36
sederhana, Aku menyesal. Mengekspresikan penyesalan juga termasuk pengungkapan rasa empati pelaku terhadap pihak yang tersakiti.
2. Mau bertanggung jawab
Mau bertanggung jawab adalah kemampuan bagi individu untuk mengakui kesalahannya dan kesediaan untuk menanggung akibat buruk yang ia
timbulkan. Individu yang dapat bertanggung jawab menunjukan bahwa dirinya tulus untuk meminta maaf dan layak untuk dimaafkan.
3. Melakukan perbaikan
Melakukan perbaikan atau membuat restitusi adalah ketika pihak yang bersalah bertanya: Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat keadaan
ini membaik?. Membuat restitusi membutuhkan komunikasi dua arah, pihak yang bersalah harus mendapat jawaban dan arahan dari pihak yang
disakiti untuk melakukan perbaikan. 4.
Berjanji tidak mengulangi lagi Tidak mengulangi lagi benar-benar bertobat adalah ketika individu yang
melakukan pelanggaran tersebut melakukan usaha terbaik untuk mengubah perilaku mereka. Pertobatan meliputi rasa menyesal yang dapat
mengubah pikiran seseorang yang kemudian menjadi itikad baik untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
5. Meminta maaf
Yang terakhir adalah meminta maaf, yaitu setelah seseorang mampu untuk mengakui kesalahannya, menanggung akibat, melakukan perbaikan dan
37
berusaha tidak mengulangi lagi. Pihak yang bersalah memohon agar diberikan maaf oleh pihak yang tersakiti.
Seperti halnya forgiveness, apology juga sangatlah penting. Memaafkan
membutuhkan kelengkapan dalam pikiran, perasaan dan tingkah laku, demikian pula
apology. Apology yang dilakukan oleh pihak yang bersalah akan dilihat dan dinilai oleh pihak yang tersakiti sebagai bentuk empati dan ketulusan yang dapat
dipercaya sehingga pihak yang tersakiti merasa layak untuk memberikan maaf.
2.5.3. Pengukuran Apology
Pengukuran apology dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa item-item
yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek yang dijabarkan oleh Chapman dan Thomas 2006. Aspek yang ada sebanyak lima dimensi yaitu, penyesalan,
kemauan bertanggung jawab, kemauan memperbaikai keadaan, tidak megulangi kesalahan yang sama dan meminta maaf. Kemudian berdasarkan aspek-aspek
tersebut peneliti menyusun item sebanyak sepuluh butir. Alat ukur ini digunakan untuk merangkum penilaian atau laporan individu mengenai
apology yang dilakukan pasangannya.
2.6. Kepribadian
2.6.1. Definisi Kepribadian
Eysenck dalam Alwisol, 2009 mendefinisikan kepribadian sebagai keseluruhan dari pola perilaku yang aktual atau potensial pada mahluk hidup. Kepribadian
ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan yang berasal dan berkembang melalui interaksi fungsional dari empat faktor utama yaitu faktor kognitif
38
kecerdasan, faktor konatif karakter, faktor afektif temperamen dan faktor somatik konstitusi.
Pervin dalam Mischel, Shoda Smith, 2003 menjelaskan kepribadian adalah organisasi yang kompleks dari kognisi, efek, dan perilaku yang
memberikan arah dan pola koheren untuk kehidupan seseorang. Seperti tubuh, kepribadian terdiri dari kedua struktur dan proses dan mencerminkan sifat gen
dan nature pengalaman. Selain itu, kepribadian termasuk efek dari masa lalu,
memori tentang masa lalu, serta konstruksi masa kini dan masa depan. Selanjutnya definisi kepribadian menurut Allport dalam Mischel et al.,
2003 adalah organisasi dinamis yang terdapat di dalam individu atas sistem- sistem psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap
lingkungannya. Berdasarkan berbagai definisi kepribadian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa sebuah pola yang menetap konsisten berkaitan dengan bagaimana individu mempresepsikan dan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya dalam
berbagai konteks.
2.6.2. Definisi Kepribadian Model HEXACO
Kepribadian model HEXACO merupakan alternatif dari Big-Five Factors. Model baru ini konsisten saat diujikan lintas budaya. klasifikasi kepribadian HEXACO
dibagi menjadi enam dimensi yaitu honesty-humility H, emotionality E,
extraversion X, agreeableness A, conscientiousness C, dan openness to experience O Ashton Lee, 2007.