123
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Pengetahuan lokal yang beragam yang dimiliki para petani di Pangaribuan banyak berguna untuk meningkatkan hasil produksi pertanian mereka dan
semakin eratnya hubungan persaudaraan diantara para petani tersebut. Pengetahuan lokal yang ada pada pengelolaan padi sawah yang diwariskan secara
turun temurun di Pangaribuan berasal dari nenek moyang dan diteruskan atau dilanjutkan generasi-generasinya, pengetahuan lokal yang dimiliki petani di
Pangaribuan ini ada juga yang berasal dari pengalaman-pengalaman dan hasil pengamatan mereka.
Kendala sudah pasti ada dalam melakukan setiap pekerjaan, demikian halnya dengan petani di Pangaribuan. Biasanya kendala yang petani hadapi seperti
kurangnya tenaga kerja, modal, hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi, hujan dan angin kencang, serta batu es. Namun dibalik kendala tersebut
petani bisa menanggulanginya melalui pemanfaatan pengetahuan yang mereka miliki serta dengan memaksimalkan usaha yang mereka miliki.
Hingga penelitian ini siap dilaksanakan, pengetahuan lokal di Pangaribuan memang masih mereka terapkan baik yang di wariskan nenek moyang dan di
pertahankan mereka atau yang petani peroleh melalui pengamatan dan pengalaman mereka. Petani mempertahankan pengetahuan lokal tersebut
berfungsi sebagai pedoman petani dalam melakukan kegiatan pertanian padi sawah. Seperti halnya sarappak marsuan menanam serentak suatu kebijakan
Universitas Sumatera Utara
124
yang membantu petani untuk saling menghargai dalam bertani khususnya pengelolaan padi sawah dan tetap menjaga hubungan sosial antar masyarakat di
Pangaribuan. Perkembangan teknologi dan perubahan terhadap musim tidak terlalu
mempengaruhi pengetahuan lokal petani di Pangaribuan. Perkembangan teknologi ini dan perubahan musim hanya mempengaruhi waktu sarappak marsuan, tanpa
merubah nilai dan fungsi yang diwariskan oleh secara turun temurun. Perkembangan teknologi yang berdampak pada perubahan musim, mengakibatkan
pengetahuan lokal petani cenderung mereka rubah kapan waktu pengelolaan padi sawah, seperti di percepatnya penanaman padi. Penggunaan perkembangan alat
bajak yang sudah mulai menggunakan jetor traktor, racun tikus yang digunakan memberantas hama, dan penggunaan pupuk buatan.
Petani di Pangaribuan, memiliki pantangan mengenai hal-hal yang dianggap pantang oleh mereka, berupa tidak boleh ribut menyanyi, tertawa pada
saat pengelolaan sawah dan batang padi tidak boleh tertinggal di sawah dan menduduki beras atau padi yang ada di karung. Arti yang terkandung dalam
kepercayaan petani mengenai hal-hal tabu pantang mampu membantu petani untuk meningkatkan kualitas padi dan supaya terhindar dari bahaya kemalangan
yang akan di terima oleh yang melanggar. Namun dengan masuknya ajaran agama dan perkembangan teknologi yang memberikan hasil yang lebih nyata. Menggeser
dan merubah arti dari hal-hal yang tabu pantang dalam pertanian padi sawah di Pangaribuan. Perubahan arti pantang petani pahami dan sesuaikan dengan
perkembangan dalam hidup mereka. Saat ini petani percaya bahwa pantangan- pantangan tersebut termasuk dalam konteks sebagai pedoman mereka untuk tetap
Universitas Sumatera Utara
125
serius dalam bekerja dan juga menghargai hasil pekerjaan mereka dan juga untuk lebih teliti dalam melakukan suatu pekerjaan dan budaya sopan untuk tidak duduk
di atas makanan. Petani tidak menganggapnya sebagai hal yang gaib atau mistis.
6.2. Saran