4. Jenis-Jenis Tindak Pidana TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA

dirasakan sebagai onrecht, sebagai perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum. b. Pelanggaran adalah “wetsdelikten”, yaitu perbuatan-perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada undang-undang yang menentukan demikian. 2. Delik Formil dan Materiil delik dengan perumusan secara formil dan delik dengan perumusan secara materiil. 14 a. Delik formil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan pada perbuatan yang dilarang. b. Delik materiil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan pada akibat yang tidak diketahui dilarang. 3. Delik commisssionis, delik ommisionis dan delik commisionis perpmmisionis commissa. 15 a. Delik commisionis, yaitu delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan-larangan di dalam undang-undang; b. Delik ommisonis, yaitu delik yang berupa pelanggaran terhadap perintah keharusan-keharusan menurut undang-undang. c. Delik commisionis per ommisionis commissa, yaitu delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan dalam undang-undang delik commissionis, tetapi dilakukannya dengan cara tidak berbuat. 4. Delik dolus dan delik culpa. 16 a. Delik dolus, yaitu delik yang memuat unsur-unsur kesengajaan. b. Deli culpa, yaitu delik yang memuat kealpan sebagai salah satu unsurnya. 5. Delik tunggal dan delik berganda 17 a. Delik tunggal, yaitu delik yang cukup dilakukan dengan perbuatan satu kali, atau delik yang pelakunya sudah dapat dihukum dengan satu kali saja melakukan tindak pidana yang dilarang undang-undang. 14 Sudarto, op.cit., h. 57. 15 A. Fuad Usfa, Moh. Najib dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, Malang: UMM, 2004, Cet. ke-1, 44. 16 Sudarto, op.cit., h. 58. 17 Ibid. 27 b. Delik berganda, yaitu delik yang baru merupakan delik, apabila dilakukan beberapa kali perbuatan, atau delik-delik yang pelakunya hanya dapat dihukum menurut sesuatu ketentuan pidana tertentu apabila pelaku tersebut telah berulang kali melakukan tindakan yang sama yang dilarang oleh undang-undang. 6. Delik yang berlangsung terus dan delik yang tidak berlangsung terus. 18 a. Delik yang berlangsung terus adalah delik yang mempunyai ciri, bahwa keadaan terlarang itu berlangsung terus. b. Delik yang tidak berlangsung terus adalah delik yang mempunyai ciri bahwa keadaan terlarang itu tidak berlangsung terus. 7. Delik Aduan dan delik biasa 19 a. Delik aduan adalah delik yang hanya dapat dituntut karena adanya pengaduan dari pihak yang dirugikan. b. Delik biasa adalah delik yang tanpa adanya pengaduan dapat dituntut dengan sendirinya. 8. Delik sederhana dan delik yang ada pemberatannya. 20 a. Delik sederhana adalah delik-delik dalam bentuknya yang pokok seperti dirumuskan dalam Undang-Undang. b. Delik dengan pemberatan adalah delik-delk dalam bentuk yang pokok, yang karena didalamnya terdapat keadaan-keadaan yang memberatkan maka hukuman yang diancamkan menjadi diperberat.

A. 5. Pengertian Tindak Pidana Penodaan Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan Dewa dan sebagainya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. 21 Sedangkan Muhammad Abdullah Wazaar sebagaimana dikutip oleh Juhaya S. Praja, agama 18 Ibid. 19 A. Fuad Usfa, Moh. Najib dan Tongat, op.cit. h. 45. 20 Ibid. 21 Team Penyusun Kamus ed. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Budaya, Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Iindonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Cet. ke-4, h. 5. 28 adalah suatu perundang-undangan Tuhan yang memberi petunjuk kepada kebenaran dalam keyakinan-keyakinan, dan memberi petunjuk dalam tingkah laku dan pergaulan-pergaulan. 22 Menurut pengertian dalam Pasal 156a KUHP yang dimaksud dengan tindak pidana penodaan agama adalah barangsiapa dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang ada pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Kafirun ayat 7 menyebutkan “Lakum dinukum wa liya diin ” yaitu untuk kalian agama kalian, dan untuku agamaku. Dan juga dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 menyebutkan “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum memperolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok”. Maka dari kedua ayat tersebut terkandung pengertian, bahwa antar pemeluk agama yang berbeda-beda satu sama lain harus saling hormat menghormati dan saling menghargai. Maka apabila ada suatu pemeluk agama lain yang dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia, maka hal tersebut merupakan suatu tindak pidana terhadap penodaan agama. 22 Juhaya S. Pradja dan Ahmad Syihabudin, Delik Agama dalam Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Angkasa, 1993, Cet. ke-10, h. 15. 29