40
4. Skala penilaian anak berbakat oleh guru
Skala kreativitas anak berbakat yang disusun oleh Renzulli terdiri atas empat sub skala, tiga diantaranya sesuai dengan definisi Renzulli tentang
keterbakatan, yaitu ciri kemampuan intelektual, ciri peningkatan diri, dan ciri kreativitas Utami Munandar, 1999: 70.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian relevan yang terkait dengan penggunaan model pembelajaran kooperatiftipe STAD dan GI adalah:
1. Penelitian Yuli Irfan Aliurido 2008 yang berjudul Pembelajaran Group Investigation GI Pada Materi Pokok Persamaan dan Fungsi Kuadrat
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa, dengan hasil penelitian menunjukkan pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran GI lebih memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran tradisional Konvensional pada materi pokok persamaan dan fungsi kuadrat.
2. Penelitian Hadi Wiyono 2008 yang berjudul Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Ditinjau Dari
Partisipasi Orangtua Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri se Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 20072008, dengan hasil penelitian
menunjukkan siswa-siswa yang diberikan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa-
siswa yang diberikan metode pembelajaran tradisional.
41 Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti di atas,
terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah model pembelajaran yang digunakan. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan
peneliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI. Sedangkan perbedaannya adalah subyek, materi pokok bahasan, dan perbandingan. Dalam
penelitian ini, subyek yang digunakan peneliti adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMA Negeri se Kabupaten Sragen pada semester II tahun pelajaran 20082009,
materi pokok yang digunakan adalah persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma, dan membandingkan antara dua model pembelajaran baru tersebut.
C. Kerangka Berpikir
Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model
pembelajaran koperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 5 orang siswa secara hiterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja
dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota telah meguasai pelajaran tersebut, kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat
tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
42 Dari tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran koopertaif yang paling sederhana. Dikatakan demikian karena
kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok Trianto, 2007: 56. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe G1 merupakan model
pembelajaran kooperatif yang mencakup konsep penelitian inquiry, pengetahuan knowledge dan dinamika belajar kelompok the dynamics of the learning
group. Pada model ini siswa tidak dituntut untuk menemukan masalah, tetapi lebih dituntut untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah
secara kelompok. Dalam hal ini, masalah sudah direncanakan oleh guru. Atas dasar pemikiran di atas model pembelajaran kooperatif tipe GI
diharapkan dapat menghasilkan pestasi belajar matematika siswa lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Dalam pembelajaran materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma, diperlukan kreativitas agar siswa lebih dapat memahami materi yang
disampaikan oleh guru, serta dapat berpartisipasi aktif dalam proses dalam proses pembelajaran. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, apabila
pada diri siswa terdapat kreativitas yang menyebabkan mereka berbuat sesuatu. Kreativitas
merupakan kemampuan
menginterprestasi pengalaman
dan
43 memecahkan masalah dengan cara baru dan asli dengan berpikir yang divergen,
berpikir yang produktif dan berdaya cipta karena adanya kecen derungan dalam diri seseorang untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi dorongan untuk
berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuannya. Menurut kaum konstruktivis, belajar
merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti yang berupa teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan
dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Dalam
mengembangkan pemikirannya tersebut siswa membutuhkan kreativitas tinggi sehingga dapat dengan mudah menemukan pengetahuan baru yaitu pengetahuan
tentang materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma. Dari uraian di atas, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi besar
kemungkinannya akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kreativitas sedang. Demikian pula
siswa yang mempunyai kreativitas sedang akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah.
Model pembelajaran dan kreativitas adalah faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Jika model pembelajaran STAD dan GI tidak
didukung kreativitas siswa maka hasilnya kurang optimal. Begitu pula sebaliknya, jika siswa mempunyai kreativitas tinggi, tetapi guru tidak memfasilitasi model
pembelajaran yang mendukung maka hasilnya pun kurang optimal. Keduanya harus berjalan bersamaan dan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Dengan demikian
44 pada kategori kreativitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe GI besar kemungkinannya akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tetapi tidak demikian halnya, siswa yang mempunyai kreativitas sedang dan kreativitas
rendah, siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD besar kemungkinannya akan memperoleh prestasi belajar yang
seimbang dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI.
Adapun kerangka berpikir ditunjukkan pada Gambar 2.1. berikut:
Gambar 2.1.
Keterangan : A: Model Pembelajaran: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Model pembelajaran kooperatif tipe GI
B: Kreativitas Belajar: 1. Kategori Tinggi 2. Kategori Sedang
3. Kategori Rendah Y : Prestasi Belajar Matematika
A
B Y
45
D. Hipotesis