14 harus dibentuk dari perbuatan berpikir anak terhadap objek itu. Di sini objek
hanya menjadi medium untuk membiarkan konstruksi itu terjadi. Misalnya, pengetahuan tentang konsep bilangan.
c. Pengetahuan Sosial
Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya dan sosial yang menyetujui secara bersama. Pengetahuan sosial tidak
dapat dibentuk dari atau tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi satu orang dengan orang yang lain. Menurut teori konstruktivisme,
pengetahuan seseorang adalah bentukan konstruksi orang itu sendiri. Pengetahuan seseorang akan sesuatu benda, bukanlah tiruan benda itu, melainkan
konstruksi pemikiran seseorang akan benda tersebut. Tanpa keaktifan seseorang mencerna dan membentuknya seseorang tidak akan mempunyai pengetahuan.
Oleh karena itu, Piaget menyatakan secara ekstrem bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang diangap tahu bila muridnya tidak mengolah
dan membentuknya sendiri. Abstraksi seseorang terhadap suatu hal membentuk struktur konsep dan menjadi pengetahuan seseorang akan hal tersebut.
2. Belajar Dalam Kelompok Menurut Von Glasersfeld dalam Paul Suparno 1997:63 bahwa dalam
kelompok belajar siswa harus mengungkapkan bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang diperbuatnya dengan persoalan itu.
Pendapat lain disampaikan oleh Driver dalam Paul Suparno 1997:64, konstruktivisme sosial menekankan bahwa belajar berarti dimasukkannya
seseorang ke dalam dunia simbolik. Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila
15 seseorang terlibat secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan
dan pengalaman. Pembentukan makna adalah dialog antar pribadi. Belajar merupakan proses masuknya seseorang ke dalam kultur orang-orang terdidik.
Dalam hal ini, pelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik, tetapi juga konsep-lconsep, dan ilmu-ilmu pengetahuan konvensional. Oleh sebab itu guru
berperan penting karena mereka menyediakan kesempatan yang cocok dan prasarana masyarakat ilmiah bagi siswa. Dalam konteks ini kegiatan-kegiatan
yang memungkinkan siswa berdialog dan berinteraksi dengan lembaga-lembaga penelitian, dengan sejarah penemuan ilmiah dan dengan masyarakat pengguna
hasil ilmiah akan sangat membantu dan merangsang mereka untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka.
3. Prestasi Belajar
Dalam setiap kegiatan manuasia untuk mencapai tujuan, selalu diikuti dengan pengukuran dan penilaian. Demikian halnya di dalam proses belajar
mengajar. Setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung maka selalu ingin diketaui hasilnya, seberapa jauh tujuan pembelajaran yang ditetapkan telah
tercapai. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan pengukuran yang berupa angka atau pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi.
Menurut Poerwodarminto 1976:768, bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai atau dilakukan atau dikerjakan. Dari pendapat ini dapat diartikan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam suatu usaha atau kegiatan pada periode tertentu.
16 Pendapat lain disampaikan Winkel 1996:482, prestasi belajar yang
diberikan oleh siswa, berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional, menampakkan hasil belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001:895, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses
belajar mengajar yang ditunjukkan dengan angka nilai tes yang diberikan oleh guru.
4. Teori Belajar Konstruktivisme