Faktor Kebutuhan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Penolong Persalinan

28 diketahui bahwa terdapat hubungan antara biaya persalinan dengan pemanfaatan penolong persalinan.

6. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan dalam memilih penolong persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak, dkk pada tahun 2012 di Tapanuli Utara, diketahui bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan penolong persalinan.

2.3.3 Faktor Kebutuhan

Faktor kebutuhan need merupakan faktor langsung yang mempengaruhi individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Fosu 1994 Faktor kebutuhan menggambarkan status kesehatan yang dirasakan seseorang Chakraborty, dkk., 2003. Faktor kebutuhan terdiri dari dua komponen yaitu perceive dan evaluated. Perceive need merupakan suatu keadaan yang dirasakan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi dalam pencarian pelayanan kesehatan. Menurut Andersen 2008 yang termasuk dalam perceive need adalah kematian, kesakitan dan tingkat kecacatan. Menurut Phillip 1990 dalam bukunya yang berjudul Health and Healthcare in Third World menyatakan bahwa faktor need bagi wanita hamil berbeda dengan orang sakit, tanggapan terhadap kesehatan kehamilan, kesakitan dan komplikasi kehamilan termasuk dalam kelompok ini Holst, 2014. Komplikasi kehamilan merupakan salah satu faktor 29 yang berhubungan langsung terhadap kematian ibu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Auliasih, dkk 2013 yang dilakukan di Sulawesi Selatan, diketahui bahwa ibu yang pernah mengalami komplikasi kehamilan lebih memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya. Evaluated need menggambarkan pendapat tenaga kesehatan terkait status kesehatan dan kebutuhan mereka terhadap pelayanan kesehatan Andersen, 1995. Keterlibatan tenaga kesehatan dalam keputusan ibu hamil untuk menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dapat terjadi saat ibu melakukan kunjungan pelayanan antenatal untuk pemeriksaan kehamilannya. Menurut WHO 2010, pelayanan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim Ritonga, 2013. Tujuan dari usaha pelayanan antenatal adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu serta tumbuh kembang bayi, juga untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu Jekti Mutiatikum, 2011. Pelayanan antenatal dapat memberikan kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi secara spesifik tentang masalah kehamilannya, yang dapat juga mempengaruhi ibu membuat keputusan untuk persalinannya Lelei, dkk.,2013. Ibu yang melakukan kunjungan antenatal memiliki kesempatan untuk menerima pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan komplikasi kehamilan. 30 Selain itu, mereka juga dapat menerima informasi tentang manfaat melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dan mampu merencanakan persalinan yang aman, sehingga ibu yang melakukan kunjungan antenatal lebih cenderung memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Pelayanan antenatal terdiri dari kunjungan pertama K1, yaitu kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi. Kunjungan ke-4 K4 yaitu kunjungan ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: minimal satu kali pada trismester I 0-12 minggu, minimal satu kali pada trismester ke-2 12-24 minggu, dan minimal 2 kali pada trismester ke-3 24 minggu sampai dengan kelahiran Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2012. Berdasarkan uraian tersebut, maka kunjungan ke pelayanan antenatal paling sedikit dilakukan sebanyak 4 kali. Kunjungan pelayanan antenatal memberikan pengaruh kepada ibu hamil untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya, baik di fasilitas kesehatan maupun dirumah USAID, 2007. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Jekti Mutiatikum 2011, ibu yang sering melakukan kunjungan terhadap pelayanan antenatal, lebih cenderung memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan di bandingkan dengan ibu yang tidak patuh mengunjungi pelayanan antenatal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Choulagai, dkk 2013 yang dilakukan di Nepal, diketahui bahwa ibu 31 yang setidaknya menyelesaikan kunjungan antenatal sebanyak 4 kali atau lebih, memiliki peluang sebesar 2,4 kali untuk menggunakan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan.

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori ini disusun berdasarkan The Behavioral Model Of Health Service Use Andersen tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dan dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan dan diketahui berpengaruh dalam pemilihan penolong persalinan. Faktor-faktor yang mempenaruhi pemilihan penolong persalinan ini dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor kebutuhan. Kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: