Umur Ibu Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Penggunaan Penolong Persalinan

79 pedalaman dan daerah terpencil, hal ini dipengaruhi oleh wilayah Papua yang juga termasuk pegunungan dengan jarak tempat tinggal yang jauh dari pelayanan kesehatan. Ibu yang berada di daerah perkotaan akan lebih mudah untuk mengakses pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan ketersediaan tenaga dan fasilitas masih berpusat di daerah pekotaan.

6.3 Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Penggunaan Penolong Persalinan

Menurut Andersen dan Newman 2005, dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor kebutuhan. Dijelaskan bahwa ketiga faktor ini dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk menentukan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, hal ini termasuk juga dalam keputusan ibu untuk menggunakan penolong persalinan untuk membantu ibu pada saat melahirkan. Adapun faktor predisposisi yang dimaksud adalah umur ibu, paritas, status perkawinan, pendidikan ibu, pendidikan suami, status pekerjaan ibu dan status pekerjaan suami. Gambaran faktor predisposisi ini akan dijabarkan sebagai berikut:

6.3.1 Umur Ibu

Berdasarkan hasil uji statistik didapat Pvalue sebesar 0,324, yang artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan penggunaan penolong persalinan. Umur merupakan salah satu faktor demografi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Umur ibu melahirkan juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan 80 terjadinya komplikasi persalinan yang dapat berujung pada kematian ibu. Umur ibu yang ideal untuk melahirkan adalah 20-35 tahun, ini disebut juga dengan usia reproduksi sehat. Wanita yang melahirkan di bawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun akan mempunyai resiko yang tinggi baik pada ibu maupun bayi Kemenkes, 2011. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa penggunaan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan lebih tinggi pada ibu dengan kelompok umur 20 tahun yaitu 62,8, kelompok umur ibu yang melakukan persalinan tanpa penolong paling tinggi berada pada kelompok umur 20-34 tahun yaitu 2,2. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bashar 2012 di Kenya, Simanjuntak dkk 2012 di Tapanuli Utara dan Assfaw 2010 di Distrik Samre Saharti, Tigray, Ethiopia. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan penggunaan penolong persalinan. Umur ibu yang lebih tua memiliki resiko terjadinya komplikasi saat melahirkan, keadaan ini dapat mendukung ibu untuk menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya. Hal ini dapat dimungkinkan karena perasaan khawatir ibu terhadap keadaan yang dapat mengancam kesehatan ibu. Persepsi seseorang terhadap kerentanan dan keparahan suatu penyakit atau gejala yang mengancam akan mempengaruhi seseorang bertindak untuk melakukan pengobatan atau pencegahan Rosenstock,dkk, 1988. Hasil penelitian ini diketahui bahwa umur ibu yang lebih tua 35-49 81 tahun lebih tinggi menggunakan bukan tenaga kesehatan untuk penolong persalinannya sebesar 54,8. Tingginya penggunaan penolong persalinan oleh ibu yang melahirkan pada kelompok umur 35-49 tahun ini, dapat dipengaruhi pula oleh kurangnya pengetahuan ibu terhadap penolong persalinan serta kurangnya pengetahuan kesehatan tentang resiko terjadinya komplikasi jika melahirkan pada umur yang terlalu tua. Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat kejadian yang pernah di alami baik sengaja maupun tidak sengaja Mubarak, dkk; 2007. Pengetahuan seperti ini dapat diperoleh ibu melalui pengalaman saat melakukan proses persalinan sebelumnya. Pengalaman yang baik akan mendukung membentuk sikap positif ibu. Selain umur yang terlalu tua, umur terlalu muda juga mempunyai resiko terjadinya komplikasi saat melahirkan, hal ini dapat dikarenakan keadaan ibu yang belum siap untuk melakukan proses persalinan. ibu yang terlalu muda untuk melahirkan membutuhkan penolong persalinan yang terampil dan kompeten untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan dapat melakukan penanganan yang tepat jika terjadi komplikasi. Akan tetapi, berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa 62,8 melakukan persalinan dengan penolong bukan tenaga kesehatan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur ibu lainnya. Semakin bertambahnya umur seseorang, maka dapat terlihat taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa Mubarak, 2007. Keputusan seseorang akan berbeda pada umur yang muda dan umur yang lebih tua. Umur 82 yang lebih tua akan mengambil keputusan setelah mempelajari masalah tersebut dengan lebih teliti dan menilai kualitas keputusan tersebut dibandingkan pada seseorang dengan umur yang lebih muda Lizárraga, dkk., 2007. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa umur ibu 20-34 tahun menggunakan tenaga kesehatan sebesar 48,7 dan ibu dengan umur 35-49 tahun 43,5, angka ini lebih tinggi di banding ibu dengan umur 20 tahun 37,2. Meski hasil tersebut menunjukkan penggunaan tenaga kesehatan tinggi, akan tetapi hasil yang diperoleh untuk penggunaan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan hasil tersebut. Masih tingginya penggunaan penolong persalinan oleh bukan tenaga kesehatan ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang persalinan yang aman. Lingkungan sekitar dan pengalaman ibu juga turut mempengaruhi keputusan ibu untuk menggunakan penolong persalinan, dimana pengalaman juga bertambah seiring dengan umur ibu. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Arung 2013 di Toraja Utara, bahwa ibu yang menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya lebih banyak pada kelompok ibu yang lebih muda dibandingkan dengan kelompok umur ibu yang lebih tua, hal ini dikarenakan ibu yang lebih muda memungkinkan untuk menjaga keamanan dan keselamatan dalam proses persalinan. Amano dkk 2012 menyatakan bahwa ibu dengan umur 20 tahun 6 kali lebih memilih melahirkan di fasilitas kesehatan dari pada ibu yang lebih tua. Pernyataan ini tidak sejalan dengan hasil yang didapat, dimana dalam penelitian ini diketahui bahwa ibu dengan umur 20 tahun lebih banyak 83 menggunakan bukan penolong persalinan dan lebih rendah dalam penggunaan tenaga kesehatan. Pada penelitian ini diketahui bahwa penggunaan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah pada semua kelompok umur ibu. Untuk meningkatkan penggunaan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan pemberian pendidikanpengetahuan kesehatan tidak hanya diberikan pada ibu hamil saja, melainkan kepada anggota kelurga lainnya seperti suami, ibu kandung bahkan ibu mertua, agar memiliki pemahaman yang sama terhadap pentingnya penggunaan tenaga kesehatan pada saat proses persalinan. Selain itu, masih tingginya penggunaan bukan tenaga kesehatan untuk menolong proses persalinan di kalangan ibu-ibu semua umur, maka perlunya ada pendampingan dari petugas kesehatan setempat, untuk mengantisipasi bila terjadi komplikasi sekaligus upaya untuk menurunkan angka kematian ibu di Provinsi Papua.

6.3.2 Paritas