4. Penangkapan dan Pertobatan Ahmad Mushaddeq

untuk tidak melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap para pengikut aliran Al-Qiyadah. Jika massa tetap main hakim sendiri, bisa jadi nantinya malah akan menimbulkan persoalan hukum yang baru. 16 Alasan Mushaddeq untuk menyerahkan diri pun karena dia tahu, dirinya dicari petugas kepolisian. Ia mengetahui hal ini dari berbagai media. Dari media pun Mushaddeq melihat reaksi umat Islam yang merasa terganggu dengan ajaran Al-Qiyadah. Mushaddeq dan para pengikutnya itu lantas menjalani pemeriksaan intensif di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Selain memeriksa Mushaddeq, Kapolda Metro Jaya juga telah memeriksa isterinya terkait dengan aliran itu. Esoknya, masyarakat menyaksikan via televisi bagaimana Ahmad Mushaddeq, sang rasul itu, muncul di kantor Polisi dengan memakai kemeja lengan panjang warna hitam dan tangan terborgol di belakang. Tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Menurut KH. Said Aqil Siradj PBNU yang mengajak Mushaddeq untuk berdialog dan bertobat setelah pemimpin Al-Qiyadah ini ditangkap polisi, memang tidak mudah paradigma Ahmad Mushaddeq. Tiga tokoh Islam kharismatik yaitu KH. Agus Miftah, KH. Said Aqil Siradj, dan Prof. KH. Bachtiar Ali membutuhkan waktu dua hari untuk berdiskusi dan berdebat, agar pemikiran Mushaddeq dapat dijernihkan dan kembali kepada ajaran Islam yang sesungguhnya. 16 Ibid., h. 51-52. 70 Ketiga ulama itu pulalah yang akhirnya bisa meluluhkan sikap Mushaddeq, yang menganggap dirinya sebagai nabi baru. Mushaddeq secara jujur mengakui kesalahannya, walau awalnya dia tetap meyakini dirinya sebagai nabi. Secara perlahan-lahan, ketiga tokoh Islam tersebut memberi masukan, bahwa apa yang diyakininya bertentangan dengan keyakinan umat Islam yang sudah diyakini selama 14 abad lalu. Said Aqil mengakui bahwa perdebatan dirinya dan kawan-kawan dengan Mushaddeq benar-benar alot. Bahkan, meski sudah didebat, Mushaddeq tetap menyatakan dirinya sebagai Al-Masih Al-Maw’ud yang ditunggu-tunggu, karena akan menyelamatkan dunia. Mushaddeq juga sempat berulang kali mengatakan bahwa shalat lima waktu tidak perlu dilakukan, selama maksiat, muqaroh, korupsi, manipulasi, zina, judi dan narkoba masih berjalan. Menariknya lagi, Mushaddeq menolak fatwa MUI yang menyatakan bahwa ajaran alirannya sebagai ajaran sesat. Menurutnya, ia tidak membawa agama baru, melainkan hanya menggenapkan nubuwah Allah dalam Al-Qur’an. Ia percaya bahwa apa yang dilakukannya sama dengan ketika Nabi Muhammad SAW melengkapi ajaran Nabi Isa AS. dan Musa AS. Bagi Mushaddeq, nilai-nilai agama yang ia ajarkan kepada para peserta pengajian Al-Qiyadah Al-Islamiyah adalah benar. Ajaran dari Kristen ataupun Islam itu tidak salah. Keduanya merupakan penyempurnaan dari ajaran sebelumnya yang wariskan Musa melalui Kitab Taurat dan Zabur. 71 Pengertian itu membawa kepada prinsip, bahwa saat ini merupakan periode Mekkah dan bukan Periode Madinah, sehingga jamaah Al-Qiyadah tidak perlu melakukan shalat lima waktu, berpuasa, naik haji, dan bahkan menghormati orang tua. 17 Ketua Tanfidziyah PBNU. KH. Said Aqil Siradj mengungkapkan, cukup sulit menghadapi Mushaddeq, sehingga membutuhkan waktu dua hari untuk melulhkannya dan khirnya luluh juga. Mushaddeq itu menguasi Al-Qur’an dan Hadits dan ilmu agamanya memang tinggi. 18 Setelah itu, pada tanggal 9 November 2007 di kantor Polda Metro Jaya, Jakarta pimpinan aliran Al-Qiayadah Al-Islamiyah, Ahmad Musaddeq duduk di depan forum yang disesaki oleh wartawan menyatakan bertobat. Acara ini dipandu oleh pakar ilmu telekomunikasi, Dr. Bachtiar Ali, dan dihadiri oleh sejumlah tokoh MUI serta Nahdatul Ulama, seperti Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, KH, Agus Miftah, dan H. Amidhan. Hari itu, Mushaddeq mencabut gelar kerasulannya setelah menyatakan bertobat. Demikian ia berkata : 19 ”Saya mencabut pernyataan saya, bahwa diri saya sebagai nabi dan rasul Allah. Saya menyatakan, saya adalah manusia biasa, Ana Basyaru Mislukum. Saya ini seorang penyampai risalah Allah dan Rasul-Nya, seorang da’i atau mubaligh.Saya percaya bahwa agama yang hak di sisi Allah adalah Islam. Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya. Khataman nabiyyin menjadi Ijma’ para ulama dan umat Islam. Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. Saya mendapat penjelasan dan menyadari ijma’ ini. Saya percaya kepada Rukun Iman. Saya percaya tidak ada Tuhan yang wajib disembah dan 17 Ahmad Mushaddeq, op.cit., h. 183. 18 Nasrun Koharuddin, op.cit., h. 34-35. 19 Ibid., h. 57. 72 diibadahi selain Allah. Saya pun percaya kepada Malaikat Allah, kepada Kitab Allah, Rasul-rasul Allah, dan percaya kepada hari Kiamat, serta Qadha dan Qadhar. Saya menyakini Rukun Islam yang berjumlah lima butir. Pertama syahadat, shalat lima waktu, puasa ramadhan, menunaikan zakat, dan naik haji bagi yang mampu. Saya menyerukan kepada seluruh jamaah untuk tetap tenang dan melakukan taubat nasuha dan menaati hukum yang berlaku. Saya berharap seluruh umat Islam memaafkan saya dan seluruh jamaah saya yang selama ini meresahkan dan dapatlah kiranya menerima kami sebagai ikhwan fiddin, atau sebagai saudara dalam keimanan seutuhnya. Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat wal’afiat dan tiada paksaan dari siapa pun.” Proses pertobatan Mushaddeq awalnya berlangsung alot. Namun, tanpa diduga, proses tersebut berlangsung dengan cepat. Sebelum menyatakan taubat, ia melakukan perbincangan dengan ketua PBNU. Said Agil. Ahmad Mushaddeq mengungkapkan bahwa dirinya memutuskan untuk bertobat, setelah berdialog selama dua hari dengan para ulama, yakni dengan Prof. Dr. Said Aqil siradj, Bachtiar Ali, Agus Miftah dan H. Amidhan. Pensiunan PNS ini juga menyatakan bahwa segala pernyataan dalam media massa terkait dirinya adalah tidak valid. 20 Pada kesempatan itu Said Aqil sempat menanyakan langsung kepada Mushaddeq soal rukun Iman dan rukun Islam. Mushaddeq tidak saja mampu menjawab secara urut, tapi juga memberikan penjelasan seperti seseorang yang sedang derdakwah. Bahkan karena keterangannya terlalu panjang, Said meminta agar diperpendek. Mushaddeq menyatakan akan tetap mematuhi hukum positif yang berlaku. Dia pun menegaskan akan terus berdakwah. Dia juga mengaku dirinya tidak akan mempermasalahkan keputusan pemerintah yang melarang aliran Al-Qiayadah Al- 20 A. Yogaswara dan Mualana Ahmad Jalidu, op.cit., h.21. 73 Islamiyah dan siap berdakwah yang benar dengan nama lain. Dia juga sempat mengatakan bahwa berdakwah itu tidak tergantung organisasi, ia akan terus berdakwah sesuai tuntunan MUI. 21 Menurut dia, yang penting adalah tetap berdakwah, tidak tergantung dengan satu nama tersebut. Karena itu, ia mengaku tidak akan melakukan protes atau upaya hukum atas pelarangan AL-Qiyadah. Bahkan Mushaddeq juga menyatakan, tidak akan lagi menyabarkan apa yang telah disampaikan selama ini, yang mengundang protes dari kalangan umat Islam. Ia berapa kali mengucapkan syahadat yang sama dengan ajaran Islam. Juga menyatakan beriman sebagaimana ajaran Islam dan menjalankan rukun iman, sebagaimana yang dijalankan umat Islam pada umumnya. Terkait dengan jamaah yang telah tersebar di sejumlah seluruh wilayah Indonesia, Mushaddeq meminta agar tetap tenang. Dirinya sendiri akan menaati proses hukum yang dijalani sebagai kasus penistaan agama di Polda Metro Jaya. Setelah melakukan tobat dengan membaca dua kalimat syahadat, Ahmad Mushaddeq menghimbau pengikutnya untuk melakukan hal yang sama. Pertobatan serupa juga dilakukan oleh 21 pengikut Al-Qiyadah di Masjid Mapolda Jawa Timur Surabaya. Acara Pertobatan itu disaksikan oleh sekretaris MUI Jatim, KH. Imam Thabrani. Walaupun yang bertobat banyak, namun sejumlah pemimpin Al-Qiayadah Al-Islamiyah di Jatim sudah bertobat lebih dulu, seperti Ali Mustofa selaku Ma’la Tsani wakil ketua Al-Qiyadah Al-Islamiyah 21 Nasrun Koharuddin, op.cit., h. 58. 74 Jawa Timur yang bertobat di Masjid Nurul Huda, Mapolda Jatim pada 9 November 2007. Di wilyah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, sekitar 940 pengikut aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, pada 23 November 2007, menyatakan bertobat dan kembali ke ajaran Islam pernyataan tobat itu mereka melakukan di Masjid Kepolisian Daerah DIY di Jl. Lingkar Utara, Sleman, setelah memperoleh bimbingan dan pengarahan dari ketua MUI KH. Thoha Abdurahman dan Kapolda DIY. Brigjen Pol. Drs. Harry Anwar. Hadir dalam kesempatan itu pimpinan Al-Qiayadah Al-Islamiyah Jateng dan DIY, Budi Tantomo yang memimpin langsung ikrar pernyataan tobat mereka. Dua butir ikrar mereka adalah siap kembali ke ajararan Islam yang benar dan siap membaca syahadat. Seusai menyatakan tobat, para pengikut aliran Al-Qiyadah, yang sebagian besar generasi muda lelaki dan perempuan yang berusia antara 20 hingga 30 tahun, melakukan shalat Ashar berjamaah di Masjid Polda DIY. 22

C. Ajaran-ajaran Aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah

Sebagai gerakan keagamaan yang menganut keyakinan tentang datangnya seorang rasul yang bernama Al-Masih al-Mawud pada masa sekarang, mereka melakukan berbagai bentuk penafsiran terhadap Al-Qur’an tanpa kaidah-kaidah penafsiran yang dibenarkan berdasarkan syariat. Ayat-ayat Al-Qur’an dipelintir 22 Ibid., h. 60-61. 75 sedemikian rupa, agar bisa digunakan sebagai dalil bagi pemahaman-pemahannya yang sesat. Berikut ini adalah berbagai ciri yang terdapat pada aliran Al-Qiyadah Al- Islamiyah: 23 1. Syahadat Baru Lafadz syahadat baru mereka adalah ”Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah, Wa Asyhadu Anna Al-Masih Al-Maw’ud Rasulullah”. 2. Ahmad Mushaddeq, alias Abdul Salam, alias Al-Masih Al-Maw’ud, adalah Nabi baru setelah Muhammad. Ahmad Mushaddeq, sebagai pemimpin utama Al-Qiyadah, memberi gelar untuk dirinya secara ganda. Yaitu Al- Masih dan Nabi baru. Dalam Islam, gelar Al-Masih hanya dimiliki oleh dua orang, yaitu Isa AS dan Dajjal. lihat hadits-hadits yang berkaitan dengan do’a Tasyahud, Dajjal, hari kiamat, dan turunnya Nabi Isa AS pada akhir zaman. Entah dengan keyakinan sebagai apa, Ahmad Mushaddeq menyebut dirnya al-Masih. Mushaddeq juga mengaku sebagai nabi baru setelah Muhammad SAW dari Allah SWT ketika ia bertapa selama 40 hari 40 malam di Gunung Bunder, Bogor. 3. Tidak melaksanakan shalat lima waktu, zakat, puasa, haji dan sebagainya. 4. Saat ini adalah Fase Mekkah Al-Qiyadah Al-Islamiyah berpendapat bahwa kini mereka masih berada dalam fase Mekkah, sehingga mereka hanya fokus dalam mengajarkan 23 Ibid., h. 22-24. 76