24
usaha angkutan berupa Bus ini akan berjalan atau lintas setiap harinya namun pada jam tertentu saja. Yaitu pagi pukul 07.00-011.00 WIB. Sore pukul 04.00-
08.00 WIB. Bus tersebut adalah bus yang berangkat keluar kota dan dalam kota sesuai jam yang ditentukan. Pada hari rabu angkot baru berjalan karena
Pangaribuan hari itu adalah pasar tempat masyarakat Pangaribuan berbelanja, dan sebagian dari masyarakat Pangaribuan menjual hasil pertaniannya. Angkot akan
mangkal di sekitar pasar sesuai tujuan ke desa mana angkot tersebut akan mengantar sewanya, masyarakat tinggal menuju tempat mangkal angkot sesuai
desanya dan diantar sampai depan rumah masing-masing.
2.2. Sejarah Lokasi Penelitian
Sejarah terbentuknya Pangaribuan, pertama kalinya Pangaribuan ditempati marga Pangaribuan, hingga terbentuklah desa Pangaribuan. Namun pada saat ini
desa Pangaribuan tidak ada lagi yang ada adalah kecamatan Pangaribuan, sekalipun marga Pangaribuan sendiri tidak adalagi di Pangaribuan di karenakan,
dahulunya ada tiga marga yaitu keturunan Raja Sonang Gultom yaitu Datu Tabbun Gultom, marga Sormin, dan marga Tambunan Mata Sopiak Tabunan
ketiganya pergi berburu ke hutan. Mereka bertiga melihat seekor burung Igo Gagap yang begitu unik dan memiliki suara yang merdu. Mereka terus menerus
mengikuti burung tersebut. Tanpa disadari mereka bertiga telah berjalan amat jauh namun terus memilih tidak untuk pulang. Tanpa mereka sadari mereka tiba di
sebuah desa yaitu Pangaribuan. Mereka melihat bahwa desa tersebut cocok dijadikan tempat tinggal, dan bermaksud menetap di desa tersebut.
Universitas Sumatera Utara
25
Mereka bertiga tidak lagi menghiraukan burung tersebut, dan memang burung tersebut hilang entah kemana terbangnya tidak pernah muncul lagi.
Ketiganya kembali ke Samosir menjemput keluarga mereka masing-masing dan memilih menetap di desa Pangaribuan tersebut.
Dahulu siapa yang kuat dialah yang berkuasa, prinsip tersebut terjadi di desa Pangaribuan terjadilah konflik antara tiga marga pendatang terhadap marga
Pangaribuan. Konflik tersebut dimenangkan ketiga marga tersebut, sehingga marga Pangaribuan tersingkirkan dan meninggalkan desa Pangaribuan marga
Pangaribuan pada waktu itu mengungsi ke daerah Timur Pangaribuan yaitu Garoga dan menetap disana pada waktu itu. Pada akhirnya terbentuklah
Pangaribuan tiga negeri yaitu, negeri Gultom, negeri Pakpahan dan negeri Sigotom Tambunan ketiga negeri inilah yang disebut kecamatan Pangaribuan
sampai sekarang. Pada kesempatan ini setelah mengulas bagaimana sejarah kecamatan
Pangaribuan sebagai lokasi penelitian saya. Dimana kecamatan Pangaribuan terdiri dari 26 desa. Peneliti akan mengambil sampel yang akan dijadikan sebagai
lokasi penelitian saya diantara ke 26 desa tersebut peneliti memilih desa Batumanumpak. Saya tertarik dengan desa Batumanumpak yang terletak
disebelah selatan. Batumanumpak merupakan salah satu desa yang paling banyak warganya yang mayoritas Gultom, dan desa yang pertama ditempati Datu Tabbun
Gultom yang merupakan pendiri Batumanumpak sendiri. Pada masa penjajahan Belanda Datu Tabbun dan yang lainnya membuat lobang sebagai tempat
persembunyian di atas bukit, yang penuh dengan batu-batuan. Lobang yang dibuat sebagai tempat Persembunyian ditutup dengan batu besar, sehingga desa tersebut
Universitas Sumatera Utara
26
dikenal sebagai “Batu manumpak” yang artinya batu berbalik. Masyarakat setempat sering menyebut bukit tersebut sebagai gunung batu. Setiap orang yang
datang ketempat tersebut tidak dibolehkan bercakap kotor, karena bukit tersebut bukit bersejarah bagi masyarakat setempat dan Datu Tabbun Gultom di kuburkan
di atas bukit tersebut.
2.3. Keadaan Penduduk Pangaribuan 2.3.1. Jumlah Kependudukan