Paritas Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Penggunaan Penolong Persalinan

83 menggunakan bukan penolong persalinan dan lebih rendah dalam penggunaan tenaga kesehatan. Pada penelitian ini diketahui bahwa penggunaan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah pada semua kelompok umur ibu. Untuk meningkatkan penggunaan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan pemberian pendidikanpengetahuan kesehatan tidak hanya diberikan pada ibu hamil saja, melainkan kepada anggota kelurga lainnya seperti suami, ibu kandung bahkan ibu mertua, agar memiliki pemahaman yang sama terhadap pentingnya penggunaan tenaga kesehatan pada saat proses persalinan. Selain itu, masih tingginya penggunaan bukan tenaga kesehatan untuk menolong proses persalinan di kalangan ibu-ibu semua umur, maka perlunya ada pendampingan dari petugas kesehatan setempat, untuk mengantisipasi bila terjadi komplikasi sekaligus upaya untuk menurunkan angka kematian ibu di Provinsi Papua.

6.3.2 Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik hidup maupun mati, namun bukan aborsi. Semakin banyaknya jumlah anak yang pernah dilahirkan akan menambah pengalaman ibu dalam proses melahirkan, sehingga mempengaruhi untuk mengambil keputusan dalam penggunaan tenaga penolong persalinan. Hasil analisis didapatkan Pvalue sebesar 0,000 84 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan penggunaan penolong persalinan. Menurut McCarthy and Deborah 1992 disebutkan bahwa paritas merupakan salah satu status reproduksi wanita yang termasuk dalam faktor lanjutan yang mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehamilan dan kesakitan atau kematian ibu. Menurut Kementerian kesehatan 2011, paritas dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu paritas dikategorikan rendah apabila ibu melahirkan kurang atau sama dengan 3 kali kelahiran, sedangkan paritas tinggi yaitu apabila ibu melahirkan lebih dari 3 kali kelahiran. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ibu yang memiliki paritas lebih dari enam 6+ sebanyak 4,3 ibu, sedangkan ibu yang memiliki paritas 4-5 sebanyak 14,1 ibu. Semakin tingginya paritas ibu, maka semakin besar peluang mengalami komplikasi kehamilan. Menurut Manuaba, wanita dengan paritas tinggi menghadapi resiko perdarahan akibat atonia uteri yang semakin meningkat karena terjadinya perubahan serabut otot menjadi jaringan pada uterus. Hal ini dapat menurunkan kemampuan uterus dalam berkontraksi sehingga sulit untuk melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang terbuka setelah melepaskan plasenta Yenita, 2011. Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa ibu dengan paritas 6+ menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu sebesar 63,8 ibu menggunakan bukan tenaga kesehatan. Kelompok paritas lain yang menggunakan bukan tenaga kesehatan tinggi kedua yaitu ibu dengan paritas 4- 85 5 sebesar 53,7 ibu. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu yang memiliki paritas tinggi lebih banyak menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan. Selain itu, berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa ibu dengan paritas 6+ paling banyak berada pada kelompok ibu 34-49 tahun. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan umur tua dan mempunyai paritas tinggi memiliki resiko komplikasi kehamilan lebih tinggi. Tingginya penggunaan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan oleh ibu dengan paritas tinggi ini dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman ibu dalam proses persalinan. Ibu yang berada pada paritas lebih dari tiga memiliki pengalaman melahirkan yang lebih banyak dibandingkan ibu yang berada pada paritas kurang dari tiga. Pengalaman ibu dalam proses persalinan ini dapat mempengaruhi ibu untuk memutuskan dalam penggunaan penolong persalinan. Menurut Mubarak, dkk 2007 pengalaman merupakan kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman merupakan proses yang dapat merubah sikap seseorang. Oleh karena itu, pengalaman yang lebih banyak pada ibu dengan paritas tinggi dalam proses persalinan dapat mengurangi perasaan takut dan khawatir ibu pada saat melahirkan, dibandingkan dengan ibu yang paritas rendah dan masih kurang berpengalaman. Pengalaman ibu menggunakan penolong persalinan juga dapat menimbulkan kepercayaan pada penolong persalinan tersebut. Ibu yang yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan pada persalinan sebelumnya dengan tidak mengalami masalah saat persalinan, memiliki kemungkinan untuk 86 menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan pada persalinan berikutnya. Kepercayaan ibu terhadap penggunaan penolong persalinan dapat dipengaruhi pula oleh pengetahuan ibu. Menurut Andersen 1968, pengetahuan terhadap suatu penyakit dapat menimbulkan kepercayaan kesehatan seseorang. Pengetahuan ibu yang kurang atau tidak memiliki pengetahuan tentang paritas dan kesehatan reproduksi, dapat memungkinkan ibu untuk menggunakan penolong persalinan yang salah dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan tentang paritas. Ibu yang tidak mengetahui bahaya dari paritas tinggi dalam kehamilan dan persalinan cenderung memiliki rasa takut yang sedikit dan tidak ragu untuk menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan. Pengalaman ibu dalam persalinan yang didukung dengan rendahnya pengetahuan inilah yang dapat menyebabkan masih tingginya ibu yang menggunakan bukan tenaga kesehatan untuk proses persalinannya. beberapa penelitian lain yang juga sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu Jat dkk 2011 di India, dan Bashar 2012 di Bangladesh, diketahui terdapat hubungan antara paritas dengan penggunaan penolong persalinan. Penelitian lain yang dilakukan Mekonenn Mekonenn 2002 di Ethiopia, menunjukkan bahwa wanita dengan anak lebih dari satu memiliki 50 kemungkinan lebih kecil untuk menggunakan tenaga kesehatan untuk menolong persalinannya. Informasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi wanita sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan ibu tentang paritas dan penggunaan penolong persalinan yang tepat. Pendidikan kesehatan juga 87 diberikan untuk merubah sikap ibu terhadap penolong persalinan. Kemitraan antara tenaga kesehatan dan penolong persalinan tradisional juga perlu ditingkatkan, mengingat masih tingginya ibu dengan paritas tinggi yang menggunakan menggunakan bukan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya.

6.3.3 Status Perkawinan