19 bahwa ibu dengan paritas rendah mempunyai peluang 2,4 kali
untuk  menggunakan  tenaga  kesehatan  sebagai  penolong persalinan.
3. Status Perkawinan
Berdasarkan  UU  No.1  tahun  1974,  perkawinan  ialah ikatan  lahir  bathin  antara  seorang  pria  dengan  seorang  wanita
sebagai  suami  isteri  dengan  tujuan  membentuk  keluarga rumah
tangga  yang  bahagia  dan  kekal  berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Status  perkawinan  merupakan  salah  satu  faktor  yang dapat
mempengaruhi seseorang
untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan, termasuk penolong persalinan.
B. Karakteristik Struktur Sosial 1. Pendidikan
Berdasarkan  UU  RI  Nomor  20  Tahun  2003,  pendidikan adalah  usaha  sadar  dan  terencana  untuk  mewujudkan  suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan  potensi  dirinya  untuk    memiliki    kekuatan
spiritual    keagamaan,    pengendalian    diri,    kepribadian, kecerdasan,    akhlak    mulia,    serta    keterampilan    yang
diperlukan  dirinya,  masyarakat, bangsa dan negara Republik Indonesia, 2003.
20 Pendidikan
merupakan faktor
utama yang
memepengaruhi  individu  dalam  hal pengetahuan,  sikap  dan perilaku.  Pendidikan  merupakan  indikator  penting  yang  dapat
menggambarkan  modal  sosial  dari  sumber  daya  manusia  dan hasil  pembangunan  sosial  ekonomi BPS,  2013. Pendidikan
berarti bimbingan yang diberikan kepada seseorang pada orang lain  agar  mereka  dapat  memahami.  Semakin  tingginya
pendidikan  seseorang  semakin  mudah  pula  mereka  menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang
mereka miliki Mubarak,dkk, 2007. Wanita  yang  mempunyai  pendidikan  tinggi  cenderung
mempunyai  pengetahuan  dan  kesadaran  tentang  manfaat  dari pelayanan kehamilan dan komplikasi kehamilan. Wanita  yang
memiliki  pendidikan  tinggi  lebih  memilih  menggunakan pelayanan modern daripada wanita dengan pendidikan rendah.
Pendidikan  juga  dapat  membantu  mereka  mengambil keputusan  untuk  menangani  kesehatan  mereka,  termasuk
dalam  pengambilan  keputusan  memilih  penolong  persalinan Assfaw, 2010.
Berdasarkan  Peraturan  Pemerintah  No  47  Tahun  2008 tentang  wajib  belajar,  pendidikan  seseorang  rendah  apabila
hanya  tamat  sampai  Sekolah  Menengah  Pertama  atau pendidikan setingkat lainnya ke bawah. Sedangkan pendidikan
21 tinggi  adalah  seseorang  dengan  pendidikan  sampai  Sekolah
Menegah Atas atau setingkat lainnya keatas. Berdasarkan  hasil  penelitian  Simanjuntak  2012  dan
Amalia  2011,  terdapat  hubungan  antara  pendidikan  ibu dengan  pemilihan  penolong  persalinan.  Ibu  yang  memiliki
pendidikan  tinggi  lebih  memilih  menggunakan  tenaga kesehatannya daripada ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian  yang dilakukan Jat dkk 2011 yang  dilakukan  di  India,  didapatkan  bahwa  ibu  dengan
pendidikan  lebih  tinggi  memiliki  2,35  kali  kesempatan  untuk memilih  tenaga  kesehatan  sebagai  penolong  persalinannya,
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan rendah. Selain  pendidikan  ibu,  pendidikan  suami  atau  pasangan
juga  mempunyai  pengaruh  terhadap  pemilihan  penolong persalinan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dagne
2010 di Ethiopia, menyebutkan bahwa wanita  dengan suami atau pasangan yang mempunyai pendidikan tinggi mempunyai
peluang 2,2 kali untuk menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya.
2. Status Pekerjaan