5. Pengertian Tindak Pidana Penodaan Agama

adalah suatu perundang-undangan Tuhan yang memberi petunjuk kepada kebenaran dalam keyakinan-keyakinan, dan memberi petunjuk dalam tingkah laku dan pergaulan-pergaulan. 22 Menurut pengertian dalam Pasal 156a KUHP yang dimaksud dengan tindak pidana penodaan agama adalah barangsiapa dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang ada pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Kafirun ayat 7 menyebutkan “Lakum dinukum wa liya diin ” yaitu untuk kalian agama kalian, dan untuku agamaku. Dan juga dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 menyebutkan “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum memperolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok”. Maka dari kedua ayat tersebut terkandung pengertian, bahwa antar pemeluk agama yang berbeda-beda satu sama lain harus saling hormat menghormati dan saling menghargai. Maka apabila ada suatu pemeluk agama lain yang dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia, maka hal tersebut merupakan suatu tindak pidana terhadap penodaan agama. 22 Juhaya S. Pradja dan Ahmad Syihabudin, Delik Agama dalam Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Angkasa, 1993, Cet. ke-10, h. 15. 29 Tindak pidana agama di dalam hukum negara kita, bila yang dimaksud adalah penodaan terhadap agama, kemudian kita tinjau dari segi hukum Islam, terutama tinjauan dari tujuan hukum atau dengan kata lain Spirit of law, maka merupakan suatu kepentingan primer yang harus dijadikan kepentingan hukum yang harus dilindungi. Dan dalam spirit of law dari ajaran Islam kita melihat bahwa agama tidak dapat tegak tanpa terpeliharanya jiwa, harta, akal, keturunan dan kehormatan. Semuanya dijelaskan berdasarkan sumber-sumber hukum yang jelas nashiyyah, yang kesemuanya itu merupakan kepentingan-kepentingan utama yang diistilahkan dengan “dharuriy”. Oleh sebab itu “delik agama” dalam pengertian Islam lebih luas daripada pengertian “delik agama” dalam hukum positif. 23

A. 6. Unsur-unsur Tindak Pidana Penodaan Agama

Tindak pidana dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia, diatur dalam pasal 156a KUHP yang rumusannya sebagai berikut : Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang ada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. 23 Ibid., h. 91. 30 Menurut pasal 156a KUHP unsur-unsur tindak pidana penodaan agama adalah sebagai berikut : 24 a. Barangsiapa; b. Di muka umum; c. Mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan; d. Bersifat permusuhan dan penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia Dengan demikian unsur-unsur yang terkandung di dalam Pasal 156a KUHP adalah sebagai berikut : 25 1. Unsur Subjektif a. Barangsiapa Menurut Sudarto, bahwa unsur pertama dari tindak pidana adalah perbuatan orang dan pada dasarnya yang melakukan tidak pidana adalah manusia. Rumusan tindak pidana dalam undang-undang lazim dimulai dengan kata-kata “Barangsiapa…., kata “barangsiapa” tidak diartikan lain lebih daripada orang. 26 Yang dimaksud “barangsiapa” oleh pembuat Undang-Undang adalah orang sebagai subjek hukum yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindak pidana yang dilakukan. b. Dengan Sengaja 24 Ibid., h. 92. 25 Sudarto, op.cit., h. 50. 26 Ibid. 31