7 Bagian abdomen tersegmentasi dengan jelas dan terdiri dari enam pembuluh
yang mengalami kalsifikasi dan dihubungkan oleh membran yang tidak mengalami kalsifikasi, fleksibel, non elastik, dan artikular.
2.2 Distribusi dan Habitat C. quadricarinatus
Famili Parastacidae memiliki jumlah spesies terbanyak dan Cherax merupakan jenis yang distribusinya paling luas Gambar 4. Austin 1986
sebagaimana dikutip Coughran Leckie 2007 menyatakan bahwa distribusi asli C. quadricarinatus adalah Papua Nugini dan Australia. Distribusi asli C.
quadricarinatus di Australia adalah bagian barat dan utara Teluk Carpentaria, Queensland; bagian timur dan utara Northern Territory; sedangkan di Papua
Nugini terdapat di bagian selatan Fishnote 2002.
Gambar 4 Distribusi Cherax Hobbs 1988.
Saat ini wilayah distribusi C. quadricarinatus telah meluas di luar wilayah distribusi aslinya, termasuk di Danau Maninjau. Hal ini karena jenis C.
quadricarinatus merupakan spesies ekonomis penting yang diperdagangkan untuk
8 konsumsi dan hias. Hal ini mendorong introduksi dan budidaya C.
quadricarinatus ke berbagai negara di Asia, Amerika Utara dan Selatan, Afrika, serta Eropa Holdich et al. 1999, diacu dalam Harlioglu Harlioglu 2006;
Lawrence Jones 2002, Edgerton 2005, diacu dalam Vazquez Greco, 2007. Pada wilayah penyebaran aslinya C. quadricarinatus terdapat di perairan
mengalir sungai Austin 1986, diacu dalam Coughran Leckie 2007; Fishnote 2002. Kegiatan budidaya yang intensif menyebabkan C. quadricarinatus juga
terdapat pada tipe perairan tawar menggenang seperti kolam, waduk, dan danau.
2.3 Pertumbuhan C. quadricarinatus
Pertumbuhan bisa didefenisikan sebagai perubahan ukuran atau jumlah material tubuh baik perubahan positif maupun negatif temporal maupun dalam
jangka waktu yang lama Busacker et al. 1990; pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam suatu waktu Effendie 1997. Selanjutnya Chittleborough 1975
seperti diacu dalam Widha 2003 mendefinisikan pertumbuhan krustasea sebagai pertambahan bobot dan panjang tubuh yang terjadi secara berkala saat setelah
pergantian kulit. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan
faktor luar baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, jenis kelamin, umur, parasit,
dan penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu suhu dan makanan Effendie 1997, ketersediaan makanan, laju memakan makanan, nilai
gizi makanan, dan faktor abiotik seperti amonia dan pH Woothon 1990, diacu dalam Welcomme 2001. Dari sudut pandang perikanan, pertumbuhan
sebagaimana rekrutmen mempengaruhi bobot tangkapan berkelanjutan yang dapat diambil dari suatu stok ikan King 1995.
Studi mengenai pertumbuhan pada dasarnya adalah penentuan ukuran badan sebagai suatu fungsi umur. Dalam menganalisis suatu populasi diperlukan
ekspresi matematika yang menggambarkan pertumbuhan. Melalui ekspresi matematika ini maka ukuran baik panjang maupun bobot suatu individu pada
umur tertentu dapat diduga Gulland 1969. Beberapa model telah digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan
dengan menggunakan
persamaan
9 matematika yang sederhana Allen 1971, diacu dalam King 1995. Menurut King
1995 salah satu diantaranya adalah persamaan pertumbuhan von Bertalanffy von Bertalanffy Growth FunctionVBGF yang umum digunakan dalam studi
pertumbuhan. Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy memberikan representasi pertumbuhan ikan yang memuaskan. Hal ini karena persamaan pertumbuhan von
Bertalanffy berdasarkan konsep fisiologis sehingga bisa digunakan untuk mengetahui beberapa masalah seperti variasi pertumbuhan karena ketersediaan
makanan Beverton Holt 1957. Secara fisiologi krustasea sangat berbeda dengan kelompok ikan karena
adanya proses pergantian kulit moulting. Hal ini menyebabkan pertumbuhan individu krustasea tidak bersifat kontinu akan tetapi bertahap. Namun demikian
dalam menganalisis pertumbuhan populasi krustasea model pertumbuhan von Bertalanffy tetap cocok untuk digunakan. Hal ini karena satu kohort krustasea
terdiri dari individu-individu yang moulting pada waktu yang berbeda sehingga rata-rata kurva pertumbuhan satu kohort menjadi kurva yang rata Sparre
Venema 1999. Pada lobster terdapat beberapa cara untuk menggambarkan pertumbuhan
yaitu: a. panjang karapas; pola pertumbuhan lobster diketahui dengan membuat
plot antara umur dan panjang karapas carapace lengthCL, b. laju pertumbuhan sesaat tahunan annual instantaneous growth,
c. penambahan ukuran setelah moulting moult incrementMI yaitu penambahan panjang karapas setelah moulting yang diukur untuk masing-
masing individu, dan d. persentase penambahan panjang karapas sebelum dan setelah moulting
percentage of premoult carapace lengthPCMI.
2.3.1 Proses pergantian kulit Moulting
Sebagaimana anggota krustasea lainnya perkembangan lobster air tawar melalui beberapa tahapan pergantian kulit moulting, selama terjadi peningkatan
ukuran diselingi oleh intermoult. Pola perubahan eksoskeleton selama siklus moulting menggambarkan peristiwa yang terjadi di bawah epidermis yang
10 mengeluarkan komponen skeletal Lowery 1988. Whitnall 2000 menyebutkan
bahwa moulting adalah proses pergantian eksoskeleton yang lama dan digantikan oleh yang baru pada tempat yang sama. Kulit yang baru bersifat lunak dan agar
menjadi keras maka lobster akan mengambil air yang tersimpan di jaringan tubuhnya dan hal ini secara efektif menambah ukuran dan meregangkan kulit baru
tersebut. Jika kulit baru telah mengeras maka air akan dikeluarkan. Proses pergantian kulit dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari dan intensitasnya
akan menurun dengan bertambahnya umur. Proses pengerasan kulit membutuhkan kalsium yang diambil dari tubuh dan lingkungan perairan.
Selanjutnya Merrick 1993 seperti dikutip Widha 2003 membagi tahapan proses pergantian kulit menjadi empat tahapan yaitu:
1. Premoult: kalsium dalam kulit diserap kembali dan disimpan dalam gastrolith lalu diikuti dengan pembentukan kulit baru;
2. Moult: pelepasan kulit lama yang diikuti dengan penyerapan air dari media dalam jumlah besar;
3. Postmoult: pengapuran dan pengerasan kulit baru dari cadangan material organik dan anorganik yang berasal dari hemolimph dan hepatopankreas
serta sebagian kecil dari media; 4. Intermoult: pertumbuhan jaringan somatik dan awal antar moulting.
2.4 Reproduksi C. quadricarinatus
Fujaya 2004 seperti dikutip Ambarwati 2008 menyatakan bahwa reproduksi merupakan kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan
sebagai upaya untuk melestarikan jenis atau kelompoknya. Beberapa aspek terkait reproduksi diantaranya adalah:
2.4.1 Seksualitas
Lobster jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan letak gonophore pada kaki jalan. Pada lobster betina gonophore terletak pada dasar kaki jalan ke-3
dan pada lobster jantan gonophore terdapat pada dasar kaki jalan ke-5. Mc Conmack 1994 seperti dikutip Widha 2003 menyatakan bahwa perbedaan
kelamin agak menyulitkan pada individu yang interseks. Dalam kasus ini biasanya Cherax bersifat jantan dan alat reproduksi betina tidak berfungsi. Hasil
11 penelitian Vazquez Greco 2007 menunjukkan hal lain bahwa semua individu
interseks memiliki kedua pasang lubang genital betina dan jantan; tidak terdapat appendix masculine dan bagian berwarna merah; dan berfungsi sebagai betina.
Berikut ini adalah contoh individu C. quadricarinatus interseks:
Gambar 5 Individu betina C. quadricarinatus interseks dengan gonophore betina dan jantan Vazquez Greco 2007.
2.4.2 Tingkat kematangan gonad
Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah lobster memijah. Pengetahuan mengenai kematangan gonad
diperlukan untuk menentukan atau mengetahui perbandingan antara individu yang sudah matang gonad dengan yang belum matang gonad dari stok yang ada di
perairan, selain itu dapat diketahui ukuran atau umur pertama matang gonad, mengetahui waktu pemijahan, lama pemijahan dan frekuensi pemijahan dalam
satu tahun Effendie 1979. Pengamatan kematangan gonad bisa dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan mikroskopis histologi dan pengamatan makroskopis morfologi. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad lebih
jelas dan rinci. Pengamatan morfologi tidak akan rinci seperti histologi, namun cara morfologi ini mudah dan banyak dilakukan. Dasar yang dapat dipakai untuk
menentukan tingkat kematangan gonad yaitu dengan mengamati morfologi gonad antara lain bentuk gonad, ukuran panjang gonad, bobot gonad, dan perkembangan
isi gonad Effendie 1997.
12
2.4.3 Fekunditas
Fekunditas dapat diartikan sebagai jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina dan merupakan faktor penting dalam pengelolaan kegiatan budidaya
ataupun biologi populasi jika dibandingkan antarpopulasi atau antarspesies. Fekunditas yang tinggi berpeluang untuk lebih sukses dalam reproduksi.
2.5 Kualitas Air
Secara umum kualitas air yang diperlukan oleh lobster air tawar untuk dapat tumbuh dengan baik adalah perairan hangat dengan kadar kalsium minimal 5
mgL
-1
, kesadahan tinggi, alkalinitas agak tinggi, dan kadar keasaman pH basa
7-8.5 France 1995, diacu dalam Guan 1999; Lowery 1988. 2.5.1
Suhu, oksigen terlarut, dan pH
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran
serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu
yang disukai bagi pertumbuhannya. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya meningkatkan
konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 C menyebabkan
terjadinya peningkatan konsumsi oksigen organisme akuatik sekitar 203 kali lipat. Namun peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut
sehingga keberadaan oksigen seringkali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan
respirasi Effendi 2003. Oksigen merupakan salah satu gas terlarut dalam perairan. Konsentrasi oksigen di perairan merupakan fungsi dari proses biologi
seperti fotosintesis atau respirasi dan proses fisika seperti pergerakan massa air atau suhu Goldman Horne 1983.
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan. Pada perairan dengan suhu lebih tinggi laju pertumbuhan lobster akan lebih tinggi.
Pada lobster suhu akan mempengaruhi lamanya masa intermoult. Pada suhu di bawah kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan, lobster akan makan dengan
lambat. Variasi suhu dan oksigen yang tinggi atau nilai suhu yang di atas kisaran
13 nilai optimum dapat menyebabkan tertundanya proses pergantian kulit dan dapat
meningkatkan kematian setelah moulting. Lobster pada perairan dingin membutuhkan oksigen relatif rendah dibandingkan lobster di perairan hangat
famili Cambaridae dan Parastacidae Jussila Evans 1996, diacu dalam Reynolds 2002.
Keasaman dan kebasaan suatu danau diukur dalam satuan yang disebut dengan pH. pH puissance d’Hydrogènestrength of the hydrogen didefinisikan
sebagai log negatif dari konsentrasi ion hidrogen. Keasaman ditunjukkan dengan pH 0 sampai 7 sedangkan basa 7 sampai 14. Konsentrasi ion hidrogen juga
mengontrol nutrien perairan danau termasuk karbondioksida dan nutrien penting lainnya seperti fosfat, amonia, besi, dan logam lainnya Goldman Horne 1983.
pH akan mempengaruni konsentrasi kalsium yang sangat dibutuhkan oleh lobster untuk pertumbuhannya.
2.5.2 Alkalinitas dan kesadahan
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan sebutan acid neutralizing capacity ANC atau kuantitas anion
dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga buffer capacity terhadap perubahan pH perairan.
Pembentuk utama alkalinitas adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Kesadahan adalah gambaran kation logam divalen. Pada perairan tawar kation
divalen yang paling berlimpah adalah kalsium sehingga pada dasarnya kesadahan ditentukan oleh kalsium dan magnesium Effendi 2003.
Nilai alkalinitas dan kesadahan terkait erat dengan konsentrasi kalsium yang terdapat dalam garam karbonat dan bikarbonatnya. Kalsium merupakan elemen
penting untuk pertumbuhan lobster. Lobster pada perairan dengan kesadahan rendah cenderung memiliki kandungan kalsium lebih rendah dibanding lobster
dari perairan dengan kesadahan tinggi Greenaway 1985, diacu dalam Reynolds 2002. Wheatley Ayers 1995 seperti dikutip Reynolds 2002 menyatakan
bahwa kalsium merupakan elemen yang paling penting untuk pertumbuhan lobster. Kebutuhan kalsium pada periode postmoult sangat tinggi untuk
menggantikan kalsium yang hilang saat moulting. Peranan penting kalsium lainnya dalam perairan adalah pengaruhnya terhadap pH dan sistem CO
2 -
dan
14 HCO
3 -
. Kalsium di perairan terdapat dalam bentuk ionik dan partikulat terlarut terutama CaCO
3
. Garam kalsium merupakan elemen utama kesadahan perairan. Kalsium, bikarbonat, pH, dan konduktivitas tertentu merupakan elemen-elemen
yang berkorelasi di perairan danau. Kalsium merupakan salah satu mineral yang melimpah di perairan dan mudah diukur dalam bentuk ion sehingga sering
dijadikan indikator kesadahan perairan.
2.5.3 Chemical oxygen demand COD
Chemical Oxygen Demand COD menggambarkan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi semua bahan organik menjadi karbondioksida dan
air Maciolek 1962, diacu dalam Boyd 1988. Bahan organik terdapat dalam bentuk plankton, detritus, dan bahan organik terlarut. Kandungan bahan organik
yang sangat tinggi dapat menimbulkan pencemaran bahan organik. Hal ini akan mempengaruhi populasi, pertumbuhan, dan reproduksi lobster.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perairan umum Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam Gambar 6. Penelitian berlangsung pada bulan
Mei-September 2011. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak sembilan kali dengan interval waktu dua minggu. Penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga
aspek penelitian yaitu struktur populasi; pertumbuhan; dan reproduksi C. quadricarinatus di Danau Maninjau.
Sumber: Modifikasi Sulastri et al. 2009
Gambar 6 Lokasi penelitian. 3.2
Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Stasiun pengambilan contoh ditentukan secara purposive judgmental yaitu stasiun terpilih
merupakan lokasi yang dianggap paling mewakili populasi secara keseluruhan Levy Lemeshow 1991. Lokasistasiun pengambilan contoh dibagi menjadi
beberapa lokasi yang mewakili kondisi Danau Maninjau yaitu berdasarkan perbedaan tipe substrat zona litoral dan sumber masukan bahan organik.
Pada Tabel 1 dan Lampiran 1 disjikan deskripsi masing-masing lokasistasiun pengambilan contoh:
Stasiun sampling
1
2 5
4 6
3
16 Tabel 1 Deskripsi stasiun pengambilan contoh
Stasiun Sumber Masukan
Bahan Organik
TSZL JPTD
Lokasi
Bayur 1 -KJA
-Kegiatan pertanian -Limbah domestik
Batu kecil berpasir +
Timur Sungai Batang 2
-KJA -Kegiatan pertanian
-Limbah domestik Batu besar
++ Timur
Batu Nanggai 3 -KJA
-Limbah domestik Batu besar
+ Selatan
Sigiran 4 -KJA
-Limbah domestik Batu besar
++ Barat
Sungai Tampang 5 -KJA
-Limbah domestik Batu besar
++ Barat
Utara Linggai, Koto Gadang 6
-KJA -Kegiatan pertanian
-Limbah domestik Batu kecil, berpasir, dan
sedikit berlumpur +
Utara TSZL=tipe substrat zona litoral; JPTD=jumlah pepohonan di tepian danau
3.3 Alat dan Bahan