Kesimpulan KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
104
dalam pernikahannya. Sedangkan lima dimensi lain dari variabel kepribadian HEXACO,
yaitu honesty-humility,
emotionality, agreeableness,
conscientiousness, dan opennes to experience tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
forgiveness. Pengaruh
extraversion terhadap forgiveness ini sejalan dengan beberapa penelitian yang mengkorelasikan kepribadian dengan
forgiveness. Pada penelitian McCullough, Bellah, Kilptrick dan Johnson 2001 diketahui bahwa kepribadian
extrversion tidak memiliki kecenderungan untuk menyimpan rasa dendam. Kemudian dalam penelitian Hafnidar 2013 juga diketahui bahwa individu
dengan skor extraversion tinggi memiliki skor forgiveness yang tinggi pula.
Individu dengan skor extraversion tinggi berarti memiliki kepribadian yang
hangat dan emosi yang positif. Extraversion memiliki ciri pribadi yang ramah, hangat dan asertif
Friedman Schustack, 2008 serta cenderung penuh kasih sayang, senang berbicara, dan menyenangkan Feist Feist, 2010. Karakter-karakter yang
dimiliki oleh seorang extraversion cenderung mempermudahnya untuk
memaafkan dan melepas rasa dendam. Hal itu juga dikarenakan dalam kepribadian
extraversion terdapat sikap empati maka individu yang memiliki kepribadian
extraversion dapat memahami dan melihat sudut pandang orang lain yang berbeda dari sudut pandang diri
sendiri dan mencoba untuk mengerti faktor apa saja yang melatarbelakangi perilaku seseorang. Termasuk memahami dan memaklumi perbuatan yang
105
menyakitkan oleh pasangannya mungkin saja diakibatkan salah satunya oleh kesalahannya juga.
Terakhir pengaruh variabel demografi yaitu gender dan usia, dari hasil penelitian ini, dapat diketahui perempuan lebih pemaaf daripada laki-laki
kemudian responden yang termasuk kelompok dewasa madya memiliki skor forgiveness yang lebih tinggi daripada dewasa muda, namun pengaruh ini tidak
signifikan. Berdasarkan yang telah dijelaskan pada Bab 1 mengenai latar belakang
masalah penelitian ini bahwa dalam sebuah pernikahan sangat diperlukan forgiveness untuk melepas emosi negatif, menjaga dan mempertahankan
hubungan serta memperbaiki keadaan. Meskipun forgiveness dalam pernikahan
sangat diperlukan namun kenyataannya sulit untuk melakukannya. Penelitian ini membuktikan bahwa memaafkan bukanlah hal yang mudah karena hampir
setengah responden masih memiliki skor forgiveness yang rendah. Namun
kesulitan untuk memaafkan sebenarnya dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas hubungan, menghargai permintaan maaf pasangan, dan menjadi pribadi
yang lebih terbuka. Forgiveness dalam penikahan merupakan hasil interaksi yang kompleks.
Beberapa penelitian menunjukkan memaafkan berhubungan dengan kebahagian psikologis McCullough et al., 2001, empati McCullough et al., 1997,
permohonan maaf dan perspective taking Takaku et al., 2001, atribusi dan penilaian kekejaman orang yang menyakiti McCullough et al., 2003. Pada sisi
lain, memaafkan merupakan terapi yang efektif dalam kesejahteraan psikologis,