341
belum bisa. Kami juga belum fasih berbicara walau pun kami memahami teks pelajaran. Benar sekali
kami memahami pelajaran tetapi kata-kata kerja bahasa
Portugis banyak
sekali sehingga
menyulitkan kami. Maka dikatakan bahasa Portugis masih sulit untuk kami. Karena bahasa
Portugis masih sulit maka buku mata pelajaran ditulis dengan dwi bahasa yaitu bahasa Portugis
dan bahasa Tétum agar bisa mempermudah guru apabila guru tidak memahami pelajaran dalam
bahasa Portugis. 5.
P: Bagaimanakah cara yang harus ditempuh agar
suatu saat nanti ibu dan semua guru lain bisa fasih berbahasa Portugis?
G: Caranya adalah dengan terus melatih bibir kita
untuk berbahasa Portugis dengan teman sesama guru dan dengan siswa tetapi kebiasaan kami
selalu berbahasa
Tétum sehingga
sudah membiasakan untuk menggunakan bahasa Tétum.
6.
P: Untuk melatih bibir ini, apakah perlu motivasi
dari orang lain ataukah bisa dari pribadi kita sendiri?
G: Kita membutuhkan bantuan orang lain untuk
mengarahkan kita tetapi kita harus berusaha sendiri melatih bibir kita dengan anak-anak kita,
sesama kita.
342
7.
P: Berarti ibu bisa melatih sendiri bibir ibu, tetapi
mengapa selama ini ibu belum melakukannya sampai belum bisa fasih berbahasa Portugis?
G: Saya bukan tidak melakukan, saya melakukan
tetapi kadang-kadang karena pada umumnya semua teman berbahasa Tétum. Jadi kalau
mereka sudah mulai berbahasa Tétum saya pun turut berbahasa Tétum. Tetapi seandainya ada
aturan yang mengharuskan guru berbahasa Portugis saya akan berbahasa Portugis.
8.
P: Apakah perlu suatu peraturan yang
mengharuskan guru berbahasa Portugis?
G: Ya, perlu ada peraturan dari kementerian
pendidikan yang mengatakan bahwa mau tidak mau semua guru harus berbahasa Portugis selama
berada di lingkungan sekolah, dalam suatu rapat hendaknya berbahasa Portugis walau pun salah
tetapi untuk melatih bibir kita harus mencoba. Tetapi kenyataan yang terjadi justru memberikan
kebebasan kepada
guru, siapa
yang mau berbahasa Portugis oke, tetapi tidak mau
berbahasa Portugis pun juga tidak paksa. Akhirnya kami sudah terbiasa dengan bahasa
Tétum, kami semua berbahasa Tétum. Dengan siswa pun kami tidak berbahasa Portugis, coba
kalau di dalam kelas semua guru diharuskan
343
berbahasa Portugis,
kami akan
saling mempengaruhi untuk berbahasa Portugis tetapi
kenyataan bukan begitu. Termasuk pada saat kami mengikuti kursus bahasa Portugis, kalau
kami ditatar oleh orang Portugal kami berbahasa Portugis tetapi kalau dilatih oleh instruktor Timor-
Leste, dikatakan kami belajar bahasa Portugis tetapi kami berbahasa Tétum, tidak berbahasa
Portugis. Kalau kita bandingkan dengan waktu kita masih sekolah dulu, jaman Indonesia bahasa
Indonesia itu gampang tetapi dipraktekkan di mana-mana termasuk tante-tante di pasar pun
berbahasa Indonesia. Sedangkan bahasa Portugis itu sulit tetapi juga tidak mau dipraktekkan
akhirnya menjadi sulit bagi kami semua guru. 9.
P: Dengan keadaan seperti ini, apakah suatu saat