan elemen yang paling penting untuk pertumbuhan lobster. Kebutuhan kalsium pada periode postmoult sangat tinggi untuk menggantikan kalsium yang
hilang saat moulting. Selama bulan Juli-September nilai COD di Danau Maninjau sangat
bervariasi. Nilai COD minimum yaitu 5.19 mgL
-1
di Sungai Tampang pada bulan Agustus dan nilai maksimum 94.2 mgL
-1
di Sungai Batang pada bulan September. Nilai COD pada bulan September sangat tinggi dibandingkan bulan sebelumnya
di semua stasiun pengambilan contoh. Peningkatan nilai COD mencapai hampir sepuluh kali lipat. Tingginya bahan organik perairan Danau Maninjau mulai
periode ini juga terlihat dengan adanya gumpalan menyerupai serbuk berwarna hijau yang diduga kumpulan alga di perairan Danau Maninjau Lampiran 6.
Boyd 1973 seperti dikutip kembali oleh Boyd 1982 menemukan bahwa di perairan tambak fitoplankton merupakan faktor utama penyumbang COD.
Gumpalan yang mengandung minyak ini mulai tecatat oleh penulis sejak tanggal 13 Agustus 2011.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa pencemar bahan organik di Danau Maninjau bersumber dari limbah domestik, limbah pertanian,
dan limbah KJA. Sebagai catatan bahwa sejak bulan Agustus di Danau Maninjau telah mulai terjadi hujan ringan sampai hujan lebat. Hal ini diduga bisa
menyebabkan meningkatnya limbah pertanian yang tadinya tersimpan pada
29 permukaan tanah tergerus dan terbawa air hujan ke perairan Danau. Selanjutnya
hujan lebat juga memungkinkan terjadinya pembalikan massa air danau yaitu massa air di bawah kolom perairan yang kaya akan bahan organik sisa pakan KJA
naik ke permukaan dan sebaliknya. Jika berdasarkan nilai rata-rata COD maka perairan Danau Maninjau termasuk ke dalam perairan kelas IV menurut PP No 82
tahun 2001. Kandungan amonia perairan Danau Maninjau berkisar antara 0.07 mgL
-1
sampai 2.14 mgL
-1
. Rata-rata nilai amonia bulan Agustus-September 0.1 mgL
-1
menunjukkan nilai amonia yang umum di perairan danau dan sungai pada umumnya Goldman Horne 1998. Cherax quadricarinatus mampu
mentoleransi kandungan amonia sampai 1 mgL
-1
dan nitrit 0.5 mgL
-1
Masser Rouse 1997.
Pencemaran baik bahan organik maupun logam berat dilaporkan berpengaruh negatif terhadap populasi alami lobster air tawar, walaupun hal ini
masih berdasarkan hasil penelitian skala laboratorium France 1986, diacu dalam Nystrom 2002. Walaupun beberapa jenis lobster air tawar toleran terhadap
pencemaran namun bahan pencemar tersebut akan terakumulasi terutama pada insang, eksoskleton, dan hepatopankreas Alikhan et al. 1990, Anderson et al.
1997, Zaranko et al. 1997, diacu dalam Nystrom 2002. Bahan pencemar ini akan diteruskan ke rantai makanan berikutnya termasuk jika dikonsumsi oleh manusia.
4.2 Struktur Populasi C. quadricarinatus di Danau Maninjau