Tanah pada lahan padi sawah

51 dimanfaatkan sebagai penimbun halaman rumah, tempat pemukiman, bangunan sarana prasarana dan lain sebagainya.

3.3.1. Tanah pada lahan padi sawah

Setelah memahami tentang keadaan kesuburan tanah, petani akan mengelola tanah tersebut untuk di jadikan lahan sawah atau perladangan, tanah yang berawa atau berair dan yang berada disekitar areal irigasi akan dikelola petani menjadi sawah. Sementara tanah yang lumayan jauh dari areal sumber air akan dijadikan perladangan. Seperti di utarakan Pak Tina Harianja berupa; Jolma najolo mangolah tano gabe hauma dung dibereng tano i maraek-raek jala jonok tu aek godang manang dibereng nasida adong haroroni aek ima najonok tu hau nabalga manang adong mata mual na. Molo tano na koring dibahen nasida ma gabe ordang. Orang dulu banyak mengolah tanah menjadi persawahan setelah melihat tanah tersebut berawa dan dekat dengan sungai atau ada mereka lihat sebagai sumber mata air biasanya yang dekat banyak pohon akan memperoleh sumber mata air. Sebaliknya, tanah yang nampak kering atau jauh dari sumber air akan dijadikan perladangan. Petani di Pangaribuan menganggap bahwa semuanya butuh air, tetapi sawah adalah lahan yang tidak bisa kering dengan waktu yang lama dan sangat membutuhkan air, dengan begitu sawah akan lebih mudah dikelola. Tanah yang di dekat dengan sumber air memiliki tingkat kesuburan yang baik dan mengandung banyak air. Keberadaan sawah yang terletak dengan sumber air dapat membantu petani dalam memenuhi kebutuhan air sawah. Dimana sumber-sumber air yang ada seperti sungai, sumber mata air dari pegunungan bisa dikelola petani menjadi sarana irigasi untuk pertanian sawah. Oppung Debora Gultom mengatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara 52 Hauma na adong di Pangaribuan nungga be leleng dijuppai, molo diparate-atehon sude do hauma adong aek godang na adong muse do nadua aek godangna jala adong boddar-boddar jala adong mata mualna. Padok ni oppung najolo sengaja do di bahen jonok tu paraekan asaadong aek tu hauma. Sawah-sawah yang ada di Pangaribuan ini sudah lama keberadaannya, dan jika diperhatikan semua sawah di Pangaribuan selalu terdapat sungai bahkan ada juga sawah yang memiliki dua sungai, juga terdapat anak-anak sungai, dan terdapat mata air, yang sering disebut dengan mata mimir. Menurut nenek moyang, sengaja membuatnya di dekat sumber air semata-mata untuk memenuhi kebutuhan air sawah. Ungkapan di atas menjelaskan bahwa memang semenjak dahulunya areal- areal persawahan yang ada di Pangaribuan berada di sekitar sumber mata air dengan alasan mempermudah dalam pengairan sawah. Tanah yang baik menurut petani Pangaribuan sebagai lahan sawah adalah tanah yang bercampur pasir. Bulir padi akan lebih padat-padat ketika tumbuh di atas tanah yang bercampur pasir. Hal ini menunjukkan bahwa tanah yang baik itu yang bercampur dengan pasir adalah yang dekat dengan gunung dan sungai, dimana petani biasanya akan mempergunakan air di dekat gunung untuk memasukkan pasir gunung ke tengah-tengah sawah petani menyebutnya dengan “mar bur-buri”. Sedangkan tanah sawah yang kurang baik adalah tanah yang terlalu berlumpur, terkadang tanahnya menjadi kurang padat sehingga padi yang ditanam pun kurang bagus dalam artian padinya kurang berkembang dan menguning. Ibu Heni Gultom menjelaskan: Tano namarcappur rihit ima tano nadenggan tu hauma, molo tano nahurang denggan emena pe gabe hurang denggan do manang na sirok-rokon eme nahurang denggan ima eme natubu di napagabbohu nahurang padat tanona sebagian dibahenni durame nabusuk tanonai pe gabe hurang padat. Bahwa tanah yang Universitas Sumatera Utara 53 bercampur pasir adalah tanah sawah yang bagus, sedangkan tanah yang kurang bagus tanaman padi menjadi kurang bagus, atau sirok- rokon, demikian sebutan tanaman padi yang kurang bagus dan yang tumbuh di tanah sawah yang terlalu berlumpur yang menjadikan tanah kurang padat. Hal ini di akibatkan jika rumput dan jerami di benamkan dalam lumpur, rumputnya dan jeraminya akan mengapung inilah yang mengakibatkan tanah kurang padat. Tanah yang tidak baik bagi petani Pangaribuan pada lahan sawah adalah tanah susu. Dimana tanaman padi akan susah berkembang di tanah ini. Tanah susu ini turun dari dasar gunung sehingga tanah akan semakin timbul ke atas. Tanah susu ini bersifat keras dan sulit dicangkul. Seperti penjelasan Oppung Pada Gultom, berupa: Molo tano susu ima tano naso denggan tu eme alani tanoon keras eme pe gabe dang marna magodang. Biasana tanoon dipinggir ni dolok gabe hubahen ma on mata mual mang kolam nagelleng asa adong pabuatan ni aek lao marbasu, mandi, minum dohot naasing nai. Bahwa tanah susu merupakan tanah yang kurang bagus ditanamai padi karena bersifat keras sehingga padi tidak berkembang jika ditanam di atasnya, biasanya tanah susu ini berada dekat di pinggiran gunung atau sawah, hanya pinggirannya saja. Saya menjadikannya sebagai sumber air, atau sering di sebut mata mual, dengan membentuknya seperti kolam kecil. Airnya nanti dijadikan sebagai tempat mandi, minum dan lain sebagainya. Semua keterangan di atas menjelaskan bahwa tanah yang baik untuk lahan pertanian sawah adalah merupakan tanah yang berada di sekitar air supaya mempermudah petani dalam memenuhi kebutuhan sawah. Tanah yang berada di kaki perbukitan pun dapat dijadikan sawah karena mendapatkan sumber air juga, dan baik untuk lahan persawahan, sekalipun tidak dari situ aja air dapat di peroleh, hujan juga menjanjikan bagi sawah Pangaribuan dalam mengelola lahan persawahan. Universitas Sumatera Utara 54

3.4. Pengetahuan Lokal Petani Mengenai Sumber Air