53 antara Oktober dan Januari Whitnall 2000. Perbedaan musim pemijahan
disebabkan oleh perbedaan faktor lingkungan. Faktor lingkungan utama yang menjadi pemicu pemijahan adalah suhu serta fotoperiod pada lobster yang
dipelihara. Cherax quadricarinatus akan memijah pada suhu yang hangat 22- 30
C dan laju pemijahan akan berkurang setengahnya pada suhu 22 C
dibandingkan pada suhu 30 C. Pada daerah tropis C. quadricarinatus dapat
memijah 3 sampai 5 kali dalam setahun Reynolds 2002. Pada kondisi laboratorium pemijahan ganda juga dapat terjadi antarpergantian kulit King
1993.
4.4.3 Fekunditas dan diameter telur
Fekunditas merupakan aspek penting biologi reproduksi baik untuk tujuan budidaya maupun pengelolaan perikanan. Pada lobster dikenal adanya fekunditas
ovari FO dan fekunditas pleopod FP. Rata-rata fekunditas ovari C. quadricarinatus di Danau Maninjau adalah 626±255 dengan fekunditas ovari
minimum 254 dan maksimum 1098. Rata-rata fekunditas pleopod adalah 383±173 dengan fekunditas minimum 224 dan maksimum 705. Nilai fekunditas
ovari dan fekunditas pleopod sangat beragam dengan nilai koefisien ragam mencapai 40. Jumlah telur pleopod lebih sedikit dibandingkan jumlah telur
ovari. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu kegagalan induk mengeluarkan telur, kegagalan pembuahan, atau kegagalan menempelkan telur
pada pleopod seperti dilaporkan Mason 1977 dan diacu dalam Reynolds 2002. Fekunditas ovari dan pleopod berhubungan dengan beberapa variabel
ukuran tubuh. Penulis mencoba membuat korelasi antara fekunditas ovari terhadap beberapa variabel bebas sebagai berikut Tabel 15:
Tabel 15 Persamaan regresi antara fekunditas ovari C. quadricarinatus dengan beberapa variabel bebas.
Variabel bebas X Persamaan regresi
Koefisien regresi R
2
Panjang karapas CL FO=-648.93+23.78 CL
51.64 p0.05 Bobot basah total BT FO=127.31+13.92 BT
62.99 p0.05 Lebar endopod EN
FO=-65.72+307.49 EN 39.15 p0.05
CL X1 dan CL
2
X2 FO=1021.19-40.74CL+0.61CL
2
53.87 p0.05
54 Hasil analisis menunjukkan bahwa fekunditas ovari lebih erat hubungannya
dengan bobot basah total dengan persamaan FO=127.31+13.92 BT gr R
2
=62.99; p0.05. Jika dihubungkan dengan panjang karapas maka model yang lebih menggambarkan hubungan antara fekunditas ovari dan panjang
karapas adalah FO=1021.19-40.74CLmm+0.61CL
2
mm R
2
=53.87; p0.05. Selanjutnya fekunditas ovari dipisahkan berdasarkan kelas ukuran bobot basah
total dan terlihat bahwa fekunditas ovari meningkat dengan meningkatnya bobot
basah total Gambar 23.
Gambar 23 Rata-rata fekunditas ovari C. quadricarinatus terhadap bobot basah total.
Sama halnya dengan fekunditas ovari fekunditas pleopod juga berhubungan dengan variabel lainnya Tabel 16. Berdasarkan hasil beberapa uji coba model
regresi didapat model yang dapat menggambarkan hubungan fekunditas pleopod dengan variabel bebas lebar endopod yaitu
FP=-2.27+163.76 EN
R
2
=60.41; p0.05. Hal ini sesuai dengan fungsi endopod betina sebagai tempat menempel
telur yang telah dipijahkan. Tabel 16 Persamaan regresi antara fekunditas pleopod C.quadricarinatus dengan
beberapa variabel bebas.
Variabel bebas X Persamaan regresi
Koefisien regresi R
2
Panjang karapas CL FP=-473.83+15.59 CL
44.39 p0.05 Bobot basah total BT FP=81.79+7.94 BT
37.65 p0.05 Lebar endopod EN
FP=-2.27+163.76 EN 60.41 p0.05
CL X1 dan CL
2
X2 FP=3068.89-115.94CL+1.21CL
2
55.07 p0.05
410 451
485 852
934 879
200 400
600 800
1000 1200
1400
16.95 25.75
34.55 43.35
52.15 60.95
F e
k u
n d
it as
t o
tal b
u ti
r
Nilai tengah kelas ukuran bobot gr
55 Selain morfologi lobster seperti panjang karapas dan lebar endopod,
fekunditas ovari dan pleopod lobster juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor lingkungan. Pada beberapa model di atas diketahui bahwa faktor lain
seperti faktor lingkungan menjelaskan keragaman fekunditas dengan persentase cukup besar.
Fekunditas ovari dan fekunditas pleopod dapat berbeda menurut jenisspesies lobster, lokasi, dan waktu. Berikut ini adalah perbandingan nilai
fekunditas ovari dan fekunditas pleopod C. quadricarinatus di Danau Maninjau terhadap hasil penelitian lainnya:
Tabel 17 Fekunditas beberapa jenis lobster air tawar
No Jenis lobster air tawar Fekunditas
Sumber
1 C. quadricarinatus
Danau Maninjau 626±255 FO
383±173 FP Penelitian ini
2 C. quinquecarinatus
Australia bagian selatan 81.7±5.9 FO
77.1±13.8 FP Beatty et al. 2005
3 C. lorentzi Sungai Kalsafet,
Sorong, Irian Jaya 61-71 FP
Tapilatu 1996 4
C. cainii Australia bagian selatan
443 FO 286 FP
Beatty et al. 2003 5
C. destructor Australia
a Antara 100-300 FP untuk lobster muda dan mencapai 1000 FP untuk
lobster tua b 210,2±9,24 FO
a Whitnall 2000 b Beatty et al.
2004b
6 Astacus leptodactylus
leptodactylus Esch., 1852 Danau Keban Dam, Turki
318 FP Diolah dari
Harligou et al. 2004
7 Austropotambius pallipes
pallipes Prancis
165 FP maksimum Grandjean et al.
2000
8 Pacifastacus leniusculus
sungai dataran rendah Inggris
158±104 FP GuanWiles 1995
Secara umum fekunditas lobster air tawar jenis Cherax lebih besar dibandingkan jenis lainnya. Lebih lanjut C. quadricarinatus di Danau Maninjau
sebagai spesies asing memiliki fekunditas paling tinggi. Reynolds 2002 menyatakan bahwa perbedaan fekunditas pleopod pada masing-masing jenis
lobster dibatasi oleh morfologi masing-masing jenis. Selanjutnya Abercrombie et
56 al. 1992 seperti dikutip Harlioglu et al. 2003 menyatakan bahwa variasi
fekunditas disebabkan oleh perbedaan faktor lingkungan dan genetik. Sebagai contoh rata-rata jumlah telur lobster di danau yang terdapat di Irlandia dengan
suhu lebih hangat dan mesotrofik 40 lebih tinggi dibandingkan dengan produksi telur di sungai dengan suhu dingin O’Keeffe 1986, diacu dalam Reynolds 2002.
Rhodes Holdich 1982 sebagaimana diacu Reynolds 2002 juga melaporkan bahwa produksi telur lobster pada sebuah sungai di Inggris 31 lebih tinggi
dibandingkan lobster di waduk yang dalam. Fekunditas antarstasiun pengambilan contoh terlihat sangat beragam yaitu
829 Bayur; 611 Sungai Batang; 342 Batu Nanggai; 377 Sigiran; 738 Sungai Tampang; dan 681 Utara. Ukuran bobot lobster contoh pada stasiun
Batu Nanggai dan Sigiran relatif paling kecil dibandingkan ukuran bobot lobster contoh di stasiun lainnya yaitu 14.6 gram dan 24.4 gram. Sebagai pembanding
rata-rata bobot lobster contoh di stasiun lainnya yaitu 46.4 gram Bayur; 44.8 Sungai Tampang; 38.5 Sungai Batang; dan 25.2 Utara. Seperti diketahui
sebelumnya bahwa fekunditas berhubungan dengan ukuran bobot lobster. Hal ini menyebabkan rata-rata fekunditas pada masing-masing stasiun juga beragam.
Setelah dilakukan analisis ragam diketahui bahwa fekunditas pada tiap stasiun tidak berbeda nyata p0.05 Lampiran 117.
Diameter telur lobster TKG III dan IV berkisar antara 0.41 sampai 1.54 mm dan 0.44 sampai 2 mm Lampiran 18. Distribusi diameter telur pada masing-
masing TKG III dan IV disajikan pada Gambar 24 berikut:
57
Gambar 24 Distribusi ukuran diameter telur C. quadricarinatus TKG III dan TKG IV.
Berdasarkan Gambar 24 di atas terlihat ada indikasi bahwa diameter telur TKG III dan TKG IV memiliki puncak lebih dari satu. Diamater telur TKG III
paling tidak memiliki puncak pada nilai tengah 0.84 mm dan 1.2 mm. Selanjutnya diameter telur TKG IV memiliki puncak pada nilai tengah 0.80 mm;
1.08 mm; dan 1.64 mm. Hal ini menandakan bahwa pada tingkat kematangan gonad yang sama terdapat lebih dari satu populasi ukuran telur. Hasil yang sama
juga ditemukan oleh Sagi et al. 1996 dan menyatakan bahwa perbedaan ukuran telur merupakan hal yang mungkin terjadi selama proses perkembangan dan
pematangan telur. Perkembangan dan pematangan akumulasi protein kuning telur sebagian gonad diperlambat dan sebagian lainnya dipercepat melalui
pengaturan hormon.
4.5 Alternatif pengelolaan C. quadricarinatus di Danau Maninjau