Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kita berada pada abad ke-21 yang merupakan era globalisasi. Trend teknologi pada era globalisasi sekarang ini telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dunia pendidikan. Model pembelajaran konvensional yang banyak mewarnai pembelajaran di Indonesia pada saat ini, dirasakan masih terdapat beberapa kekurangan, baik dalam proses pembelajaran ataupun hasil belajar siswa. Untuk menyikapi perkembangan Iptek yang begitu cepat, literasi sains bagi masyarakat akan menjadi kebutuhan yang tak dapat ditunda. Literasi sains sangat penting dalam lapangan pekerjaan. Banyak sekali pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi, membutuhkan tenaga kerja yang dapat belajar, bernalar, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Namun, dalam pembelajaran sains khususnya fisika, perhatian guru untuk mengembangkan literasi siswa sangat kurang. Guru lebih cenderung berorientasi pada materi yang tercantum kurikulum dan soal-soal ujian, tanpa menyentuh aspek keterkaitan antara sains teknologi, dan masyarakat. Sains dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua aspek kehidupan manusia dewasa ini telah tersentuh oleh produk-produk teknologi, yang merupakan penerapan dari konsep- konsep sains. 1 Sains dan teknologi ini memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Masyarakat diharapkan mampu memilih dan mengantisipasi dampak dari penerapan suatu teknologi. Pada masa sekarang pengajaran sains, khususnya fisika di sekolah kurang dikaitkan dengan isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat lingkungan siswa. Pengajaran fisika di sekolah semata-mata berorientasi pada tuntutan 1 Rai Sujanem, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi khusus th. XXXVIII Desember 2005, h. 795. 1 kurikulum yang telah dituangkan di dalam buku teks. Para siswa, belajar fisika hanya untuk keperluan menghadapi ulangan atau ujian dan tidak ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran fisika dirasakan sebagai beban yang harus diingat, dihafal, dipahami dan tidak dirasakan maknanya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, diantaranya Wiseman 1981, Nekhleh 1992, Kirkwood dan Symington 1996, sebagaimana yang terdapat dalam Rusymansyah, menunjukkan bahwa siswa yang dapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan fisika dalam praktek sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika, di samping pendidik yang mengajar terlalu monoton, metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan hanya berpegang pada diktat-diktat atau buku paket saja. 2 Dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, mestinya penyajian materi fisika di sekolah baik SMA ataupun SMP selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan di atas adalah model pembelajaran sains Teknologi Masyarakat STM. Pembelajaran STM merupakan suatu model pembelajaran yang menggabungkan atau tidak memisahkan antara sains, teknologi, dan masyarakat dalam materi IPA. Sains diperkenalkan kepada siswa berupa teori yang sesuai dengan tingkat kelasnya yang dapat diperoleh dari teks book, majalah-majalah ilmiah atau hasil penelitian, sedangkan teknologi dapat didemonstrasikan atau dipraktekkan dalam bentuk dasar-dasar teknologi yang mendasari teknologi sesungguhnya yang dapat dilihat secara langsung dilingkungan sekolah, masyarakat, dijalan dan sebagainya. Sedangkan masyarakat akibat dari pengembangan dan penerapan sains dan teknologi dilapangan yaitu baik untuk 2 Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 Januari 2003, h. 96. produksi di industri industri, pemakaian sehari-hari dalam rumah tangga, kantor- kantor, sekolah-sekolah, di jalan-jalan, dan sebagainya. 3 Pembelajaran STM dalam pembelajaran fisika adalah merupakan perekat yang mempersatukan antara sains fisika, teknologi dan masyarakat Rustum Roy, 1983. Isu sosial dan teknologi di masyarakat merupakan kunci STM Yager, 1992. 4 Isu-isu tersebut dipakai sebagai titik acuan oleh guru untuk merancang dan mengimplementasikan program pembelajaran. Melihat dasar pijakan pengembangan model STM tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika model STM dalam pembelajaran IPA layak dimunculkan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang guru ketika mengajar fisika lebih dari 50 siswa tersebut tidak paham mengenai pelajaran tersebut. Melalui model pembelajaran STM, para siswa belajar fisika dalam konteks pengalaman nyata yang mencakup penerapan sains dan teknologi. Pengetahuan yang dibangun melalui model STM akan ada pada diri siswa sebagai suatu yang nyata, sehingga siswa tahu manfaat belajar fisika dan aplikasi apa saja yang ada di masyarakat ketika belajar fisika. STM merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup menjanjikan untuk memenuhi harapan dan tuntutan di atas. Model pembelajaran ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari Hidayat, 1996. Dengan model STM ini diharapkan siswa memiliki landasan untuk menilai pemanfaatan teknologi baru dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya ditengah derasnya arus pembangunan pada era industrialisasi. Siswa dibiasakan untuk bersikap peduli 3 Adi Sutopo, Pengembangan Model pembelajaran STS untuk siswa SD Sebagai Pendukung Pelaksanaan Kurikulum KBK, Medan: Laporan Penelitian, Universitas Negeri Medan, November 2004, h. 14. 4 Ida Bagus Putu Arnyana, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat STM dalam Pembelajaran Biologi kelas III Cawu 3 SMUN 4 Singaraja, Aneka Widya STKIP, Juli 2000, h.113. akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi susilo,1994. 5 Konsep pada penelitian ini yang dipilih adalah konsep energi, karena merupakan salah satu bahan ajar yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan adanya berbagai macam bentuk energi yang ada di lingkungan siswa, akan memunculkan dan mengungkapkan nilai-nilai yang dimiliki siswa, seperti nilai religi, nilai intelektual dan nilai praktis. Selain dari itu siswa juga dapat merealisasikan sikap langsung dengan lingkungannya, mengingat sudah kurang sadarnya siswa dengan lingkungan sekitarnya, dan juga akan menumbuhkan nilai-nilai yang sudah ada dalam diri siswa. Selain itu juga dalam pembelajaran konsep energi lebih mudah menggali isu yang berkembang di masyarakat saat ini, karena untuk mengkonkritkan hal-hal yang masih abstrak pada konsep energi disebabkan materi energi erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul skripsi yaitu: ”Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar siswa.”

B. Identifikasi Masalah